KOMUNITAS MASYARAKAT
DAN KENAKALAN REMAJA MENJADI SUATU
MASALAH SOSIAL .

NAMA : DEDE IRWANSYAH
NIM : D1E014017
KELAS : B
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah sosial adalah sesuatu yang merangkurni
berbagai tingkah laku negatif di dalam
anggota
masyarakat yang tidak memberikan faedah kepada kekuatan sistem dan struktur
ekonomi
yang diamalkan oleh sesuatu masyarakat, komuniti ataupun negarapengertian
masalah sosial hingga saat ini masih lazim digunakan untuk menunjuk suatu
masalah yang tumbuh dan atau berkembang dalam kehidupan komunitas, di mana
masalah itu dianggap kurang atau
bahkan
tidak sesuai dengan nilai -nilai dan/atau norma-norma sosial dalam komunitas
tersebut.
Tumbuh
dan/atau berkembangnya suatu masalah sosial sangat tergantung pada dinamika
proses
perkembangan
komunitas itu sendiri. Ketika suatu komunitas mengalami proses perkembangan
baik karena adanya faktor-faktor dari luar
komunitas, karena adanya faktor -faktor dari dalam
komunitas
itu sendiri, maupun adanya proses deferensiasi struktural dan kultural biasanya
komunitas
tersebut akan selalu mengalami goncangan, apalagi jika faktor -faktor perubahan
itu
datangnya
sangat cepat. Dalam situasi seperti ini, tidak semua anggota komunitas siap
dalam
menerima
perubahan itu. Misalnya, ada anggota komunitas yang sangat siap, cukup siap dan
bahkan
sama sekali tidak siap dalam menerima perubahan itu. Adanya perbedaan dalam
kesiapan
menerima
perubahan itulah, yang biasanya menjadi factor pemicu tumbuh dan/atau
berkembangnya
suatu masalah-masalah sosial. Lihatlah, bagaimana timbulnya pro dan kontra
tentang
pornografi dan pornoaksi dalam liputan media massa yang merebak akhir -akhir
ini.
II.
PERMASALAHAN
1.
Maraknya Komunitas Masyarakat yang
menimbulkan berbagai macam masalah social.
2.
Terlibatnya remaja dalam berbagai
permasalahan yang ada di masyarakat.
III. PEMBAHASAN
Tolak-ukur
suatu masalah layak disebut sebagai masalah sosial atau tidak, akan sangat
ditentukan oleh nilai -nilai dan/atau norma-noma sosial yang berlaku dalam komunitas
itu sendiri. Oleh karena itu, pernyataan sesuai atau tidaknya suatu masalah itu
dengan nilai-nilai dan/atau norma-norma sosial harus dikemukakan ol eh sebagian
besar (mayoritas) dari anggota komunitas. Secara sederhana, konsep masalah
sosial seringkali dikaitkan dengan masalah yang tumbuh dan/atau berkembang
dalam kehidupan komunitas. Apa pun masalah itu
pokoknya jika berada dalam kehidupan suatu komunitas akan selalu
dikatakan sebagai masalah sosial. Jika ditinjau dari dimensi sosiologi sebagai
sebuah ilmu sosial yang selama ini sering menganalisis, mensintesis dan juga
memprognosis berbagai masalah sosial
pernyataan itu salah.
Menurut perspektif sosiologi, tidak semua masalah
yang tumbuh dan/atau berkembang dalam kehidupan suatu komunitas adalah masalah
sosial. Istilah sosial di sini tidaklah identik dengan komunitas, namun hanya
menunjukkan bahwa masalah itu berkaitan dengan tata interaksi, interelasi, dan
interdependensi antar -anggota komunitas. Dengan kata lain, istilah sosial
dalam masalah sosial menunjukkan bahwa masalah itu berkaitan dengan perilaku
masyarakat. Oleh karena itu, jika ditinjau secara teoritik, ada banyak faktor
penyebab terhadap tumbuh dan/atau berkembangnya suatu masalah sos ial. Secara
umum, faktor penyebab itu meliputi factor struktural, yaitu pola-pola hubungan
antar-individu dalam kehidupan komunitas; dan factor kultural, yaitu
nilai-nilai yang tumbuh dan/atau berkembang dalam kehidupan komunitas. Adanya perubahan
atas kedua faktor itulah, yang selama ini diteorikan sebagai faktor penyebab
utama munculnya suatu masalah sosial.
Logika teoritisnya adalah: ketika terjadi perubahan
pola pola hubungan sosial dan/atau perubahan nilai -nilai sosial, maka sebagian
anggota komunitas akan ada yang sangat siap, cukup siap dan bahkan sama sekali
tidak siap dalam menerima perubahan itu. Kesiapan dan/atau ketidaksiapan itulah
yang kemudian menyebabkan perbedaan mereka dalam melakukan adaptasi dengan
lingkungan sosialnya. Jika mereka yang tidak siap menerima perubahan itu justru
sebagian besar (mayoritas) anggota komunitas, maka muncullah masalah sosial
itu. Jika dicermati secara teoritis dan empiris, berbagai implikasi akan dengan
sendirinya muncul sebagai akibat dari adanya suatu masalah sosial dalam suatu
komunitas.
1.
Akan terjadi konflik dalam komunitas, baik konflik yang menyangkut struktur mau
pun kultur
atau
konflik antara das sein dan das sollen.
2.
Akan menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam komunitas, baik perubahan
yang
menyangkut
sistem, struktur maupun kultur itu sendiri.
3.
Akan menyebabkan terjadinya polarisasi sosial di mana masing-masing komponen
dalam
komunitas
saling terpisah satu sama lain.
4.
Akan menyebabkan terjadinya disintegrasi sosial di mana masing -masing komponen
dalam
komunitas
mengalami disfungsi.
5.
Akan menyebabkan munculnya kasus -kasus lain sebagai akibat dari adanya
kesenjangan
antara
cultural goals dan institutionalized means sebagaimana telah
dikemukakan di muka.
Untuk
mencari bagaimana solusi terbaiknya dalam mengatasi suatu masalah sosial yang
tumbuh
dan/atau berkembang dalam suatu komunitas memang tidaklah mudah, karena apa pun
solusi
itu semuanya akan tetap tergantung pada apa akar penyebabnya. Ditinjau secara
metodologis,
untuk mencari apa akar penyebab dari suatu masalah sosial biasanya dengan
melakukan
penelitian secara empiris, baik dalam skala mikro maupun makro. Penelitian
secara
mikro
misalnya, dilakukan dengan cara melakukan suatu studi kasus. Sedangkan
penelitian secara makro, dilakukan dengan cara melakukan survai terhadap suatu
masalah sosial. Namun, apa pun skala penelitian yang di -lakukan, semuanya itu
akan berupaya untuk menemukan apa akar penyebab dari suatu masalah sosial.
Berbagai kegagalan atau setidak-tidaknya disebut sebagai kurang efektifnya
dalam mengatasi suatu masalah social biasanya dikarenakan kurangnya pemahaman
secara empiris tentang dinamika perkembangan suatu komunitas.
Remaja selalunya dikaitkan dengan masalah sosial.
Ini mungkin disebabkan banyaknya berita masalah sosial yang disebarkan melalui
media dilakukan oleh remaja. Jika kita berdasarkan perangkaanpun amat sukar
untuk dinafikan bahawa remaja adalah golongan terbesar dan seringkali dikaitkan
dengan masalah. Pada masa kini, tingkah laku golongan pelajar dan remaja
khususnya semakin mencabar dengan berbagai masalah di dalam negara. Gambaran
keruntuhan moral di kalangan ahli masyarakat khususnya pelajar-pelajar sekolah,
muda-mudi hari ini di semua peringkat digambarkan menerusi perlakuan seks
bebas, kehamilan luar nikah, pembuangan bayi, tawuran antar pelajar dan
sebagainya semakin meningkat. penglibatan remaja dalam masalah sosial yang semakin
serius ini semuanya berawal dari beberapa faktor dalam dan luar, antaranya
ialah diri sendiri, latar belakang keluarga, pengaruh rakan sebaya dan juga
persekitaran sekolah. Daripada butiran mengenaitingkah laku-tingkah laku remaja
dan faktor-faktor penglibatan mereka dalam masalah social yang telah
dinyatakan, jelas menunjukkan gejala sosial bukanlah suatu penyakit yang biasa,
tetapi ia sudah menjadi kudis yang semakin bernanah dalam masyarakat. Jika
tidak ditangani dengan segera, gejala sosial ini akan menjadi semakin sukar
untuk diubati. Semua pihak haruslah bekerjasama untuk mengatasi gejala sosial
ini. Ibu bapa khusunya memainkan peranan yang penting dalam mencorakkan masa
depan anak-anak mereka supaya menjadi remaja dan belia yang menyumbang kepada kemajuan
Negara. Banyak faktor yang mendorong remaja pada masa kini terlibat dalam gejala
sosial yang kurang sihat ini.
Penglibatan remaja dalam berbagai gejala sosial
berawal dari beberapa faktor, antaranya faktor dalaman diri remaja itu sendiri
dari aspek perkembangan personaliti, kegagalan fungsi institusi keluarga dan
juga pengaruh rakan sebaya. pengaruh persekitaran di sekolah juga menjadi punca
keruntuhan akhlak di kalangan remaja. Gejala sosial merupakan fenomena
modenisasi dan kejutan budaya yang melanda golongan remaja dan belia. Pada
zaman remaja, seseorang itu berdepan dengan satu siri krisis identiti iaitu
pembentukan dan pengembangan identiti diri. Kegagalan untuk mengatasi cabaran
itu membuatkan remaja mengalami krisis kekeliruan. Krisis kekeliruan yang
menguasai diri remaja jika tidak dibendung dan di atasi boleh menyebabkan
gejala sosial yang sememangnya parah akan bertambah parah. Fenomena ini
merupakan salah satu daripada ancaman kepada sumber tenaga manusia boleh
merugikan negara dalam jangka masa panjang. Oleh itu, segala masalah sosial
yang dihadapi oleh para remaja harus dibendung dan diatasi supaya ia tidak
terus mewujudkan ancaman besar terhadap pembangunan dan kemajuan negara. Disiplin
pelajar adalah tanggungjawab masyarakat dan ibu bapa. Pada tahap umur remaja, seseorang
pelajar belum mampu menguasai strategi perhubungan sosial, penjelasan nilai dan
prinsip serta pegangan hidup. Pada peringkat ini juga mereka mudah dipengaruhi
oleh kumpulan rakan sebaya dan belum mempunyai jati diri, harga diri, hormat
diri individu. Maka jalan mudah bagi seseorang remaja untuk diterima oleh rakan
sebaya ialah menjadi anggota kumpulan atau mempunyai kumpulan kesepakatan
sendiri. Pada tahap ini mereka paling sensitif, mereka mahu diterima oleh rakan
tetapi belum ada strategi perhubungan sosial yang matang dan menyerahkan kepada
kumpulan tersebut. Pada tahap ini maka sewajarnya orang dewasa menasihat dan memberi
bimbingan kepada pelajar terbabit. Jika kita lihat pada masa dahulu kebanyakan
remaja bergaul dengan orang-orang tua di masjid dan di sini kita lihat
kematangan remaja walaupun dalam usia yang masih dikatakan remaja itu. Namun
pada masa ini pergaulan remaja dengan orang dewasa semakin renggang apatah lagi
nilai kemasyarakatan juga semakin terhakis. Justeru dunia pelajar hanya dalam
kumpulan masing-masing dan mereka tidak dapat melihat dunia luar yang sebenar
Kajian menunjukkan bahawa remaja melalui proses penyesuaian dalam pembentukan diri
sebagai seorang individu dari segi aspek biologikal, kognitif, emosi dan sosial
disepanjang proses untuk menjadi dewasa. Didikan ibu bapa yang berkesan semasa
usia remaja ini perlu mengambil kira segala keperluan-keperluan aspek-aspek
perkembangan yang dinyatakan sebelum ini bagi mengimbangi proses penyesuaian
diri yang dilalui oleh remaja ini.
Akhlak
anak bermula di rumah. Anak sejak kecil dan sebahagian besar masanya berada
dalam lingkungan keluarga. Ini menunjukkan perkembangan mental, fizikal dan
sosial adalah di bawah kawalan ibu bapa atau tertakluk kepada skrip hidup yang
berlaku dalam sesebuah rumahtangga. Oleh yang demikian jika anak remaja menjadi
nakal atau liar maka kemungkinan besar puncanya adalah berasal dari pembawaan
keluarga itu sendiri pula menegaskan bahawa golongan yang bertanggungjawab
dalam membawa kewujudan budaya jenayah sama ada di sekolah mahupun di luar
sekolah adalah keluarga, iaitu ibu bapa. Keluarga adalah sebuah institusi
sosial yang memainkan peranan cukup penting dalam membentuk sahsiah dan tingkah
laku moral pelajar. Namun, institusi itu semakin goyah dilanda pelbagai cabaran
sama ada dari aspek ekonomi mahupun sosial. Seharusnya asas utama perlu
ditekankan sejak kecil lagi ialah pembinaan tahap sosialisasi anak menerusi
aspek keagamaan, bak kata pepatah Melayu, 'kalau hendak melentur buluh, biar
daripada rebungnya'. Semua ajaran agama mementingkan kebaikan dan menolak
kejahatan. Tanpa ajaran agama bersifat fokus akan menyebabkan individu gagal
memahami tuntutan agama dalam kehidupan dan mulai melanggar peraturan agama,
sekolah mahu undang-undang negara.
Secara khususnya
ada beberapa tatacara dan proses menangani permasalahan remaja diantaranya:
·
Rapport-ialah membina hubungan baik
dengan remaja untuk lebih mengenali dan selesa untuk berbincang apa jua
masalahnya.
·
Structuring-menyebut beberapa tatacara
dan tanggungjawab yang harus dimainkan oleh remaja serta kerahsiaan dan sifat
yang wajar ditunjukkan dalam proses kaunseling. Tahap ini penting supaya remaja
tidak teragak-agak dan „takut‟ untuk berkongsi isu/permasalahan.
·
Defining the problem-mengenalpasti
masalah sebenar yang dihadapi remaja dengan cara penerokaan dan empati terutama
yang menunjukkan kemungkinan adanya “hidden problem”. Mentakrif masalah dan
mengkaji sebab-sebabnya.
·
Defining a goal-mengenalpasti matlamat sebenar
yang dihajati oleh remaja dalam sesuatu pertemuan/sesi. Perkara ini penting
untuk menjelaskan halatuju perbincangan/sesi supaya berfokus.
·
Exploration of alternative and confronting
incongruence- boleh dilakukan untuk meneroka pilihan-pilihan penyelesaian
berasaskan matlamat serta meminta penjelasan tentang perkara-perkara yang tidak
selaras antara verbal dan non-verbal communication. Alternative yang dipilih
remaja sebaiknya bersifat kreatif dan jangan terlalu gopoh menilai
baik-buruknya. Penilaian alternative menyelesaikan masalah mestilah dilakukan
dengan mengambil kira semua faktor (consider all factor). Akhirnya
memilih alternative yang dirasakan oleh remaja paling baik untuk dilaksanakan
mengikut urutan kesesuaian (mungkin juga mengambil kira dari mudah ke susah, simple
to complicate).
·
Generalization to daily yaitu umusan umum
perlu dibuat setiap kali pertemuan untuk memudahkan remaja memahami keseluruhan
proses kaunseling/ perbincangan yang telah dijalankan.
Beberapa ciri
seorang pendidik yang baik seperti berikut:-
sense of humor , high energy level
self confidence ,neutrality ,flexibility ,analytical
thinking creativity ,enthusiasm ,compassion , honestly.
Kualitas yang
perlu ada pada seseorang pendidik, antaranya;-
psychological health , genuine interest in others ,empathic
ability ,personal warmth ,personal power ,self awareness ,
tolerance of ambiguity ,an awareness of values.
Sifat-sifat
kaunselor Islam iaitu: beriman dan bertakwa kepada Allah ,jujur dan ikhlas
,benarn berani ,adil , pemurah dan ramah-tamah , sabar dan tenang , adab dan
akhlak , percakapan dan interaksi , toleransi , merendah diri , sentiasa ingin
membantu menepati janji ,. berilmu, terlatih dan sesuai.
IV. KESIMPULAN
Masalah sosial adalah sesuatu yang merangkurni
berbagai tingkah laku negatif di dalam
anggota
masyarakat yang tidak memberikan faedah kepada kekuatan sistem dan struktur ekonomi
yang diamalkan oleh sesuatu masyarakat, komuniti ataupun negarapengertian
masalah sosial hingga saat ini masih lazim digunakan untuk menunjuk suatu
masalah yang tumbuh dan atau berkembang dalam kehidupan komunitas, di mana
masalah itu dianggap kurang atau bahkan tidak sesuai dengan nilai -nilai
dan/atau norma-norma sosial dalam komunitas tersebut. Remaja selalunya
dikaitkan dengan masalah sosial. Ini mungkin disebabkan banyaknya berita
masalah sosial yang disebarkan melalui media dilakukan oleh remaja. Jika kita
berdasarkan perangkaanpun amat sukar untuk dinafikan bahawa remaja adalah
golongan terbesar dan seringkali dikaitkan dengan masalah. Pada masa kini,
tingkah laku golongan pelajar dan remaja khususnya semakin mencabar dengan
berbagai masalah di dalam negara. Jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka
kemungkinan besar puncanya adalah berasal dari pembawaan keluarga itu sendiri
pula menegaskan bahawa golongan yang bertanggungjawab dalam membawa kewujudan
budaya jenayah sama ada di sekolah mahupun di luar sekolah adalah keluarga,
iaitu ibu bapa. Keluarga adalah sebuah institusi sosial yang memainkan peranan
cukup penting dalam membentuk sahsiah dan tingkah laku moral pelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, Lindha Nurlita. 2013. “Menyikapi
Masalah Sosial Secara Religius: Kajian Sosiologi Sastra Atas Novel Di Ujung
Subuh Karya M. Tanwirul A.Z”. Skripsi.
1(2): 4-5.
Respati, Nining.
2006. ”Signifikasi Pemahaman
Masalah Sosial Dan Kemanusiaan”. Jurnal Sosioteknologi. 9 ( 5): 146.
Singgih, Doddy Sumbodo.2010.” Masalah-Masalah
Sosial Di Indonesia Pemahaman Konsep, Fokus Analisis, Skema Hubungan
Antar-Variabel dan Metode Analisis”. Jurnal
Psikologi. 2(5):13.
Suboh,
Azizi dan Mascilla. 2011. “ Masalah Salah Laku Agresif Di Kalangan
Pelajar Sekolah Rendah dan Hubungannya dengan Gaya Keibubapaan”. Journal of Education Psychology &
Counseling, 1 (9) :77-93.
Taum, Yoseph
Yapi. 2008. “Masalah Sosial dalam Masyarakat Multietnik “.Jurnal Cmes
.
1(1) : 15-17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar