Jumat, 30 Oktober 2015

sosiologi pedesaan

KOMUNITAS MASYARAKAT DAN KENAKALAN REMAJA MENJADI SUATU  MASALAH SOSIAL .

NAMA            : DEDE IRWANSYAH
                                              NIM                 : D1E014017
                                              KELAS           : B



UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2015



I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah sosial adalah sesuatu yang merangkurni berbagai tingkah laku negatif di dalam
anggota masyarakat yang tidak memberikan faedah kepada kekuatan sistem dan struktur
ekonomi yang diamalkan oleh sesuatu masyarakat, komuniti ataupun negarapengertian masalah sosial hingga saat ini masih lazim digunakan untuk menunjuk suatu masalah yang tumbuh dan atau berkembang dalam kehidupan komunitas, di mana masalah itu dianggap kurang atau
bahkan tidak sesuai dengan nilai -nilai dan/atau norma-norma sosial dalam komunitas tersebut.
Tumbuh dan/atau berkembangnya suatu masalah sosial sangat tergantung pada dinamika proses
perkembangan komunitas itu sendiri. Ketika suatu komunitas mengalami proses perkembangan
 baik karena adanya faktor-faktor dari luar komunitas, karena adanya faktor -faktor dari dalam
komunitas itu sendiri, maupun adanya proses deferensiasi struktural dan kultural  biasanya
komunitas tersebut akan selalu mengalami goncangan, apalagi jika faktor -faktor perubahan itu
datangnya sangat cepat. Dalam situasi seperti ini, tidak semua anggota komunitas siap dalam
menerima perubahan itu. Misalnya, ada anggota komunitas yang sangat siap, cukup siap dan
bahkan sama sekali tidak siap dalam menerima perubahan itu. Adanya perbedaan dalam kesiapan
menerima perubahan itulah, yang biasanya menjadi factor pemicu tumbuh dan/atau
berkembangnya suatu masalah-masalah sosial. Lihatlah, bagaimana timbulnya pro dan kontra
tentang pornografi dan pornoaksi dalam liputan media massa yang merebak akhir -akhir ini.
II. PERMASALAHAN
1.      Maraknya Komunitas Masyarakat yang menimbulkan berbagai macam masalah social.
2.      Terlibatnya remaja dalam berbagai permasalahan yang ada di masyarakat.
III. PEMBAHASAN
Tolak-ukur suatu masalah layak disebut sebagai masalah sosial atau tidak, akan sangat ditentukan oleh nilai -nilai dan/atau norma-noma sosial yang berlaku dalam komunitas itu sendiri. Oleh karena itu, pernyataan sesuai atau tidaknya suatu masalah itu dengan nilai-nilai dan/atau norma-norma sosial harus dikemukakan ol eh sebagian besar (mayoritas) dari anggota komunitas. Secara sederhana, konsep masalah sosial seringkali dikaitkan dengan masalah yang tumbuh dan/atau berkembang dalam kehidupan komunitas. Apa pun masalah itu  pokoknya jika berada dalam kehidupan suatu komunitas akan selalu dikatakan sebagai masalah sosial. Jika ditinjau dari dimensi sosiologi sebagai sebuah ilmu sosial yang selama ini sering menganalisis, mensintesis dan juga memprognosis berbagai masalah sosial  pernyataan itu salah.
Menurut perspektif sosiologi, tidak semua masalah yang tumbuh dan/atau berkembang dalam kehidupan suatu komunitas adalah masalah sosial. Istilah sosial di sini tidaklah identik dengan komunitas, namun hanya menunjukkan bahwa masalah itu berkaitan dengan tata interaksi, interelasi, dan interdependensi antar -anggota komunitas. Dengan kata lain, istilah sosial dalam masalah sosial menunjukkan bahwa masalah itu berkaitan dengan perilaku masyarakat. Oleh karena itu, jika ditinjau secara teoritik, ada banyak faktor penyebab terhadap tumbuh dan/atau berkembangnya suatu masalah sos ial. Secara umum, faktor penyebab itu meliputi factor struktural, yaitu pola-pola hubungan antar-individu dalam kehidupan komunitas; dan factor kultural, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan/atau berkembang dalam kehidupan komunitas. Adanya perubahan atas kedua faktor itulah, yang selama ini diteorikan sebagai faktor penyebab utama munculnya suatu masalah sosial.
Logika teoritisnya adalah: ketika terjadi perubahan pola pola hubungan sosial dan/atau perubahan nilai -nilai sosial, maka sebagian anggota komunitas akan ada yang sangat siap, cukup siap dan bahkan sama sekali tidak siap dalam menerima perubahan itu. Kesiapan dan/atau ketidaksiapan itulah yang kemudian menyebabkan perbedaan mereka dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan sosialnya. Jika mereka yang tidak siap menerima perubahan itu justru sebagian besar (mayoritas) anggota komunitas, maka muncullah masalah sosial itu. Jika dicermati secara teoritis dan empiris, berbagai implikasi akan dengan sendirinya muncul sebagai akibat dari adanya suatu masalah sosial dalam suatu komunitas.
1. Akan terjadi konflik dalam komunitas, baik konflik yang menyangkut struktur mau pun kultur
atau konflik antara das sein dan das sollen.
2. Akan menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam komunitas, baik perubahan yang
menyangkut sistem, struktur maupun kultur itu sendiri.
3. Akan menyebabkan terjadinya polarisasi sosial di mana masing-masing komponen dalam
komunitas saling terpisah satu sama lain.
4. Akan menyebabkan terjadinya disintegrasi sosial di mana masing -masing komponen dalam
komunitas mengalami disfungsi.
5. Akan menyebabkan munculnya kasus -kasus lain sebagai akibat dari adanya kesenjangan
antara cultural goals dan institutionalized means sebagaimana telah dikemukakan di muka.
Untuk mencari bagaimana solusi terbaiknya dalam mengatasi suatu masalah sosial yang
tumbuh dan/atau berkembang dalam suatu komunitas memang tidaklah mudah, karena apa pun
solusi itu semuanya akan tetap tergantung pada apa akar penyebabnya. Ditinjau secara
metodologis, untuk mencari apa akar penyebab dari suatu masalah sosial biasanya dengan
melakukan penelitian secara empiris, baik dalam skala mikro maupun makro. Penelitian secara
mikro misalnya, dilakukan dengan cara melakukan suatu studi kasus. Sedangkan penelitian secara makro, dilakukan dengan cara melakukan survai terhadap suatu masalah sosial. Namun, apa pun skala penelitian yang di -lakukan, semuanya itu akan berupaya untuk menemukan apa akar penyebab dari suatu masalah sosial. Berbagai kegagalan atau setidak-tidaknya disebut sebagai kurang efektifnya dalam mengatasi suatu masalah social biasanya dikarenakan kurangnya pemahaman secara empiris tentang dinamika perkembangan suatu komunitas.
Remaja selalunya dikaitkan dengan masalah sosial. Ini mungkin disebabkan banyaknya berita masalah sosial yang disebarkan melalui media dilakukan oleh remaja. Jika kita berdasarkan perangkaanpun amat sukar untuk dinafikan bahawa remaja adalah golongan terbesar dan seringkali dikaitkan dengan masalah. Pada masa kini, tingkah laku golongan pelajar dan remaja khususnya semakin mencabar dengan berbagai masalah di dalam negara. Gambaran keruntuhan moral di kalangan ahli masyarakat khususnya pelajar-pelajar sekolah, muda-mudi hari ini di semua peringkat digambarkan menerusi perlakuan seks bebas, kehamilan luar nikah, pembuangan bayi, tawuran antar pelajar dan sebagainya semakin meningkat. penglibatan remaja dalam masalah sosial yang semakin serius ini semuanya berawal dari beberapa faktor dalam dan luar, antaranya ialah diri sendiri, latar belakang keluarga, pengaruh rakan sebaya dan juga persekitaran sekolah. Daripada butiran mengenaitingkah laku-tingkah laku remaja dan faktor-faktor penglibatan mereka dalam masalah social yang telah dinyatakan, jelas menunjukkan gejala sosial bukanlah suatu penyakit yang biasa, tetapi ia sudah menjadi kudis yang semakin bernanah dalam masyarakat. Jika tidak ditangani dengan segera, gejala sosial ini akan menjadi semakin sukar untuk diubati. Semua pihak haruslah bekerjasama untuk mengatasi gejala sosial ini. Ibu bapa khusunya memainkan peranan yang penting dalam mencorakkan masa depan anak-anak mereka supaya menjadi remaja dan belia yang menyumbang kepada kemajuan Negara. Banyak faktor yang mendorong remaja pada masa kini terlibat dalam gejala sosial yang kurang sihat ini.
Penglibatan remaja dalam berbagai gejala sosial berawal dari beberapa faktor, antaranya faktor dalaman diri remaja itu sendiri dari aspek perkembangan personaliti, kegagalan fungsi institusi keluarga dan juga pengaruh rakan sebaya. pengaruh persekitaran di sekolah juga menjadi punca keruntuhan akhlak di kalangan remaja. Gejala sosial merupakan fenomena modenisasi dan kejutan budaya yang melanda golongan remaja dan belia. Pada zaman remaja, seseorang itu berdepan dengan satu siri krisis identiti iaitu pembentukan dan pengembangan identiti diri. Kegagalan untuk mengatasi cabaran itu membuatkan remaja mengalami krisis kekeliruan. Krisis kekeliruan yang menguasai diri remaja jika tidak dibendung dan di atasi boleh menyebabkan gejala sosial yang sememangnya parah akan bertambah parah. Fenomena ini merupakan salah satu daripada ancaman kepada sumber tenaga manusia boleh merugikan negara dalam jangka masa panjang. Oleh itu, segala masalah sosial yang dihadapi oleh para remaja harus dibendung dan diatasi supaya ia tidak terus mewujudkan ancaman besar terhadap pembangunan dan kemajuan negara. Disiplin pelajar adalah tanggungjawab masyarakat dan ibu bapa. Pada tahap umur remaja, seseorang pelajar belum mampu menguasai strategi perhubungan sosial, penjelasan nilai dan prinsip serta pegangan hidup. Pada peringkat ini juga mereka mudah dipengaruhi oleh kumpulan rakan sebaya dan belum mempunyai jati diri, harga diri, hormat diri individu. Maka jalan mudah bagi seseorang remaja untuk diterima oleh rakan sebaya ialah menjadi anggota kumpulan atau mempunyai kumpulan kesepakatan sendiri. Pada tahap ini mereka paling sensitif, mereka mahu diterima oleh rakan tetapi belum ada strategi perhubungan sosial yang matang dan menyerahkan kepada kumpulan tersebut. Pada tahap ini maka sewajarnya orang dewasa menasihat dan memberi bimbingan kepada pelajar terbabit. Jika kita lihat pada masa dahulu kebanyakan remaja bergaul dengan orang-orang tua di masjid dan di sini kita lihat kematangan remaja walaupun dalam usia yang masih dikatakan remaja itu. Namun pada masa ini pergaulan remaja dengan orang dewasa semakin renggang apatah lagi nilai kemasyarakatan juga semakin terhakis. Justeru dunia pelajar hanya dalam kumpulan masing-masing dan mereka tidak dapat melihat dunia luar yang sebenar Kajian menunjukkan bahawa remaja melalui proses penyesuaian dalam pembentukan diri sebagai seorang individu dari segi aspek biologikal, kognitif, emosi dan sosial disepanjang proses untuk menjadi dewasa. Didikan ibu bapa yang berkesan semasa usia remaja ini perlu mengambil kira segala keperluan-keperluan aspek-aspek perkembangan yang dinyatakan sebelum ini bagi mengimbangi proses penyesuaian diri yang dilalui oleh remaja ini.
Akhlak anak bermula di rumah. Anak sejak kecil dan sebahagian besar masanya berada dalam lingkungan keluarga. Ini menunjukkan perkembangan mental, fizikal dan sosial adalah di bawah kawalan ibu bapa atau tertakluk kepada skrip hidup yang berlaku dalam sesebuah rumahtangga. Oleh yang demikian jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar puncanya adalah berasal dari pembawaan keluarga itu sendiri pula menegaskan bahawa golongan yang bertanggungjawab dalam membawa kewujudan budaya jenayah sama ada di sekolah mahupun di luar sekolah adalah keluarga, iaitu ibu bapa. Keluarga adalah sebuah institusi sosial yang memainkan peranan cukup penting dalam membentuk sahsiah dan tingkah laku moral pelajar. Namun, institusi itu semakin goyah dilanda pelbagai cabaran sama ada dari aspek ekonomi mahupun sosial. Seharusnya asas utama perlu ditekankan sejak kecil lagi ialah pembinaan tahap sosialisasi anak menerusi aspek keagamaan, bak kata pepatah Melayu, 'kalau hendak melentur buluh, biar daripada rebungnya'. Semua ajaran agama mementingkan kebaikan dan menolak kejahatan. Tanpa ajaran agama bersifat fokus akan menyebabkan individu gagal memahami tuntutan agama dalam kehidupan dan mulai melanggar peraturan agama, sekolah mahu undang-undang negara.
Secara khususnya ada beberapa tatacara dan proses menangani permasalahan remaja diantaranya:
·         Rapport-ialah membina hubungan baik dengan remaja untuk lebih mengenali dan selesa untuk berbincang apa jua masalahnya.
·         Structuring-menyebut beberapa tatacara dan tanggungjawab yang harus dimainkan oleh remaja serta kerahsiaan dan sifat yang wajar ditunjukkan dalam proses kaunseling. Tahap ini penting supaya remaja tidak teragak-agak dan „takut‟ untuk berkongsi isu/permasalahan.
·         Defining the problem-mengenalpasti masalah sebenar yang dihadapi remaja dengan cara penerokaan dan empati terutama yang menunjukkan kemungkinan adanya “hidden problem”. Mentakrif masalah dan mengkaji sebab-sebabnya.
·         Defining a goal-mengenalpasti matlamat sebenar yang dihajati oleh remaja dalam sesuatu pertemuan/sesi. Perkara ini penting untuk menjelaskan halatuju perbincangan/sesi supaya berfokus.
·         Exploration of alternative and confronting incongruence- boleh dilakukan untuk meneroka pilihan-pilihan penyelesaian berasaskan matlamat serta meminta penjelasan tentang perkara-perkara yang tidak selaras antara verbal dan non-verbal communication. Alternative yang dipilih remaja sebaiknya bersifat kreatif dan jangan terlalu gopoh menilai baik-buruknya. Penilaian alternative menyelesaikan masalah mestilah dilakukan dengan mengambil kira semua faktor (consider all factor). Akhirnya memilih alternative yang dirasakan oleh remaja paling baik untuk dilaksanakan mengikut urutan kesesuaian (mungkin juga mengambil kira dari mudah ke susah, simple to complicate).
·         Generalization to daily yaitu umusan umum perlu dibuat setiap kali pertemuan untuk memudahkan remaja memahami keseluruhan proses kaunseling/ perbincangan yang telah dijalankan.
Beberapa ciri seorang pendidik yang baik seperti berikut:-
sense of humor , high energy level  self confidence ,neutrality ,flexibility ,analytical thinking creativity ,enthusiasm ,compassion , honestly.
Kualitas yang perlu ada pada seseorang pendidik, antaranya;-
psychological health , genuine interest in others ,empathic ability ,personal warmth ,personal power ,self awareness , tolerance of ambiguity ,an awareness of values.
Sifat-sifat kaunselor Islam iaitu: beriman dan bertakwa kepada Allah ,jujur dan ikhlas ,benarn berani ,adil , pemurah dan ramah-tamah , sabar dan tenang , adab dan akhlak , percakapan dan interaksi , toleransi , merendah diri , sentiasa ingin membantu menepati janji ,. berilmu, terlatih dan sesuai.










IV. KESIMPULAN
Masalah sosial adalah sesuatu yang merangkurni berbagai tingkah laku negatif di dalam
anggota masyarakat yang tidak memberikan faedah kepada kekuatan sistem dan struktur ekonomi yang diamalkan oleh sesuatu masyarakat, komuniti ataupun negarapengertian masalah sosial hingga saat ini masih lazim digunakan untuk menunjuk suatu masalah yang tumbuh dan atau berkembang dalam kehidupan komunitas, di mana masalah itu dianggap kurang atau bahkan tidak sesuai dengan nilai -nilai dan/atau norma-norma sosial dalam komunitas tersebut. Remaja selalunya dikaitkan dengan masalah sosial. Ini mungkin disebabkan banyaknya berita masalah sosial yang disebarkan melalui media dilakukan oleh remaja. Jika kita berdasarkan perangkaanpun amat sukar untuk dinafikan bahawa remaja adalah golongan terbesar dan seringkali dikaitkan dengan masalah. Pada masa kini, tingkah laku golongan pelajar dan remaja khususnya semakin mencabar dengan berbagai masalah di dalam negara. Jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar puncanya adalah berasal dari pembawaan keluarga itu sendiri pula menegaskan bahawa golongan yang bertanggungjawab dalam membawa kewujudan budaya jenayah sama ada di sekolah mahupun di luar sekolah adalah keluarga, iaitu ibu bapa. Keluarga adalah sebuah institusi sosial yang memainkan peranan cukup penting dalam membentuk sahsiah dan tingkah laku moral pelajar.








DAFTAR PUSTAKA



 Puspitasari, Lindha Nurlita. 2013.  “Menyikapi Masalah Sosial Secara Religius: Kajian Sosiologi Sastra Atas Novel Di Ujung Subuh Karya M. Tanwirul A.Z”. Skripsi. 1(2): 4-5.

Respati, Nining. 2006. ”Signifikasi Pemahaman Masalah Sosial Dan Kemanusiaan”. Jurnal Sosioteknologi. 9 ( 5): 146.

Singgih, Doddy Sumbodo.2010.” Masalah-Masalah Sosial Di Indonesia Pemahaman Konsep, Fokus Analisis, Skema Hubungan Antar-Variabel dan Metode Analisis”. Jurnal Psikologi. 2(5):13.

Suboh,  Azizi dan Mascilla. 2011. “ Masalah Salah Laku Agresif Di Kalangan Pelajar Sekolah Rendah dan Hubungannya dengan Gaya Keibubapaan”. Journal of Education Psychology & Counseling,  1 (9) :77-93.

Taum, Yoseph Yapi. 2008. “Masalah Sosial dalam Masyarakat Multietnik “.Jurnal Cmes . 1(1) : 15-17.




















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar