PEMIMPIN PROFESIONAL YANG DAPAT MENGEFESIENKAN WAKTU
DAN MEMPUNYAI MORALITAS YANG BAIK

NAMA : DEDE IRWANSYAH
NIM :
D1E014017
KELAS : B
KEMENTERIAN RISET
TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS PETERNAKN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gaya kepemimpinan berhubungan erat dengan ketenangan
dalam melaksanakan tugas, peran Kepemimpinan menjadi sangat penting untuk
menentukan arah dan pencapaian tujuan organisasi. Pimpinan harus mampu
memberikan arah dan petunjuk kerja yang jelas kepada pegawai agar sesuai dengan
tujuan organisasi.
Kepimpinan ( Islam ) bukan hanya mempengaruhi orang
lain, juga memandu umat dalam melaksanakan amanah ketuhanan, memelihara ugama
dan menguruskan dunia. Kepimpinan Islam merupakan tanggungjawab & amanah,
bukan hanya semata-mata ‘tasrif’ (kebesaran). faktor penting yang menentukan
kinerja karyawan dan kemampuanorganisasi beradaptasi dengan perubahan lingkungan
adalah kepemimpinan (leadership). Realita yang ada dalam kehidupan
sehari-hari para pemimpin bangsa ini belum memperlihatkan sikap Islami.
Pemimpin kita yang seharusnya memberikan tauladan, dan perlindungan.
Dalam melaksanakan tugas pimpinan perusahaan selalu
menghadapi berbagai masalah. Untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, pimpinan
perusahaan tidak terlepas dari pengambilan keputusan. Salah satu di antaranya
adalah bagaimana agar perusahaan dapat beroperasi seoptimal mungkin, dan dapat
mencapai keuntungan yang maksimal. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan
perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan
pengorbanan tertentu. Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa seseorang pimpinan
perusahaan yang bijaksana selalu mengusahakan supaya jumlah laba yang
dihasilkan semakin meningkat dari tahun ke tahun, sebab jumlah laba yang
dihasilkan merupakan ukuran atau barometer dari keberhasilan seorang pemimpin
perusahaan.
Seorang bawahan dalam melaksanakan tugas ataupun
pekerjaan , sering kali mersaakan kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sehingga dia butuh motivasi maupun dorongan dari seseorang. Hal inilah yang
dapat jadi kesempatan seorang pemimpin untuk menolong karyawannya dalam
menyelesaikan tugasnya. Sosok pemimpin penolong sangat dibutuhkan dalam suatu
organisasi. Karena segala pekerjaan bisa cepat terselesaikan sesuai dengan
harapan dan tujuan.
Di Indonesia sendiri, sosok pemimpin yang mempunyai
moralitas yang bagus sangatlah jarang ditemukan pada saat ini. Karena telah
banyak kasus maupun perilaku-perilaku pemimpinnya yang sangat meruguikan Negara
dan masyarakat menjadi sengsara . Sehingga melihat kenyataan yang terjadi ,
maka sangat perlulah sosok pemimpin yang mempunyai etika serta moral yang baik
yang dapat membawa kesejahteraan masyarakat.
Untuk mewujudkan kinerja organisasi yang optimal,
salah satunya adalah dengan mengoptimalkan sumber manusia yang ada, memberikan
motivasi atau dorongan sehingga diharapkan akan tercipta sikap professional
dalam bidang Manajemen Pemerintah maupun manajemen perusahaan secara
keseluruhan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “ Pemimpin Profesional yang Dapat Mengefesienkan Waktu dan
Mempunyai moralitas yang Baik”.
1.2 Tujuan Pembahasan
1.
Membahas gaya kepemimpinan serta
kekuatan seorang pemimpin dalam menjalakan tugas.
2.
Membahas karakteristik seorang pemimpin
dalam menjalankan tugasnya dan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT
dalam menjalani kehidupan.
3.
Membahas cara-cara mengefisienkan waktu dalam menjalani kehidupan di dunia.
4.
Membahas sosok seorang pemimpin yang penolong dalam menjalankan tugasnya.
5.
Membahas pentingnya moralitas yang bagus yang harus dimiliki seorang pemimpin.
6.
Membahas penting sikap professional dalam sebuah organisasi dalam sosok seorang
pemimpin.
II.
Kepemimpinan Islam yang Memiliki Kekuatan Aqidah
2.1
Kepemimpinan
Menurut
Handayani ( 2010 ) kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya
mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan.
Hubungan satu orang yakni mempengaruhi pihak lain untuk bekerja secara sukarela mengerjakan tuas-tugas untuk mencapai hal
yang diinginkan. Johanes (2009) berpendapat jika kita ingin mempengaruhi orang
agar bertindak seperti yang kita inginkan, syaratnya kita harus menyentuh
kepentingan emosional orang tersrbut. Harus tau
jelas keuntungan dan manfaat apa yang akan ditawarkan sebagai opsi atau
pertukaran tindakan orang tersebut dengan permintaan kita.
Menurut
Purwanta (2008) kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain
untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok. Kepemimpinan
sebagai pengaruh pribadi yang teerjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui
proses komunikasi ke arah tercapainya suatu tujuan ataupun tujuan yang
ditetapkan . kepemimpinan merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang dengan upaya yang bersifat hubungan antar
pribadi.
Sutanto
dan Setiawan (2009) berpendapat kepemimpinan yakni suatu prosees mengaarahkan
dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas anggota kelompok.
Mempengaruhi orang antar perseorangan
lewat proses komunikasi untuk mencapai suatu tujuan.
Brahmasari (2008), menyebutkan kepemimpinan adalah
suatu proses dimana seseorang dapat menjadi pemimpin melalui aktivitas yang
terus menerus sehingga dapat mempengaruhi orang yang dipimpinnya untuk mencapai
tujuan organisasi atau perusahaan. Bentuk gaya kepemimpinan yang diterapkan
dalam suatu organisasi dapat mempengaruhi kinerja setiap karyawan.
Menurut
Thoha (2010), gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain
untuk mencapai tujuannya. Gaya kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam
rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama mencapai suatu tujuan yang
memang diinginkan bersama (Ardana dkk ,2011).
Kepemimpinan
merupakan kekuatan yang sangat penting dibalik kekuasaan berbagai organisasi
dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang efektif maka ruang lingkup kerja
mengenai apa yang bisa mereka capai, kemudian memobilisasi organisasi itu untuk
berubah kearah visi baru tersebut (Werren dan Burt,2006).
Bass
dalam Gibson (2005), menyatakan bahwa kepemimpinan transformational adalah
kemampuan untuk member inspirasi dan memotivasi pengikut untuk mencapai
hasil-hasil yang lebih besar dari pada yang direncanakan secara orsinil dan
untuk imbalan internal. Dengan mengungkapkan suatu visi, pemimpin transformasional
membujuk para pengikut untuk bekerja keras mencapai sasaran yang digambarkan. gaya
kepemimpinan merupakan pola-pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam
bekerja dengan melalui orang lain seperti dipersepsikan orang-orang itu
Gaya
kepemimpinan transaksional merupakan gaya kepemimpinan yang dapat meningkatkan
semangat kerja pengikut melalui transaksi/imbalan. Sebagaimana yang dinyatakan
oleh Burns (dalam Khaerul Umam, 2010), bahwa gaya kepemimpinan transaksional
merupakan hubungan antara pimpinan dan bawahan yang didasarkan pada serangkaian
aktivitas tawar menawar antar keduanya.
Seorang pemimpin memiliki karakteristik tertentu. Untuk mengerti
ciri-ciri kepemimpinan seseorang, harus dipahami bahwa kepemimpinan mempunyai
tiga komponen, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi. Oleh sebab itu, seseorang
yang dikatakan sebagai pemimpin yang baik dalam satu situasi dan dengan
pengikut tertentu, belum tentu sebaik itu dalam situasi dan pengikut yang lain
(Ristiyanti, 2006).
Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard dalam Muninjaya (2007)
berdasarakan pemikiran bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang efektif
untuk semua situasi. Kekuatan yang ada pada diri pemimpin dan yang dimiliki
oleh kelompok (hubungan interpersonal diantara keduanya), serta situasi
lingkungan (orientasi tugas) akan ikut menentukan gaya kepemimpinan seseorang
jika ia berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan menurut mereka,
yaitu: instruksi, konsultasi, partisipasi, dan delegasi. Memimpin berarti
menciptakan budaya dan nilai bersama, mengkomunikasikan tujuan
2.1.1
Kekuatan Aqidah
Hendrawan
(2008) menyatakan kekuatan aqidah menjadi suatu syarat mutlak bagi keberhasilan
gerakan. Kekuatannya lahir dari kebenaarannya sendiri. Akidah islam yang
terumuskan dlam pernyataan laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rosulullah adalah
aqidah ya benar dan juga mennnajdi aqidah yang kuat. Hanya aqidah
yang benar yang mampu memancarkan ibadah dan perilaku yang sama. Menurut
Marzuki (2007) aqidah merupakan bagian yang sangat penting dalam islam. Aqidah
merupakan pondasi utama dalam islam mendasari seluruh ajaran islam laiinya.
Aqidah yang kuat dan kokoh akakn menjamin kekuatan dan keutuhan islam seseorang
jika aqidah rapuh , islam yang dimilii seseorang bias jadi hancur.
Alhamd
(2009) menyatakan bahwa Aqidah ahli sunah waljammah sesuai dengan fitrah yang
sehat dan selaras dengan akalyang murni. Akal murnin yang bebas dari pengaruh
syahwat dan syubuhat tidak akan
bertentangan dengan nash yang sahih . orang yang menggangap sama antar aqidah
yang benar dan yang tidak benar adalah
seperti orang yang yang menganggap sama antara siang dan malam. Salleh, Tamuri
dan Amat (2013) menyatakan akidah merupakan tunjang yang yang berperan
melahirkan inviudu yang mempunyai keyakinan yang tinggi kepada Allah SWT . Nilai
yang ada dalam aqidah islam adalah menekankan aspek-aspek keimanan kerohanian ,
kilmuan , penhayatan dan amalan bagi melahirkan invidu yang seimbang emosi,
rohani dan akalnya denga timgkah laku
fizikalya. Keruntuhan nilai aqidah dalam diri seorang menjadi ancaman
kepada kesejahteraan diri dan masyarakat.
2.1.2
Kekuatan Kecerdasan
Menurut
Chrisnawti (2008) kecerdasan emosional pentig bagi keberhasila hidup karena mengajarkan
berbagai keterampilan seperti keterampilan social, pemecahan masalah , motivasi
berprestasi , komunikasi dan lain sebagainya. Orang mulai sadar bahwa tidak
hanya keunggulan intelektual yang dibutuhkan untuk berhasil teapi dibutuhkan
keterampilan lain untuk menghadapi kehidupan.
Daud
(2010) menyatakan bahwa taraf intelegency bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
keberhasilan seseorang. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi
kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain,
diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni
kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati.
Menurut
Jaya , Muliyadi dan Sulaeman (2012) Kecerdasan emosional seseorang merupakan
factor penentu sebuah keberhasilan kinerja, karena dalam kecerdasan emosional
seseorang mampu mengendalikan ego dan keiinginannya serta mampu memahami orang
lain atau arekan kerjanya sehingga terciptanya suasana kelompok kerja yang
dinamis.
Widhianawati (2011)Kecerdasan
kinestik adalah kemampuan menyeleraskan pikiran dengan bdan sehingga apa yang
dikatakan oleh pikiran akan tertuang dalam bentuk gerakan badan yang indah,
kreatif dan mempunyai makna. Kecerdasan
kinestik identik dengan kempuan seseorang dalam mengembangkan gerak
dalam mengembangkan gerak sehingga mempunyai nilai performan yang begitu indah
dan berbeda dengan yang lainnya.
Menurut Wechsler dalan Winkel
(2008) inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan menetapkan suatu
tujuan, untuk berpikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan
di sekitarnya secara memuaskan.
Menurut
Goleman (2005), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with
intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran
diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Pada
dasarnya kecerdasan emosional dapat diasah dengan mengikuti kegiatan-kegiatan
yang positif. Menurut Hapsari (2010) kegiatan di masa remaja sering hanya
berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah,
selain urusan tersebut remaja memiliki banyak waktu luang. Waktu luang tanpa
kegiatan yang berarti akan menimbulkan gagasan untuk mengisi waktu luang dengan
berbagai bentuk kegiatan. Apabila remaja melakukan kegiatan yang positif, tentu
tidak akan menimbulkan masalah.
Covey (2005) mengatakan bahwa KI adalah kemampuan
manusia untuk menganalisis, berpikir dan menentukan hubungan sebab-akibat,
berpikir secara abstrak, menggunakan bahasa, memvisualisasikan sesuatu, dan
memahami sesuatu. Behling (2006) mengemukakan KI sama dengan kemampuan kognisi,
yaitu kemampuan yang didalamnya mencakup belajar dan memecahkan masalah,
menggunakan simbul dan bahasa.
2.1.3 Kekuatan Kepemimpinan
Menurut Munawaroh (2011) salah
satu bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan
refleksi paradigma baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai kepemimpinan
transformasional. Kepemimpinan transformasional, digambarkan sebagai gaya
kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau memotivasi karyawan, sehingga dapat
berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi.
Menurut Suseno dan Sugiyanto (2010) kepemimpinan transformasional
dapat diartikan sebagai penilaian kemampuan pemimpin mempengaruhi bawahan untuk
membangkitkan kesadarannya akan pentingnya hasil kerja, mendahului kepentingan
kelompok dan meningkatkan kebutuhan‐kebutuhan
bawahan pada tingkatan yang lebih tinggi sehingga tercapai kualitas hidup yang
lebih baik.
Wawaruntu (2006) menyatakan bahwa teori kepemimpinan
Karismatik para pengikut membuat atribut pada pemimpin yang heroik atau yang
memiliki kemampuan yang luar biasa yang mereka amati dan dapati. Para pemimpin
transaksional, adalah pemimpin yang membimbing atau mendorong bawahan merek amengarah
pada tujuan yang telah diletakkan, dengan cara menjelaskan peranan dan tugas
yang dipersyaratkan.
Menurut Desianty (2005) kempemimpinan
transaksional menyangkut nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran
seperti, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan pertukaran.
Sedangkan kepemimpinan transaksional sebagai sebuah pertukaran imbalan-imbalan
untuk mendapat kepatuhan. Komponen: 1)
contingen reward, 2) management by exception active and passive.
2.1.4
Kekuatan Fisik
Menurut Nurdindan Kemala (2012) Kekuatan merupakan
komponen dasar dalam melakukan setiap aktivitas fisik, termasuk olahraga. Untuk
dapat melakukan keterampilan fisik yang baik, kekuatan otot merupakan salah
satu komponen penting yang harus di miliki terlebih dahulu.
Chan (2012) berpendapat bahwa strength atau
kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang diperlukan dalam
peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan salah satu unsure kondisi
fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat membantu meningkatkan
komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan. kekuatan sebagai
energy untuk melawan suatu tahanan atau kemampuan untuk membangkitkan tegangan
atau tension
Menurut Ruswan (2009) latihan fisik yang dilakukan
secara lakukan secara teratur akan meningkatkan
kesegaran jasmani. Sehingga tubuh sksn menghadapi beban kerja secara
efektif. Hal ini merupakan manisfestasi dari penyesuaian tubuh terhadap beban
peningkatan kerja fisik.
Dewi ( 2006) menyatakan bahwa manusia melakukan
berbagai aktifitas olahraga untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan ketahanan
fisik yang optimal. Kesegaran jasmani adalah kesanggupan tubuh melakukan
penyesuaian terhadap beban fisik yang diberikan kepadanya, berupa kerja yang
dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Latihan
fisik secara teratur dapat meningkatkan kerja otot sehingga akan meningkatkan
kekutan otot.
2.1.5 Kekuatan Ekonomi
Menurut Evienia , Aldi dan Madhyarati
(2014) perekonomian dunia saat ini
ditandai dengan semakin mengelompoknya kekuatan ekonomi berdasarkan letak
geografis dan geopoloitik semisal masyarakat ekonomi eropa , AFTA, NAFTA,
berkaca dari semakin terpolarisasinya kekuatan ekonomi maka intregasri kekuatan
ekonomi ASEAN merupakan langkah penting untuk meningkatkandaya saing dan
berperan dalam ekonomi global.
Menurut Karjono dan Fikriyana (2012) dalam
sistem perekonomian yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, koperasi merupakan
salah satu dari tiga kekuatan perekonomian yang saling terkait yaitu
perekonomian negara, swasta dan koperasi. Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1
menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan dan bukan kemakmuran orang seorang yang diutamakan, dan
bangunan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Daud (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
wilayah menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian
suatu wilayah untuk jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan
dianggap sebagai sumber peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk
yang jumlahnya terus meningkat.
Menurut Rasyidin (2008) sistem keuangan yang kuat
akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Pasar saham merupakan bagian intergral dari sistem keuangan dan replica dari
kekuatan perekonomian suatu Negara Oleh karena itu, pengembangan pasar saham
sangat penting dan tidak dapat diabaikan oleh perekonomian apapun
Menurut
Hayati, dan Wibowo .(2011) konsep Ekonomi Islam berbeda dan tidak mengadopsi
sistim Kapitalisme Barat maupun Sosialisme. Sistem Ekonomi Islam berbeda dari
Kapitalisme, Sosialisme, maupun Negara Kesejahteraan (Welfare State).
Negara intervensi, terutama ditujukan mendamaikan
konflik sosial yang mungkin antara perilaku etis manusia dan ekonomi tidak
dapat memimpin masyarakat ke "jalan menuju perbudakan" tetapi akan
memandu dengan lembut sepanjang jalan menuju kebebasan manusia dan martabat
(Mubyarto, 2002) empat prinsip utama yang dikedepankan dalam ekonomi Islam
yaitu : Kesatuan (unity), Keseimbangan (equilibrium), Kebebasan (free
will). Dan Tanggungjawab (responsibility). Prinsipprinsip tersebut
dalam literatur lain (P3EI,2008).
Menurut Khomaini (2007) dalam catatan sejarah Islam,
Nabi Muhammad mengawali praktik pembangunan ekonomi di kota Madinah mulai
meletakkan dasar-dasar ekonomi yang mengacu pada nilai-nilai Islam terutama
aqidah dan prinsip Tauhid. Hal ini dapat dilihat saat Rosulullah membangun
ekonomi Madinah, beliau berusaha menerapkan prinsip keadilan dan kesetaraan
agar terjadi redistribusi asset ekonomi diantara warga secara merata
proporsional. Seperti diketahui dalam sejarah bahwa setelah hijrah kaum
Muhajirin yang merupakan salah satu pilar komunitas pembangun masyarakat
Madinah secara ekonomi sangat marjinal.
III. Karakteristik
Pemimpin Islam dalam Mengelola Alam Raya untuk Menciptakan Negeri yang Makmur
3.1
Jujur
Menurut Halim (2013) kejujuran adalah kunci utama
dari seorang pemimpin. Pemimpin harus selalu konsisten dengan apa yang
diucapkan dan dilaksanakan. Kejujuran seorang pemimpin terletak pada
keberaniannya dalam meninjau kembali pendirian yang akan berubah kerana
perubahan waktu atau tempat.
3.2 Komunikatif
Menurut Indrawan (2009) komunikasi dapat
dikatagorikan menjadi tiga yaitu, komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan
komunikasi kesamping. Komunikasi ke atas adalah penyampaian informasi dari
pegawai keatasan atau perusahaan. Komunikasi ke bawah adalah penyampaian
informasi informasi atau gagasan dari atas atau pimpinan ke bawah Informasi-informasi
yang disampaikan bisa meliputi banyak hal seperti tugastugas yang harus
dilakukan bawahan.
Menurut Suniastuti (2009) Selain budaya
organisasi faktor komunikasi juga dapat mempengaruhi disiplin kerja . Dengan
komunikasi ini karyawan dan pimpinan dapat berinteraksi dengan baik dalam
memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam suatu perusahaan atau
organisasi yang dapat menghambat kemajuan perusahaan itu sendiri. Komunikasi
baik antara pimpinan dengan karyawan merupakan salah satu faktor penting untuk
meningkatkan disiplin kerja.
3.3 Kompetensi
Menurut Widhiatmini dan Hakim (2008) kompetensi
dapat dibentuk antara lain melalui pendidikan dan pelatihan agar dapat
melaksanakan tugasnya sesuai standar yang diinginkan. Sedangkan dalam sektor
pemerintahan, kewenangan diberikan oleh pemerintah kepada organisasi/pejabat
tertentu dalam bidang tertentu..
3.4 Musyawarah
Menurut
Ausop (2009) menyatakan
dalam hal musyawarah, khalifah boleh saja tidak melibatkan banyak orang
tetapi hanya melibatkan dua atau tiga orang tergantung kepada
keperluannya. Musyawarah dalam sistem
khilafah bukan untuk menetapkan hukum benar salah atau haram halal.
3.5 Inspiratif
Lesilolo menyatakan suatu pemimpin yang inspiratif
yakni kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi dengan
menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat perubahan yang dibutuhkan,
mengkomunikasikan dan menjelaskan visi dan memotivasi dan memberi inspirasi
kepada orang lain untuk mencapai visi itu.
3.6 Rendah Hati
Nilai-nilai
kepemimpinan secara umum menurut Dubrin seperti yang dikutip Irawanto (2008)
yaitu : Bersikap rendah hati dalam situasi-situasi tertentu sangat diperlukan.
Hal ini meliputi mengungkapkan bahwa kita tidak dapat melakukan semuanya
sendirian dan membutuhkan orang lain. Serta tidak perlunya menonjolkan harta
yang dimiliki kepada orang lain.
Tawadhu' adalah sikap
merendahkan hati, baik di hadapan Allah SWT maupun sesama manusia. Manusia yang
sadar akan hakikat kejadian dirinya tidak akan pernah mempunyai alasan untuk
merasa lebih baik antara yang satu dan yang lainnya (Hidayatullah ,2012 ).
3.7
Sabar
Menurut Yusoff dan Abdullah (2013) berpendapat bahwa para
pemimpin hendaklah bersabar jika mereka yang ingin mencapai darjat yang tinggi
dalam memimpin bangsa, sebaliknya darjat tersebut tidak akan tercapai jika mereka
tidak mempunyai kesabaran dan cepat berputus asa dalam menghadapi sebarang
cobaan dan halangan. Menjadi seorang pemimpin sangat mebutuhkan kesabaran yang
besar dalam menghadapi segala bentuk cacian dari msyarakat.
3.8 Tujuan
Hidup Manusia
Menurut Suryadi (2013)
menyatakn bahwa wacana teologis , tuhan menciptkan manusia mempunyai tujuan.
Pengejawantahan tujuan tersebut bias dilihat lewat firman-Nya yaitu : “
Sesungguhnya Aku menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Ku.
Suparno (2012)
berpendapat , manusia sebagai makhluk hidup ciptaan Allah bertujuan untuk
mencapai kebahagiaan baik secara duniawi maupun surgawi. Kebahagiaan itu
dicapai apabila manusia semakin menyempurnakan dirinya semakin penuh menuju
sang ilahi. Manusia dengan bebas mengembangkan dirinya untuk menjadi semakin
sempurna dan baik..
Lestari (2007)
menyatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi dan menyembah Allah
Azza wa jalla. Tak ada yang lain dari itu. Maka sudah sepatutnya jika jiwa ,
gerak dan raga dihadapakan kepada-Nya, diabdiakn ditundukan, dan diserahkan
kepada Allah.
Natsir (2006)
menyatakan tujuan hakiki adalah
keridhoan ilahi. Hidup yang ukhrawi yang puncak kebahagiannya terletak
dalam pertemuan dengan khalik Azza wa Jalla. Itulah menyembah sebagai tujuan
hidup.
3.9
Mengabdi Kepada Allah
Menyembah kepada Allah
SWT berarti memusatkan penyembahan kepada Allah SWT semata mata dengan
menjalani dan mengatur segala segi dan
aspek kehidupan didunia ini., lahir dan batin sesuai kehendak ilahi. Baik
sebagi perseorangan hubungannya dengan khalik ataupun sebagi anggota masyarakat
dalam berhubungan sesama manusia ( Natsir , 2006 ).
Lestari (2007) menyatakan bahwa jiwa harus siap dan
pasrah untuk menghadap dan mengabdi kepadanya. Dengan potensi yang dimiliki ,
jiwa kita mengabdi kepada Allah. Menggunakan energy jiwa untuk bergerak sesuai
kehendak-Nya. Selain itu seorang pemimpin juga harus
cerdas baik secara intelektual, emosional, spriritual serta memiliki kemampuan
menghadapi tantangan dan cobaan ataupermasalahan yang dihadapinya
Tusriyanto (2014)
menyatakan bahwa sebagai seorang muslim , islam merupakan acuan aktivitas
motivasi inspirasi dan landasan spiritual dalam menggerakan roda kehidupan
social. Memperjuangkan kedaulatan Allah di bumi untuk mengamalkan syariatnya agar
tercipta suasan rahmat yang penuh keadaban akan akhlakul karimah dalam
kehidupan social. Hal inilah yang dimiliki Rosulullah SAW sebagai pemimpin umat
mengabdikan hidupnya kepada Allah semata.
Awang dan Kadir
(2008) solat merupakan kewajiban dan
syiar utama dalam islam karena meruakan satu bentuk penghambaan diri kepada
Allah SW. Allah telah mewahyukan solat kepada Rosulullah dengan cara istimewa
yaitu ketika nabi di mi’rajkan. Solat merupaakn amal ibadah dan tiang agama
islam.
3.10
Khalifah
Menurut Rahman (2012 ) manusia dianugerahi Allah
berupa potensi yang diharapkan mampu mengemban misi suci sebagai khalifah Allah
di muka bumi dan sekaligus sebagai „abd Allah, hamba Allah. Oleh
karenanya, ia dibekali dengan kemapanan potensi seperti akal, hati, rasa, dan
nafsu.
Menurut Zuhri (2010) berpendapat bahwa dalam konsep
islam manusia merupakan makhluk tertinggi( ahsanu taqwida ) karena keutamaan
manusia sebagai khalifah fil al-ardi. Sebagai pengganti tuhan yang telah diberi
pengetahuan konseptual , manusia meneruskan penciptaan yaitu membentuk sesuatu
yang sudah menjadi sesuatu yang baru.
Menurut Rahim (2012) menyatakan pembahasan tentang
khalīfah dalam Alquran merupakan pembahasan tentang salah satu kedudukan
manusia di bumi Kedudukan yang dimaksud di sini adalah konsep yang menunjukkan
hubungan manusia dengan Allah SWT dan dengan lingkunannya.
Menurut Sudrajat (2010)
Al-Farabi menentukan adanya dua belas persyaratan bagi mereka yang akan menjadi
seorang khalifah. Kedua belas persyaratan itu adalah: (1) lengkap anggota
badannya, (2) baik daya pemahamannya, (3) tinggi intelektualitasnya, (4) pandai
mengemukakan pendapatnya dan mudah dimengerti uraiannya, (5) pecinta pendidikan
dan gemar mengajar, (6) tidak loba atau rakus dalam hal makanan, minuman, dan
wanita, (7) pecinta kejujuran dan pembenci kebohongan, (8) berjiwa besar dan
berbudi luhur, (9) tidak memandang penting kekayaan dan kesenangan-kesenangan
duniawi yang lain, (10) pecinta keadilan dan pembenci perbuatan zalim, (11)
tanggap dan tidak sukar diajak menegakkan keadilan dan sebaliknya sulit untuk
melakukan dan menyetujui tindakan keji dan kotor, dan (12) kuat pendirian,
penuh keberanian, tinggi semangatnya, bukan penakut dan tidak berjiwa lemah .
IV.
Penataan Hidup Lebih Baik dengan Cara Mengefesienkan Waktu
4.1 Efisien
Menurut Pebriyanti (2012) efisiensi adalah rasio
keluaran terhadap masukan. Menurut Dewi,
Suamba dan Ambarawati (2012) Pengertian
efisien ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu efisiensi teknis,
efisiensi alokatif (efisiensi harga), dan efisiensi ekonomi.
Macam-macam kekosongan :
4.1.1 Kekosongan jiwa ( kecerdasan Emosional )
Menurut Chrisnawati (2008)
kecerdasan emosional adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk
mengendalikan diri dan memilii daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu
mengendalikan impuls dan tidak cepat mersa puas, mampu mengatur suasan hati dan
mampu membina hubungan baik dengan orang lain dan mudah mengenali emosi orang
lain dan memanfaatkan emosi tersebut secara produktif.
4.1.2 Kekosongan hati ( Kecerdasan spiritual )
Menurut Suryani (2007) kecerdasan
spiritual yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan
nilai, kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lainnya. Kecerdasan
spritual sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang untuk membuat diri
menjadi baik.
4.1.3 Kekosongan akal ( Kecerdasan Intelektual )
Menurut Ardana , Aritonang dan Dermawan (2013) KI
adalah kemampuan manusia untukmenganalisis, berpikir dan menentukan hubungan
sebab-akibat, berpikir secara abstrak,menggunakan bahasa, memvisualisasikan
sesuatu, dan memahami sesuatu.
4.2
Mengefisienkan Waktu
4.2.1 Dakwah
Menurut Ummatin ( 2008 ) pengertian
dakwah dapat dirumuskan sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepadapara umat
manusia. Dakwah menurut Al-Quran diartikan sebagai perintahmenyeru manusia ke
jalan Tuhan dengan cara hikmah dan pelajaranyang baik dengan berbagai metode
dan pendekatan. Ada empat komponen yang terlibat dalam aktifitas dakwah, yaitu
pesan yang disampaian ,juru dakwah, penerima pesan dan media yang dipakai.
Menurut Fathurrohman (2008) dakwah amar ma’ruf nahi
mungkar secara praktis telah berlangsung sejak adanya interaksi antara Allah
dengan hambaNya (periode Nabi Adam AS), dan akan berakhir bersamaan dengan
berakhirnya kehidupan di dunia ini. Sehingga waktu yang dibtuhkan dalam
berdakwah ini sangat banyak walaupun dalam pandangan Allah kehidupan ini hanya
sesaat.
Menurut Daud (2011)
umat Islam harus memiliki harga diri yang tinggi bahwa umat Islam adalah umat
yang terbaik di muka bumi dan yakin terhadap hasil kajiannya, seperti yang dilakukan
oleh umat Islam terdahulu dalam berbagai cabang ilmu, seperti astronomi,
matematika, fisika, kimia, biologi, psikologi dan lain-lain. Menjadi umat islam itu harus menguasai segala
bidang pengetahuan.
Salah satu bentuk mendekatkan diri dengan Allah SWT
yaitu dengan melakukan solat. Awang dan Kadir( 2008 ) menyatakan solat
merupakan kewajiban dan merupakan syiar pertama dalam islam karena merupakan
satu bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT . Dalam arti sebenarnya solat
merupakan amal ibadah dan tiang kepada agama islam.
Adnan (2008), nilai
ideal dakwah adalah mentauhidkan Allah SWT yang kemudian melahirkan sikap
islam, iman dan ikhsan.Dengan mengacu pada suri tauladan islam dari nabi
Muhammad SAW baik dalam ucapan, amalan, maupun ketetapan beliau, yang hasilnya
adalah membersihkan diri dari segala bentuk kemaksiatan.
4.2.2 Membaca
Lestyarini(
2012). Membaca adalah sebuahkegiatan sine quo non dalam seluruh proses
pendidikan. Segala bidang baik yang berkaitandengan ilmu maupun budaya tidak
akan dapat dikaji dan diperoleh tanpa kegiatan membaca.
Menurut Wulan (2010) membaca adalah salah satu
faktor yang penting dalam kehidupan masyarakat modern.Kemampuan membaca menjadi
kebutuhan karena penyebaran informasi dan pesan-pesan dalam dunia modern ini
disajikan dalam bentuk tertulis, dan hanya dapat diperoleh melalui membaca.
Dengan membaca segala informasi dapat diketahui sehingga jika banyak membaca
wawasan ilmu pengetahuan akan semakin banyak.
Menyatakan secara umum
tujuan orang membaca, ialah sebagai berikut: (1) untuk mendapatkan informasi;
(2) agar citra dirinya meningkat; (3) untuk melepaskan diri dari kenyataaan
jenuh/sedih/putus asa; (4) rekreaktif/hiburan; (5) hanya iseng/sekedar menghabiskan
waktu, dan mencari nilai-nilai keindahan/ pengalaman estetis dan nilai-nilai
kehidupannya. Sedangkan tujuan akhir membaca secara hakiki adalah untuk
memahami ide, kemampuan menangkap makna dalam teks baik tugas maupun utuh (Apriyanti , Joharman dan Budi 2007).
Lasa (2009) membaca
merupakan proses penyerapan informasi yang lebih efektif dari pada mendengar.
Dengan membaca sejumlah literatur, diskusi, dan mengikuti pertemuan ilmiah,
sesorang mampu mengasah otak, memperoleh wawasan, dan meningkatkan ilmu pengetahuan.
Membaca sebenarnya merupakan bentuk Kebudayaan
Membaca merupakan usaha penyebaran gagasan dan upaya kreatif.
Menurut
Jamian (2011) membaca merupakan salah satu sumber pengetahuan dan asas
pembentukan diri ke arah memperoleh ilmu pengetahuan. Tujuan membaca bagi
memahami teks yang dibaca dan kandungan teks memberi makna kepada pembaca.
4.2.3 Suka Membantu
Menurut
Sumiyarsih, Mujiasih, Ariati
(2012) perilaku-perilaku kooperatif dan saling membantu yang berada di luar
persyaratan formal sangat penting bagi berfungsinya suatu organisasi. Altruism, merupakan perilaku menolong
orang lain secara sukarela khususnya yang berhubungan dengan tugas di luar
tanggung jawabnya dalam organisasi. Menurut Budiman dan Seriawan (2014) beberapa
karakteristik kepemimpinan pelayan antara lain: membantu individu untuk
menemukan potensi, memperlengkapi kebutuhan, memberikan fasilitas, dan melayani
setiap individu sebagai salah satu cara untuk mempengaruhi, sehingga kinerja
individu dan produktivitas organisasi meningkat. Pemimpin
memprioritaskankepentingan dan kebutuhan individu lain diatas kebutuhandiri
pemimpin tersebut.
Menurut Purba dan
Seniati( 2006) Organizational Citizenship Behavior (OCB)
adalah sikap membantu yang ditunjukkan oleh anggotaorganisasi, yang sifatnya
konstruktif, dihargai oleh perusahaan tapi tidak secara langsung berhubungan
dengan produktivitas individu altruism, yaitu perilaku membantu meringankan
pekerjaan yang ditujukan kepada individu dalam suatu organisasi,
Menurut Muhdiyanto dan Hidayati ( 2011)
Perilakukewargaan organisasional yaitu Helpening behavior, altruism,
courtesy,peacemaking, cheerleading dan interpersonal helping. Secara
sukarela membantu orang lain yang berkaitan dengan pekerjaannya, mencegah terjadinya
masalah dalam pekerjaan,membantu dalam mencegah..
4.2.4 Bergaul Dengan Baik
Menurut Winata (2014) seseorang yang dapat
menyesuaikan diri dengan individu lain adalah individu yang mudah bergaul dan
pandai membawadiri dengan lingkungan social yang baru yaitu dengan cara
berinteraksi, cepat bergaul, bersikap sopan santun, ramah, berkomunikasi
memahami dan menghargai nilai dan kebiasaan yang dianut masyarakat setempat
Menurut Syarifah, Wiiloilo, Kristiana (2012)
Keterlibatan ayah dalam pengasuhanmempengaruhi cara bergaul individu dilingkungan
sosial akan nampak ketika individumemasuki usia remajabahwa seorang ayah dapat
mengungkapkan sikap melindungi, sikap memelihara rasa kasih saying.
Menurut Stapa, Ismail, Yusuf (2012) berpendapat bahwa Imam al-Ghazali juga turut
menekankan faktor pembelajaran social yaitupergaulan dengan orang-orang yang
soleh sebagai salah satu daripada tiga kaedahmembentuk akhlak yang mulia dalam
diri seseorang Ini adalah kerana manusia
itu secara semulajadi bersifat meniru di manaseseorang itu boleh memperolehi
kedua-dua sifat baik dan buruk daripada keadaanseseorang yang lain. Jika
seseorang itu bergaul dengan seseorang yang baikdalam tempoh tertentu, dia akan
memperolehi dalam dirinya sesuatu kebaikan daripada orang tersebut .
Menurut Anirah dan Hasnah (2013) etika adalah
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, dalam kehidupan
pergaulan sehari-harinya, dan tidak hanya menentukan hasil kebenaran dari
tingkah laku itu saja, sebagaimana adanya... Dalam tata cara pergaulan remaja
semua agama dan tradisi mengatur tata cara pergaulan tersebut. Agama Islam
sebagai pedoman hidup ummatnya juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja
yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi; a). Mengucapkan
Salam, b).Meminta Izin, c).Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih
muda, 4).Bersikap santun dan tidak sombong, 5).Berbicara dengan per-kataan yang
sopan, 6).Tidak boleh saling menghina, 7).Tidak boleh saling benci dan iri
hati, 8).Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, 9).Mengajak untuk
berbuat kebajikan.
V. Pemimpin yang Suka Menolong Untuk Menambah
Keimanan dan Ketaqwaan
5.1 Penolong
Menurut Muflihin (2008) fungsi utama pemimpin
pendidikan adalah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja,
antara lain pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama.
Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam
memeberikan rangsangan kepada kelompok. Menurut
Rahman dan Yahaya (2011) sifat lain yang juga penting dimiliki oleh
pemimpin pendidikan berkaitan dengan interaksinya dengan bawahannya (dalam
rangka menggerakkan dan memotivasi mereka untuk mau dan mampu bekerja dengan
baik) adalah suka menolong memberi petunjuk dan dapat menghukum secara
konsekuen dan bijaksana.
Menurut Sumiyarsih, Mujiasih, dan Ariati (2012) perilaku-perilaku kooperatif dan
saling membantu yang berada di luar persyaratan formal sangat penting bagi
berfungsinya suatu organisasi. Altruism,
merupakan perilaku menolong orang lain secara sukarela khususnya yang
berhubungan dengan tugas di luar tanggung jawabnya dalam organisasi. Menurut
Ibrahim (2010) dua syarat penting yang perlu ada pada seseorang pemimpin iaitu
berani bertindak dan mempunyai pahlawan budi, di dalam sejarah agama Islam
Saidina Umar Bin Al-Khattab menunjukkan sifatnya sebagai seorang pemimpin
dermawan. Belaiu sering menolong masyarakat kesusahan juga menolong perjuangan
Rosulullah .
Tolong
Menolong dalam Ketaqwaan
Zakaria dan Azahar (2013)
berpendapat apabila manusia meninggalkan kewajipan utama sebagai hamba Allah, pastinya mereka akan
menempuhi banyak rintangan. Melalui ibadah
solat fardu yang konsisten, ianya boleh membawa kepada kekuatan iman dan akan menjadi benteng
pertahanan kepada individu tersebut untuk Menangkis dugaan yang mendatang.
Menurut Ahmad dkk.(2014) solat
merupakan salah satu kaedah utama menghindarkan mereka daripada melakukan
perbuatan keji dan mungkar. Hal ini bertepatan dengan firman Allah SWT yang
bermaksud, “Sesungguhnya solat itu mencegah daripada perbuatan keji dan
mungkar” (Surah Al-Ankabut, ayat : 45).
Menurut Dewi (2013) pada hakikatnya manusia harus
mempunyai perilaku peduli lingkungan yang tinggi, karena manusia memiliki
hubungan sosiologis maupun biologis secara langsung dengan lingkungan hidup
dimana dia berada, sejak dia lahir sampai meninggal dunia. Namun, dilihat dari
sisi manusia, lingkungan merupakan sesuatu yang bersifat pasif, sedangkan yang
aktif adalah manusia. Sehingga kualitas lingkungan sangat bergantung pada
kualitas manusia.
Menurut Wardani dan Analya
(2012) berbicara tentang potensi alam, erat kaitannya
dengan manajemen eksplorasi dan manajemen pemberdayaan lingkungan hidup.
Ekplorasi sumber daya alam maupun mineral seharusnya dapat pula diimbangi
dengan menjaga kualitas lingkungan sekitar agar tetap terjaga seimbang. Hal ini
penting agar kejadian-kejadian berupa bencana alam maupun pencemaran lingkungan
dapat diminimalisasi.
Menurut Mulyana
(2009) Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia
terhadap alam dan juga relasi di antara semua kehidupan alam
Semesta,
yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam, dan antara
manusia dengan makhluk hidup yang lain atau dengan alam secara keseluruhan,
termasuk di dalamnya kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak
langsung atau tidak langsung terhadap alam.
Menurut Ahdiyana
(2007) lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan
kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1.
Unsur Hayati (biotik) 2. Unsur Sosial
Budaya 3. Unsur Fisik (abiotik).
5.1.1
Menolong dengan Kebajikan
Menurut Suanda et al. (2012)
,kesukarelawanan dalam bahasa mudahnya ialah perbuatan memberi atau kemahuan
untuk melakukan sesuatu untuk kebaikan orang lain kesukarelawanan adalah
aktiviti kebajikan. Kesukarelawanan adalah bertujuan untuk membantu orang lain
atau organisasi tanpa paksaan dan tanpa mendapat sebarang bayaran atau pampasan
kebendaan
Menurut Mariati (2013) qardh merupakan
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih, atau dengan perjanjian
akan dikembalikan atau akan membayar yang sama dengan hutangnya tersebut, yang
didasarkan atas asas saling tolong menolong dalam kebaikan, sebagaimana
diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-qur’an surat al-maidah ayat (2) yang
berbunyi ; dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikandan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Menurut Nurlaili (2013) Takaful adalah
saling menanggung. Dalam takaful, hubungan sosial tidak lagi bersifat
transaksional, melainkan hubungan kasih sayang yang sangat indah yang melampaui
segala perbedaan, kesenjangan dan kepentingan. Takaful adalah saling
mencukupi. Perilaku takaful merupakan puncak tertinggi dalam ukhuwah
islamiyah.
Menurut Muzakkir (2013)
perilaku prososial adalah semua bentuk tindakan yang dilakukan atau
direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memedulikan motif-motif si penolong,
kesukarelaan atau kepedulian sosial terhadap orang-orang yang memerlukan
pertolongan. Perilaku yang berorientasi pada tindakan-tindakan positif terhadap
orang lain, baik bantuan berupa materi, fisik, maupun psikologis termasuk
altruisme, empati, dan simpati.
5.1.2 Jangan Tolong Menolong dalam Kejahatan
dan Dosa
Menurut
Akyunin (2007) salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat
adalah pencurian. Pencurian menurut pasal 362 kitab undang-undang hukum pidana
adalah : “barangsiapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara.
Menurut Kurniawan (2014) salah satu
permasalahan yang muncul akibat perkembangan teknologi informasi adalah
lahirnya kejahatan-kejahatan , yang lebih dikenal cybercrimes (kejahatan
dunia maya) akibat dari kejahatan dunia maya dapat lebih luas daripada tindak
pidana konvensional.
Menurut Plantinga (2005) Dosa adalah suatu konsep religius bukan konsep
moral belaka. Kriminalitas dan pelanggaran moral adalah dosa karena keduanya
meukai dan menghianati Allah. Suatu dosa dalah tindakan , pikiran keinginan
emosi atau perbuatan apapun atau
kelalayan untuk melakukan tindakan yang tidak berkenaan kepada Allah dan layak
dipersalahkan.
Menurut Huda (2009 ) Manusia adalah tempat salah dan lupa , tidak ada
yang dapat luput dari dosa. Oleh karenanya menurut sebagian kalangan melakukan
sebagian dosa itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi tidak boleh hanyut dalam
kewajaran itu , lalu denagn selalu membiasakan perbuatanyang terlarang atau
hanyut dalam kesdihan karena dosanya hingga tidak melakukan suatu tidakan
apapun kalau demikian adanya maka perbuatan yang harus dilakukan adalah
mealakukan perbuatan yang baik dan taubat kepada Allah.
Menurut Ishak (2007) Argumentasi Murjiah, ialah
bahawa orang Islam yang melakukan dosa besar masih mengucap dua kalimah
syahadah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya,33 orang seperti ini masih mukmin
bukan kafir atau musyrik. Dalam dunia ini ia tetap dianggap mukmin bukan kafir.
Soal di akhirat diserahkan kepada keputusan Tuhan.
5.1.3 Menolong Menjadi Masyarakat
yang
Beriman
Menurut Qardhawi
(2005) Aqidah Islam ada pada keimanan kita kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
para rasul-Nya, dan hari kemudian. Aqidah Islam itu membangun bukan merusak,
mempersatukan bukan memecah belah, karena aqidah ini tegak di atas warisan
ilahiyah seluruhnya. Dan di atas keimanan kepada para utusan Allah seluruhnya.
Saleh (2006) Rukun
Iman adalah: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya dan hari kemudian serta beriman kepada takdir yang baik maupun yang
buruk. Iman mencakup ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan
dengan anggota badan. Iman itu akan meningkat dengan melakukan ketaatan, dan
menurun dengan melakukan maksiat.
Menurut Norlina, Mohamed dan Haron (2009) Islam juga
telah meletakkan cinta dan kasih sayang sebagai sebahagian daripada iman. Ini
dibuktikan oleh sabda Rasulullah S.A.W dalam memupuk persahabatan yang
bermaksud:
“
Tidak beriman seseorang itu selagi dia tidak kasihkan saudaranya sebagaimana
dia kasihkan dirinya sendiri.” (Riwayat Bukhari) .
Menurut Samsinas
(2006) Masyarakat Madinah merupakan legalitas internalisasi nilai iman
dan amal shaleh. Demikian pula karakter masyarakat madani, totalitas aktifitas
pembangunan masyarakat berasaskan moral atau nilai-nilai religious.
Alquran dengan tegas memberikan sinyalemen akan bentuk masyarakat yang identik
dengan konsep masyarakat madani sebagaimana terdapat dalam Q.S. Ali Imran (3):
110). Di sini disebutkan khaira ummah (masyarakat unggul) yakni yang
menjalankan tugas amar ma’ruf nahi munkar dan beriman kepada Allah swt
Suhid
(2012) berpendapat bahwa dalam Islam manusia yang paling tinggi statusnya
adalah manusia yang paling mulia akhlaknya dan tinggi sifat taqwanya. Banyak
hadis yang menunjukkan kaitan iman dengan akhlak. Misalnya, “Orang mukmin yang
paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya (Imam Ahmad, Juz 3,
No.7406). dan “Tidak sempurna iman seseorang itu sehingga dia mengasihi
saudaranya sebagaimana dia mengasihi dirinya sendiri” (Sahih Bukhari, Jilid 1,
Bil. 10).
Menurut Ishak
(2007) Kewajipan
beriman kepada Allah dapat diketahui melalui wahyu dan akal. tentang wajibnya
beriman hanya semata-mata kerana akal tidak dipersetujui oleh Asy’ariyyah. Bagi
Asy’ariyyah soal wajibnya beriman adalah melalui ketentuan wahyu, bukan
lantaran akal.
5.1.4 Menolong Menjadi Masyarakat
yang Rajin Beramal Soleh
Menurut Baharuddin
dan Ismail (2015) Kecerdasan
ruhaniah dalam Islam bertujuan untuk taat kepada Allah (S.W.T.), orang yang
bertaqwa mempunyai kekuatan dalaman yang hebat lagi unik. Allah (S.W.T.) Telah
memberi dorongan kekuatan dengan mengilhamkan dua jalan iaitu jalan kebaikan
dan kejahatan untuk dipilih..
Menurut Kurniawan , Ashaari dan Umar
(2012) natijah
daripada matlamat yang terkandung dalam Falsafah Pendidikan Islam ini akan
lahirlah generasi Muslim yang seimbang dari segi material dan spiritual iaitu individu
yang warak, ikhlas, jujur, istiqamah dan berbuat baik sesama insan. Ia juga
melahirkan muslim yang berilmu, beriman, berketrampilan, beramal soleh dan
berakhlak mulia.
Menurut Khotimah
(2014) Nilai-nilai agama merupakan nilai yang sangat efektif digunakan untuk
melahirkan partisipasi masyarakat. Sosialisasi nilai-nilai substansial dan
masyarakat yang beradab dapat ditanamkan melalui lembaga-lembaga keagamaan.
Nilai-nilai teologis itu merupakan energy yang dapat menggerakkan semangat
untuk beramal soleh. Semangat itu menjadi penting untuk pemberdayaan manusia.
Menurut Jaapar dan Azahari (2011) al-Farabi menjelaskan bahawa dalam
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, ianya berkait dengan jiwa yang
baik (al-fadilah) iaitu jiwa yang terlepas daripada ikatan kebendaan dan
tuntutan hawa nafsu, melaksanakan amanah dan janji, menunaikan tugas-tugas
syarak dengan sempurna, menjauhkan dosa-dosa besar, meninggalkan perkara yang
diharamkan oleh Allah SWT dan lain-lain lagi. Oleh
yang demikian jiwa akan menjadi bahagia apabila manusia berjaya melaksanakan
kesemua perkara yang mulia dan menjauhi perkara yang dilarang.
Menurut Beik (2009) dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Imam al-Asbahani dari Imam at-Thabrani, dalam kitab Al-Ausath dan
Al-Shaghir, Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Sesungguhnya Allah SWT
telah mewajibkan atas hartawan muslim suatu kewajiban zakat yang dapat
menanggulangi kemiskinan. Tidaklah mungkin terjadi seorang fakir menderita
kelaparan atau kekurangan pakaian, kecuali oleh sebab kebakhilan yang ada pada
hartawan muslim. Ingatlah, Allah SWT akan melakukan perhitungan yang teliti dan
meminta pertanggungjawaban mereka dan selanjutnya akan menyiksa mereka dengan
siksaan yang pedih”.
VI.
Moralitas Pemimpin dalam Mewujudkan Pemerintahan
yang Adil
6.1 Pemimpin Yang Bagus Moralitas
6.1.1 Tauhid
Menurut Muzakir (2013)
inti dari keimanan adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT. ajaran tentang
syariah atau hukum islam yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya
(habl minallah) terwujud dalam ketaatan dan ketaqwaan seorang hamba terhadap
tuhannya. hal tersebut dalam bentuk ibadah seperti salat, puasa, dan iain-lain.
Menurut Hasbi (2009) tauhid berarti
komitmen seseorang kepada allah sebagai pusat orientasi dan fokus dari seluruh
rasa hormat, tunduk, patuh, syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai. apa
yang dikehendaki allah akan menjadi nilai bagi manusia tauhid, dan ia tidak
akan mau menerima otoritasatau petunjuk kecuali otoritas dan petunjuk Allah.
Menurut
Mohammad et.al ( 2008) tauhid sebagai ilmu yang dapat menegakkan akidah
keagamaan seseorang yang berlandaskan kepada keyakinan. keimanan seseorang
tidak akan diterima di sisi Allah Selagi tidak ditegakkan di atas mentauhidkan-Nya
dari sudut ilmu dan iktikad, iaitu kepercayaan serta pegangan tauhid adalah
merupakan suatu pegangan, pengilmuan dan sesuatu yang bersabit dengan
penghayatan tentang pengesaan dan Keesaaan Allah Taala. Konsep tauhid merupakan
satu konsep utama yang menjadi asas dalam semua sudut pandangan dan seluruh
aspek kehidupan muslim. Tauhid asas keimanan yang ditekankan dalam islam (Farhana
dan Rahman ,2012).
Pendekatan Tauhid adalah merujuk kepada satu konsep
yang bersifat holistik dan bersumberkan wahyu ( Aziz, 2006). Konsep inilah yang
menjadi ciri utama dan keistimewaan hakiki agama Islam sejak berzaman. Malah
konsep ini jugalah yang menjadi rahsia dan ramuan mujarab pendidikan dan
pembangunan manusia yang dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW. keperluan untuk kembali memahami dan
menghayati paradigma Tauhid ini bukan hanya terhenti kepada aspek kerangka
teorinya sahaja, malah untuk menjamin keberkesanannya, ia perlu disepadukan
antara teori dan amali, roh dan akal serta hati dan budi.
Selamat (2005) telah mendefinisikan tauhid sebagai
ilmu yang dapat menegakkan akidah keagamaan seseorang yang berlandaskan kepada
keyakinan. Keimanan seseorang tidak akan diterima di sisi Allah selagi tidak
ditegakkan di atas mentauhidkan-Nya dari sudut ilmu dan iktikad, iaitu kepercayaan
serta pegangan (Yusuf Al-Qardawi, 2007). Tauhid adalah merupakan suatu
pegangan, pengilmuan dan sesuatu yang bersabit dengan penghayatan tentang
pengesaan dan Keesaaan Allah Taala. Konsep tauhid terdiri daripada tiga konsep
asas iaitu iman (kepercayaan), ilmu (pengetahuan) dan amal (perlakuan)
6.1.2 Nikah
Menurut An-Nabhani (2007) wanita-wanita Ahlul Kitab
yang senantiasa menjaga kehormatannya adalah halal untuk dikawini oleh pria
Muslim.Maka seorang pria muslim boleh mengawini wanita Ahlul Kitab baik Yahudi
maupun Nashrani menikahi wanita-wanita Ahlul Kitab yang menjaga kehormatannya
itu adalah halal bagi kalian. Keharaman wanita Muslimah menikah dengan pria
Ahlul Kitab, Yahudi maupun Nashrani, ditetapkan dengan pernyataan al-Quran
secara gamblang. Menurut Bafadhal
(2008) perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk
rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Menurut Wuryandari,
Indrawati, dan Siswati (2010) pernikahan merupakan penyatuan dua
pribadi yang unik, dengan membawa pribadi masing-masing berdasar latar belakang
budaya serta pengalamannya. Hal tersebut menjadikan pernikahan bukanlah sekedar
bersatunya dua individu, tetapi lebih pada persatuan dua system keluarga secara
keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem yang baru.
Menurut Arsal ( 2012)
pernikahan pada hakekatnya adalah manifestasi pelembagaan antara dua insan
berlainan jenis yang saling mencintai dan merelakan dengan cara bermartabat.
Hukum pernikahan dapat dibagi lima yaitu pertama wajib, bilamana
seseorang yang sudah mempunyai kemampuan untuk memberi nafkah kepada calon
istri dan hidupnya diliputi nafsu seksual menggelora yang dikuatirkan akan terjerumus
dalam perbuatan zina.
Menurut Fathudin dan Fitria (2013) perkawinan
merupakan suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang
terinstitusi dalam satu lembaga yang kokoh, dan diakui baik secara agama maupun
secara hukum. Al Qur‟an, secara normatif banyak menganjurkan manusia untuk
hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang bahagia
dan tentram. Berkaitan dengan status perkawinan . Wanita yang haram dinikahi
terbagi menjadi dua, yaitu: a) Takhrim muabbad: yaitu wanita yang haram
dinikahi untuk selamanya. b) Takhrim muaqqad: yaitu wanita yang haram dinikahi
karena ada sebab tertentu yang menyebabkan wanita tersebut haram. Tetapi
apabila sebab yang mengharamkannya telah hilang, maka wanita yang semula haram
dinikahi tersebut menjadi halal untuk dinikahi (Syahbandir, 2010)
6.1.3
Hayati
Hamlan (2012) learning to be yaitu manusia saling memiliki
kebergantungan satu dengan yang lainnya. Karena itu manusia saling menolng
kasih sayang, hidup toleran dan
konsisten berpegang teguh kepada jati dirinya. Erning to live together adalah
menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi educted person yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat dan untuk sesama umat manusia tanpa membedakan satu dengan
yang lainnya meskipun mereka berbeda.) kemerosotan
nilai-nilai kemanusiaan dengan merebaknya isu-isu moral dan nilai-nilai
kehidupan di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang
(narkoba), pornografi, dan lain-lain, sudah menjadi masalah sosial yang sampai
saat ini belum dapat diatasi secara tuntas
( Asri
Budiningsih , 2009).
Sulistyarini (2011)
menyatakan dalam kancah pergulatan global dewasa ini , kekhawatiran yang muncul
adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan terkikisnya semangat religious serta
kaburnya nilai kemanusiaan ditambha lagi hilangnya jati diri bangsa. Humanisasi
adalh proses pembangunan karakter kemanusiaan dalam diri manusia yang
menghargai harkat dan maratbat manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dengan berbagai anugrah kelebihan.
Menurut Rizal (2013)
pentingnya pendidikan bagi manusia sudah menjadi umat manusia sepanjang sejarah
. para ahli berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang belum selesai dan
belum jadi manusia sewaktu dilahirkan. Untuk memungkinkannya kelak hidup
sebagai manusia dan melaksankan tugas hidup kemanusiaan maka perlu dididik dan
dibesarkan oleh manusia dalm lingkungan kemanusiaan.
6.1.4 Amanah
Menurut Yusoff dan
Abdullah (2013) menyatakan bahwa makna
amanah untuk pemimpin lebih tinggi daripada makna amanah orang biasa. Kejujuran
seorang pemimpin terletak pada keberaniannya dalam meninjau kembali pendirian
yang akan berubah kerana perubahan waktu atau tempat.
Menurut Mahira,
Suhartono dan Awaliyah (2009)
kejujuran adalah dasar dari segalanya sekaligus kunci menuju tempat yang mulia
di hadapan allah dan terhormat di hadapan manusia. konsep kejujuran yang harus
ditanamkan sebagai kunci adalah dengan jujur kepada allah swt sebagai sang
pencipta, jujur kepada diri sendiri serta jujur kepada lingkungan dan masyarakat sosial.
masyarakat yang kering dari kejujuran akan hidup dalam kegersangan.
Menurut Kholmi
(2012) islam memiliki sud ut pand ang tersend iri
berkaitan dengan pertanggungjawaban (akuntabilitas), karena dalam islam
semua yang dititipkan kepada manusia adalah amanah. konsep amanah
merupakan bagian universal yang kemudian diturunkan menjadi akuntabilitas
sebuah konsep barat yang diturunkan dari teori agensi secara filosofi
akuntabilitas adalah amanah. amanah berarti dapat dipercaya. Sifat amanah
merupakan syarat pokok bagi setiap pemimpin.
Menurut Noor (2012), amanah bermuara pada
satu pengertian yaitu setiap orang merasakan bahwa Allah SWT senantiasa
menyertainya dalam setiap urusan yang dibebani kepadanya, dan setiap orang
memahami dengan penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan pertanggung
jawaban atas urusan Tersebut amanah adalah sebuah kewajiban.
Budiharto dan Himam (2012) ajaran islam memandang kepemimpinan sebagai tugas (amanah),
ujian, tanggung jawab dari tuhan, yang pelaksanaannya tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada para anggota yang dipimpin, tetapi juga kepada Allah
Swt baik di dunia maupun di akhirat.
6.1.5 Adil
Menurut Mawardi (2010) keadilan sosial dipahami sebagai keadilan yang
berkaitan dengan yang bagaimana seharusnya hal-hal yang enak untuk didapatkan
dan menunutut pengorbanan, keuntungan dan beban dalam kehidupan sosial dibagi
dengan adil kepada anggota masyarakat . dinilai sebagai adil dan tidak adil
ketika seseorang mendapat keuntungan yang sedikit.
Qohar (2009) bahwa
keadilan itu adalah kebijakan yang berkaitan
dengan
hubungan antar manusia. Kata adil, menurutnya, mengandung lebih dari satu arti.
Adil itu dapat berarti menurut hukum dan apa yang sebanding, yaitu yang
semestinya. Berlaku adil itu sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Hak yang
dimiliki oleh seseorang , termasuk hak asasi wajib diperlakukan secara adil.
Menurut Faturochman (2006)
Keadilan
menjadi syarat mutlak dalam hubungan antar manusia, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Besarnya tuntutan akan keadilan yang akhirakhir
ini mengemuka sebenarnya merupakan tuntutan normatif. Pada tingkat individu,
keadilan juga sulit diformulasikan. Makin sulit menemukan orang yang
benar-benar memegang keadilan sebagai nilai kehidupan dan moralitas yang
dijunjung tinggi.
Menurut Simangunsong (2006)untuk menjamin tegaknya
keadilan dan kebenaran ditengah-tengah masyarakat , maka tidak dibenarkan
adanya intervensi dari kekuasaan legislative mau lingkungan eksekutif terhadap
peradilan/ hakim dalm pengambilan keputusan antar warga masyarakat. Hakim dalam
menjalankan tugasnya tidak boleh memihak kepada pihak -pihak yang berperkara.
Hakim harus menjadi benteng terakhir dalam tegaknya keadilan ditengah-tengah
masyarakat.
Keadilan yang berkaitan dengan outcome sering
disebut sebagai keadilan distributif, namun sesungguhnya kedua hal tersebut
tidak sama. Kajian psikologi tentang keadilan pemberian upah hampir selalu
memasukkannya dalam lingkup keadilan distributif. Bila dicermati, pemberian
upah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu distribusi dan pertukaran (Surbakti,
2008). Karenanya, para ahli ekonomi menilainya sebagai keadilan pertukaran
(komutatif). Bahkan, ekonom terkenal Adam Smith menyatakan bahwa hakikat
keadilan adalah keadilan komutatif.
Minton dkk., (2006) mengemukakan bahwa keadilan
harus diformulasikan pada tiga tingkatan, yaitu outcome, prosedur, dan
sistem. penilaian keadilan tidak hanya tergantung pada besar kecilnya sesuatu
yang didapat (outcome), tetapi juga pada cara menentukannya dan sistem
atau kebijakan di balik itu.
VII. Seorang Pemimpin yang
Profesional dalam Bekerja dengan Cara Bekerja Sama dan Menghargai Waktu
7.1 Pemimpin yang Profesional
Moeldjono (2009) menerangkan bahwa kepemimpinan
Profesional adalah kepemimpinan yang mempunyai etika di dalamnya. Ketika sebuah
keputusan diambil, leadership judgement tidak berhenti di dalam kompetensi
kepengambilan-keputusan, namun juga di dalam tingkat kebenaran etis dari sebuah
keputusan. Betapa perlunya profesional tugas
dan pekerjaan dijiwai dengan semangat amanah yaitu jujur dan adil. Bila setiap
muslim menyadari tugas dan tanggung jawab insya Allah mampu meningkatkan
semangat kerja prestatif dengan dilandasi dengan kejujuran, keadilan, ketaatan,
keikhlasan dan kerja sama
( Fajal, 2007
).
Menurut Herry (2008) professional merupakan
orang yang melakukan suatu pekerjaan karena ahli dibidang tersebut serta
meluangkan seluruh waktu, tenaga, dan perhatiannya untuk pekerjaan tersebut.
Orang yang professional juga memiliki komitmen penuh dengan apa yang ia
kerjakan. Menurut Darman
(2013) kualitas pemimpin nasional di daerah seyogyanya perlu terus ditingkatkan
agar memenuhi segi-segi kompetensi, komitmen, profesionalitas, jujur, adil,
amanah, berintegritas tinggi dan berpola pikir, pola sikap dan pola tindak yang
komprehensif, integral dan holistik demi kepentingan rakyat dan masyarakatnya.
Karena dengan sikap professional seorang pemimpin dapat dengan pasti mana yang
jadi kepentingan pribada dan mana yang menajdi kepentingan bagi masyarakat yang
harus di prioritaskan.
7.1.1
Bekerja Dengan
Memiliki Keahlian
Menurut
Darman (2013)
kepemimpinan nasional di daerah dapat diperkuat melalui peningkatan kapasitas
dalam pengelolaan sumber-sumber potensi daerah yang berwawasan nusantara, agar
dapat menangkap peluang mengembangkan daerahnya dengan tetap meningkatkan
kewaspadaan nasional. Dalam pengelolaan sumber kekayaan alam peran pemimpin
nasional dihadapkan pada tantangan sejauh mana pemanfaatan sumber kekayaan
alam tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Rahmadan
(2014), berpendapat bahwa keahlian saja pada jiwa yang besar tidak akan dapat
mungkin mencapai tujuan itu. Inilah perlunya, sekali lagi mutlak perluannya
memiliki dan membangun jiwa yang besar.
Menurut Wardani (2009) keahlian
merupakan sesuatu minat atau bakat yang harus dimiliki oleh seseorang, dengan
keahlian yang dimilikinya memungkinkan untuk dapat menjalankan dan
menyelesaikan tugas-tugas secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang
dimiliki seseorang dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal
yang nantinya harus terus menerus ditingkatkan. Hasibuan (2007) menyatakan
bahwa keahlian harus mendapat perhatian utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang
akan menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya. Keahlian ini mencakup technical skill, human
skill, conceptual skill.
Anggraeni
(2011) berpendapat bahwa keahlian terdiri dari beberapa unsur penting yaitu:
(1) Keahlian Teknis, yaitu keahlian menggunakan pengetahuan, metoda, teknik,
dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan
pelatihan yang diperolehnya; (2) Keahlian Konseptual, yaitu keahlian untuk
memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit
masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh; dan (3)
Keahlian Hubungan Interpersonal yaitu, keahlian untuk bekerjasama dengan orang
lain, memotivasi pegawai, melakukan negosiasi. Maka sangat penting bahwa
seorang pemipin itu harus mempunyai keahlian.
7.1.2 Bekerja dengan
Pengetahuan
Harun (2009), berpendapat bahwa seorang pemimpin
bergantung sepenuhnya terhadap pertimbangan wujud hasil dari kearifan.Sementara
pertimbangan anggota dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selama
beberapa tahun. Selain itu , Herawaty dan Susanto (2010) menyatakan selain
menjadi seorang profesional yang memiliki sikap profesionalisme, akuntan publik
juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya untuk mendukung
pekerjaannya dalam melakukan setiap pemeriksaan. Sehingga dengan pengetahuan
yang dimiliki maka dapata melayani publik dengan baik.
Notoatmodjo (2007) menyatakan salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat pada umumnya dan anak sekolah khususnya
dapat dilakukan melalui program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
Penyampaian materi pada program KIE dapat dilakukan melalui beberapa metode dan
media. Media sangat berperan sekali terhadap segala bentuk informasi .
Multitama (2007), menyebutkan seorang pemimpin dapat memulai dengan belajar
dan berlatih tentang ilmu dasar kepemimpinan dan pengembangannya dan setelah
itu ia harus terus melatih ilmu yang dia miliki.Pemimpin
cemerlang menggunakan kebolehan untuk menciptakan kombinasi pengalaman dan
pengetahuan.
7.1.3 Kerjasama
Kerjasama adalah suatu
usaha antara orang perorangan atau kelompok manusia diantara kedua belah pihak
untuk tujuan bersama sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik
(
Sari , 2008).
Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain. Dalam menjalani kehidupannya manusia akan dihadapkan pada suatu
dilema sosial. Oleh karenanya dibutuhkan kerjasama dalam menjalani kehidupannya.
Baron & Byane (2006), menganggap bahwa kerjasama (Cooperation)
merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Menurut Soekanto,(
2008 ) kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama Dalam teori
sosiologi akan dijumpai beberapa bentuk kerjasama (Cooperation). Kerjasama
dapat dibedakan dalam kerjasama spontan (spontaneous cooperation),
Kerjasama langsung (directed cooperation), Kerjasama kontrak (contractual
cooperation), Serta kerjasama tradisional (traditional cooperation). Jika seorang pemimpin mampu berkerja sama
dengan para anggotanya maka tujuan yang ingin dicapai dapat mudah terlaksana.
Kerjasama (Cooperation) adalah adanya
keterlibatan secara pribadi diantara kedua belah pihak dami tercapainya
penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal (Sunarto, 2007).
Poernomo
(2006) menyatakan bahwa Kerjasama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina
dengan baik Kerjasama tim berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
manajer. Oleh karena itu perusahaan terutama para manajer hendaknya memberikan
kepercayaan pada anggota tim terutama pada para karyawan agar setiap anggota
tim dapat bekerja sama,
Setiyanti (2012)
menyatakan bahwa Kerja sama biasanya dilakukan atas dasar tujuan yang sama,
yaitu tujuan yang hendak dicapai. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan
adanya suatu kerja sama kelompok (team work), karena semua
penggerak suatu organisasi adalah manusia, bukan mesin, computer atau yang
lainnya. Dan secara psikologis, manusia terbagi dalam tiga sifat, yaitu manusia
sebagaiinsan individual, manusia sebagai insan sosial dan manusia sebagai insan
berketuhanan. Sebagai insan individual, manusia memiliki harga diri, mempunyai
sifat mau menang sendiri, egois, dan lain-lain.
Menurut Safitri, Amri, dan Shabri (2012)
Kerjasama tim juga merupakan faktor penting untuk mengukur kepuasan kerja
pegawai. Dewasa ini, pembentukan kerjasama tim dianggap solusi terbaik untuk
mencapai kesuksesan di dalam organisasi. Kerjasama tim merupakan sekumpulan
individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kerjasama ,
hubungan antar individu dapat terjalin dengan harmonis dan tanpa ada masalah antar
sesame invidu pada kelompok tersebut.
7.1.4 Menghargai Waktu
Taufan (2011) mengungkapkan bahwa salah satu
permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah
pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarahpada
pengelolaan diri dengan berbagai cara yang bertujuan untuk mengoptimalkan waktu
yang dimiliki.
Disiplin waktu menentukan kualitas kerja dalam
prioritas pelayanan kesehatan. Hal ini akan menjadi masalah jika penggunaaan
waktu yang kurang tepat tentunya pelayanan akan tertunda dan mencerminkan
tenaga kesehatan belum semaksimal mungkin membantu dalam proses penyembuhan
klien bahkan sebaliknya dapat menjadi masalah bagi kita sebagai profesi
kesehatan dimata masyarakat (Kasim, Robot, dan Hamel, 2013).
Sumarto (2006), menyebutkan jika dalam hal menghargai waktu,
seorang pemimpin tak dapat melaksanakannya maka kemungkinan besar, bahwa
seorang pemimpin tersebut juga tak dapat menghargai orang-orang yang
dipimpinnya.Seorang pemimpin dituntut untuk dapat menghargai waktu sekaligus
dapat mengendalikannya.
Menurut Juwaini (2014) keuntungan
ataupun kerugian manusia banyak ditentukan oleh sikapnya terhadap waktu. Sikap
imani adalah sikap yang menghargai waktu sebagai karunia ilahi yang wajib
disyukuri. Hal ini dilakukan dengan cara mengisinya dengan amal saleh,
sekaligus waktu itu pun merupakan amanat yang tidak boleh disia siakan.
Sebaliknya, sikap adalah cendrung mengutuk waktu dan menyia-nyiakannya. Cara
mengisi waktu dengan amal saleh contohnya yaitu dengan cara membaca Al-quran.
Menurut Waidi
(2012) Islam sangat menyadari bahwa jiwa
manusia tidak bisa dipaksakan untuk menggunakan waktu yang dimilikinya untuk
hal-hal yang serius dan berat, tetapi islam juga tidak menyerahkan dan
membebaskan sepenuhnya kepada mereka untuk menghabiskan waktu luangnya sesuai dengan
selera hawa nafsu semata.
Sastrawijaya (2010), berpendapat pemimpin itu harus
bisa menghargai waktu atau dengan memenejemen waktu.Jadi, pemimpin itu harus
bisa membagi waktu, dan mana kiranya yang lebih penting maka dia harus
mendahulukan, tidak hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja.
7.1.5 Bekerja dengan Sungguh
Menurut Sastrawijaya (2010), pemimpin itu jika bekerja harus
bersungguh-sungguh, apabila tidak dan pengikutnya tahu, maka pengikutnya juga
tidak akan menghargai pemimpin itu dan menganggap bahwa pemimpin itu tidak
serius menjadi pemimipin.
Jubaedah, (2009) berpendapat bahwa
peserta didik harus bersungguh-sungguh di dalam melaksanakan praktik kerja
industri, karena program pembelajaran berbasis industri dapat memberikan
pengalaman belajar di dalam mengembangkan kompetensi kerja sesuai tuntutan
dunia usaha dan industri. Kesungguhan tersebut dapat ditunjukkan melalui sikap
dalam bekerja, disiplin dan adaptasi dalam lingkungan dunia kerja tempat
praktik kerja industry. Karena pada hakekatnya sikap sungguh-sungguhlah salah
satu indicator yang dapat mengsukseskan kinerja seseorang.
Sehingga dengan bersungguh-sungguh segala bentuk
pekerjaan akan terselesaikan dan akhirnya mersakan kepuasan.
Menurut Winarta (2009), pengakuan terhadap seorang
pemimpin tentang kepemimpinannya, pada akhirnya akan datang jika pemimpin
tersebut bekerja tanpa banyak bicara, tetapi bekerja sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan bersama sehingga ketika tujuan tersebut tercapai semua orang
berkata “Kita telah melakukannya sendiri”. Barulah seorang pemimpin tersebut
diakui keberadaanya
Menurut Ayub (2006) menjalani suatu tugas yang telah
diberikan kepada kita harus dijalani dengan sungguh-sungguh karena kesungguhan
seorang menjalankan tugasnya dapat membuat pekerjaan itu selesai dengan cepat
dan hasil yang memuaskan. Bekerja memangharus menuntut
kesungguhan. Orang yang bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu terutama
dalam pekerjaan, pastinya akan berjaya atau mendapat hasilnya. Maka sudah tentu
akan rugilah bagi mereka yang malas berusaha.tanda bagi orang yang malas
bersungguh-sungguh diantaranya : 1) Sering membuang waktu dengan aktivitas yang
tidak bermanfaat 2) Menganggap pekerjaan yang perlu dilakukan tidak penting
(Jawad,
2005).
7.1.6 Bekerja Sebuah Amanah
AS-Suwai, Thariq dan Basyaahil (2005) berpendapat Pemimpin yang amanah adalah pemegang mandat
yang dapat dipercaya (Al-Amin). Pemimpin yang amanah juga pemimpin yang
objektifdan adil, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kebaikan dan kemajuan
bersama, serta pantang menyelewengkan wewenang. Seorang pemimpin yang sudah
memiliki presepsi bahwa bekerja sebagai sebuah amanah maka dia akan mengerjakan
tugasnya sebaik mungkin.
Menurut Kholmi (2012) Islam memiliki sudut pandang
tersendiri berkaitan dengan pertanggungjawaban (akuntabilitas), karena dalam
Islam semua yang dititipkan kepada manusia adalah amanah. Konsep amanah
merupakan bagian universal yang kemudian diturunkan menjadi akuntabilitas sebuah
konsep barat yang diturunkan dari teori agensi.
Noor (2011)
berpendapat Amanah adalah sebuah kewajiban, di mana sudah seharusnya semua
orang Islam saling mewasiatinya dan memohon bantuan kepada Allah Swt dalam menjaganya,
bahkan ketika seseorang hendak bepergian sekalipun setiap saudaranya seharusnya
berpesan kepadanya.
Anggraeni (2012) berpendapat jika dilihat dari
hakekat amanah itu datangnya dari Allah, baik manajer maupun direksi telah
melakukan tindakan yang tidak sesuai ajaran amanah dengan mementingkan diri
sendiri. Melanggar amanah merupakan tindakan yang menuju kearah berkhianat, dan
hal yang demikian ini merupakan perbuatan yang dilarang dan larangan dalam
agama adalah dosa.
7.1.7 Bekerja Sebagai Ibadah
Menurut Oetama (2009), paham bekerja sebagai ibadah
mau tidak mau mengacu kepada optimalisasi.Sebab dalam kaitan ini kerja
ditempatkan pada konteks yang lebih mulia dan mengatasi waktu, sehingga
landasan bekerja sebagai ibadah sebenarnya merupakan kebutuhan manusia itu
sendiri untuk menambah keberkahan dalam setiap kegiatan ataupun pekerjaannya.
kerja dalam arti umum yaitu semua bentuk usaha yang
dilakukan manusia baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik
maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan dan keakhiratan.
Kemudian kerja dalam arti sempit ialah kerja untuk memenuhi tuntutan hidup
manusia berupa sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan bagi setiap
manusia dan muaranya adalah ibadah
(Latifah ,2014) .
Menurut Juwaini (2014) Kerja adalah ibadah, melahirkan sikap
kerja serius penuh kecintaan. Salah ( baik dan bermanfaat) islam hanya
memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi
kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan menganggkat derajat
manusia baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Winardi (2007) pekerjaan adalah sarana
mencari rizki dan kelayakan hidup sekaligusmerupakan tujuan. Manusia mempunyai
tujuan hidup yakni berjuang di jalan kebenaran dan melawan kebatilan. Menurut
Al-Qur’an, faktor yang mendekatkan atau menjauhkan manusia dari realisasi
tujuan hidupnya adalah amal yang bermanfaat bagi orang banyak dan tidak
merugikan mereka sedikitpun.
7.1.8 Pengendalian Mutu
Usaha untuk terus meningkatkan mutu pendidikan tidak
pernah berhenti dilakukan, dan berbagai terobosan baru terus diperkenalkan dan
dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas antara lain dalam bidang
pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga kependidikan, pengembangan
materi ajar dan sebagainya (Srihani, 2006).
Pengendalian mutu adalah suatu proses pengdelegasian
tanggung jawab dan wewenang untuk suatu aktivitas manajemen, dalam menopang
usaha-usaha atau sarana dalam rangka menjamin hasil-hasil yang memuaskan (Rakhmawati, 2009).
Menurut Supranto (2007), pengendalian mutu merupakan
suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, dan objektif
dalam memantau dan menilai barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan
perusahaan atau institusi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan serta
menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan tujuan untuk memperbaiki
mutu.Tujuan pengendalian mutu meliputi dua tahap, yaitu tujuan antara dan
tujuan akhir
Seorang
pemimpin yang baik harus bisa menyadari upaya peningkatan mutu terhadap hal
yang dipimpinnya. Oleh karena itu, harus segera memperbaiki hal-hal yang
mendasar .secara berkala, seorang pemimpin yang baik harus rajin menyoroti cara
kerja organisasi yang dipimpinnya melalui langkah-langkah atau teknik kerja
baru dalam memperbaiki peningkatan mutu (Saidi, 2006).
KESIMPULAN
1. Kepemimpinan adalah suatu usaha
menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu
dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin sangatb membutuhkan berbagai dorongan
kekuatan untuk menjalani tugasnya sebagai pemimpin.
2. Menjadi
seorang pemimpin sangat diperlukan sekali memiliki karakter yang baik yang sehingga dapat menjalankan tugasnya demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dan manusia juga yang ditakdirkan sebagai
khalifah di muka bumi harus selalu
mendekatkan diri dan berserah diri kepada Sang Pencipta dengan cara beribadah
sesuai dengan syariat yang ditentukan.
3. Dalam
kehidupan diperlukan efisiensi dalam segala hal dengan cara
melakukan segala jenis kegiatan yang bermanfaat jikalau mempunyai waktu luang
yang banyak. Sehingga kehidupan kita menjadi tidak sia-sia karena setiap waktu
yang kita punya dalam hidup itu digunakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
bagi diri sendiri maupun masyarakat.
4. Menjadi
seorang pemimpin harus mampu menolong segala kekurangan anggota bahawahannya.
Sikap menolong ini dalam artian menolong dalam hal kebaikan bukan dalam hal
keburukan. Sifat altruism sangat perlu dimiliki seorang pemimpin. Altruism, merupakan perilaku menolong orang
lain secara sukarela khususnya yang berhubungan dengan tugas di luar tanggung
jawabnya dalam organisasi.
5. Pertimbangan
memilih seorang pemimpin salah satunya yaitu harus melihat moralitas pemimpin
tersebut , apakah memiliki moral yang bagus atau buruk. Moralitas yang bagus sangat
penting dimiliki pemimpin karena seorang pemimpin merupakan panutan bagi
masyarakat.
6. Pentingnya
sikap profesionalisme yang harus dimiliki pemimpin dalam melaksanakan
pekerjaannya. Pemimpin yang professional memiliki komitmen penuh dengan apa yang ia
kerjakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan.2008.”Analisis
Pergaulan yang Baik dalam Lingkungan Masyarakat”.Jurnal Sosial .1(2):15.
Ahdiyana,
Marita. 2007. ” Meningkatkan Kepedulian terhadap Kelestarian Lingkungan Hidup melalui
Pemilahan Sampah Mandiri”. Psikologia ,1 (2) : 4
Ahmad
, Dkk. 2014. “Penghayatan Solat dan Pengimarahan Masjid: Kajian dalam Kalangan
Pelajar Universiti Utara Malaysia”. Proceeding
Of The Social Sciences, 2(13):9.
Akyunin, Claudia Qurota .2007.” Kajian Viktimologi Tentang Perlindungan Hukum
Bagi Korban Pengendara Kendaraan Bermotor yang Mengalami Tindak Pidana
Pencurian dengan Kekerasan (Studi Kasus di Kepolisian Resor Pasuruan) “. Jurnal Ilmiah, 5(2): 10.
Alhamd .2009.
“Kerangka Dasar Ajaran Islam”. Jurnal Ekonom, 13(4): 2.
Anggraeni, M. D. 2012.
“Agency Theory dalam Perspektif Islam”. Jurnal Hukum Islam. 9 : (2).
Anggraeni, N. 2011.” Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung”. Jurnal Penelitian
Pendidikan, 12(2), 54-74.
Anirah , Hasnah. 2013. “Pendidikan Islam dan Etika
Pergaulan Usia Remaja (Studi Pada Peserta Didik Man 2 Model Palu)”. Jurnal Penelitian Ilmiah. 2(1): 13
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2007. Sistem Pergaulan dalam Islam. Hti Press.
Jakarta
Apriyanti , Joharman , Budi. 2007. “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Membaca Terhadap Hasil Belajar
Bahasa Indonesia”. Visi
Pustaka. 4(15):45.
Ardana,
dkk.2011.Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Denpasar.
Arsal, Thriwaty. 2012. “
Nikah Siri dalam Tinjauan Demografi Nikah Siri in Demographic Overview”. Jurnal Sosiologi Pedesaan , 2 (6): 162.
AS-Suwai, Thariq M dan Faishal Umar Basyaahil. 2005.
Melahirkan Pemimpin Masa Depan. Gema
Insani Press. Jakarta.
Ausop,
Asep Zaenal.2009. “ Demokrasi dan Musyawarah dalam Pandangan Darul Arqam , NII,
dan Hizbut Tahrir Indonesia”. Jurnal Sosioteknologi, 8(17):614.
Awang
dan Kadir. 2008. “ Amalan Solat sunat di Kalangan Pelajar Tahun Akhir SPI Satu
Kajian University Teknologi Malaysia”. Jurnal Studi dinamika. 2(5): 1-2
Ayub.
2006. Kepemimpinan Kharismatis.
Gunung Mulia: Jakarta.
Aziz, Abdul
,2006. Ilmu Tauhid Membentuk Peribadi Mukmin. Al-Hidayah Publishers. Kuala
Lumpur
Baharuddin dan
Ismail. 2015. The
Goals Of Spiritual Intelligence As Perceived From
Islam Perspectives1 Matlamat”. Jurnal Hadhari, An
International Journal , 7 (1): 21.
Bafadhal, Faizah.
2008. “ Nikah Siri dalam Perspektif Undang-Undang Perkawinan”. Jurnal Ilmu Hukum, 2(13) : 17.
Behling, O., 2006.
Employee Selection:Will Intelligence and Conscientiousness Do The Job?, The
Avadeny of Management Executive,12(1), :77-86.
Beik , Irfan Syauqi . “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi
Kemiskinan : Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika”. Jurnal Pemikiran dan
Gagasan , 1(2) : 8.
Brahmasari, dan
Suprayetno. 2008. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan. Dalam Jurnal Manajemen dan
kewirausahaan. 10(2): h: 124-135.
Budiharto dan Himam. 2012. “Konstruk Teoritis
dan Pengukuran Kepemimpinan
Profetik .” Jurnal
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada,2(33) : 133 – 146.
Budiman
dan Setiawan .2014 .”Pemimpin yang Melayani dalam Mengatasi CounterproductiveWork
Behavior pada Hotel X”.Agora,
2,(2): 56
Budiningsih, C. Asri . 2009. “Strategi Pembelajaran Nilai Yang Humanis”. Jurnal Kependidikan , 2(1): 21.
Burns,
J.M. 2009. Leadership New York :
Harper and Row. Free press. New York.
Chan, Faizal.2012. “ Strength Training (Latihan
Kekuatan)”. Jurnal Cerdas Sifa, 1(7): 90.
Covey, Steven
R., (2005). The 8 Habit, alih bahasa
Wandi S.Brata & Zein Isa. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Crisnawati, Agatha febrian imong.2008.Hubungan antara religiusitas
dengan kecerdasan emosional pada
mahasiswa papua. Skripsi. 1(1) : 15.
Darman ,Rudi. 2013 . “ Penguatan Kepemimpinan Nasional di
Daerah Dalam Implementasi Sistem Manajemen Nasional guna Mendorong Percepatan
Pembangunan Nasional”.
Jurnal Kajian Lemhannas RI.
Daud, Metsi.2010.
“ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado”. ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, 1
(1):1-7.
Daud, Ridhwan M.2011.”islamisasi pendidikan
di sekolah: sebuah harapan dan tantangan”.jurnal ilmiah didaktika.1(12):173-186
Desianty, Sovyia.2005.” Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Komitmen Organisasi Pada Pt Pos
Indonesia (Persero) Semarang.” Jurnal
Studi Manajemen & Organisasi , 2 (1): 12 .
Dewi , Chaterina Maria. 2006.” Hubungan Antara
Peningkata Kekuatan Otot dan dengan Peningkatan Nilai Arus Puncak Ekspirasi”. Skripsi,2(1) :5.
Dewi , Suamba dan Ambarawati.2012.” Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah”. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata . 1(1): 20
Evienia Aldi dan Madhyaratri . “Pandangan Pelaku Pendidikan Di Universitas Terhadap Pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi Asean 2015”. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi
Unpar. 2(18):106.
Fajal, Basyarudin. 2007. Kepribadian Muslim. Ikatan Masjid
Indonesia. Bandung.
Farhana dan Rahman . 2012. “ Pemahaman Konsep Tauhid Asas Keharmonian Kepelbagaian
Agama”. International Journal of Islamic Thought, 2(4): 46.
Fathudin dan Fitria. 2013. “
Problematika
Nikah Sirri dan Akibat Hukumnya bagi Perempuan”. Jurnal
Ilmu Hukum Volume
2 ( 2): 34.
Fathurrohman.
2008. ” Dakwah Kultural: Manajemen
dakwah, pemetaan danstrategi dakwah”. Jurnal
Dakwah, 2(1) : 25
Faturochman.
2006 .” Keadilan Sosial: Suatu Tinjauan Psikologi”. Buletin Psikologi, 1(7) :13-27.
Goleman,
D. 2008. Emitional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Halim,
Yonathan.2013. “ Analisa Suksesi Kepeimimpinan pada Perusahaan Keluarga PT.
Fajar Artasari Sidoarjo”. AGORA .
1(3):15
Hamlan .2012. “ Pendidikan Karakter dan Mutu
Pendidikan : Memabngun Kualitas Nilai Generasi Bangsa di Era Globalisasi”. Jurnal Kependidikan Dan Social Keagamaan
, 11 18 : 961-972.
Hanafi,
Mohammad. 2008. “ Konsep ‘ Al- Qist ‘ ( Keadilan ) dalam Tafsir Ruh Al-Ma’ani
Karya Al-Alusi”. Skripsi, 1(1) : 25.
Handayani , Agustuti.2010.” Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Propinsi
Lampung”. Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik dan Pembangunan,1(1): 12.
Harun,Muhammad.
2009. Organisasi Kualiti Mutlak :
Keseimbangan dan Keharmonian Demi Keunggulan. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Hassan Al Banna.
2007. Tanggungjawab Pemimpin Islam. Karya
Media Publisher. Kuala Lumpur.
Hasbi,
M. (2009)Konsep Tauhid sebagai Solusi Problematika Pendidikan Agama bagi Siswa
Madrasah”. Jurnal Pemikiran Alternatif
Kependidikan,2(14): 289-319.
Hayati, Nur
& Wibowo, Ery. 2011. Kompetensi Sumber Daya Manusia Menuju Ekonomi Rakyat
Berbasis Koperasi Indonesia. Proceeding. Semarang.
Hendrawan .2008. “Aqidah Asas Kesempurnaan Insan”. Jurnal Bimas Islam, 3(6) : 15.
Herawaty,
A., & Susanto, Y. K. 2010. “Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan
Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas Akuntan Publik”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 11 : (1).
Herry,
Muhammad. 2008. 14 Teladan Kepemimpinan Muhammad
SAW. Gema Insani. Jakarta
Hidayatullah
, Agus.2012. At-Tayyib. Cipta Bagus
Segara. Jakarta.
Huda Muhammad .2009. ” Hadist Tentang Taubat
Dari Suatu Dosa Tetapi Masih Melakukan Dosa Yang Lain Dosa”. Skripsi, 1(2): 5.
Ibrahim , Mohammed Sani. 2010. “Analisis
Kompetensi Pengetua Berdasarkan Kualiti Peribadi, Pengetahuan, Kemahiran dan
Amalan dalam Bidang Pengurusan Sekolah Menengah Malaysia (Competency of
Malaysian Principals Based on Personal Qualities, Knowledge Skills and
Practices in Managing School)”. Jurnal Pendidikan Malaysia, 35(2)(2010): 31-41.
Indrawan
, M. Isa.2009. “ Pengaruh Komptensi dan Gaya Kepemimpinan Sumber Daya Manusia
teerhadap Kinerja SDM”. Jurnal Ilmiah
Abdi Ilmu. 1(2): 90
Irawanto, D.
2008. Kepemimpinan : Esensi dan realitas.
Bayumedia Publishing. Malang.
Ishak ,Mohd. Said.2006. “ Konsep Iman dan Kufur: Perbandingan
Perspektif Antara Aliran Teologi ”. Jurnal Teknologi, 36(5):
61–74
Ismail
, Noor. (2009). “Kepimpinan Nabi Muhammad SAW. Utusan Publications and Distributors
Sdn Bhd. Kuala Lumpur.
Jaapar dan Azahari.
2011. “Model Keluarga Bahagia Menurut Islam”. Jurnal Fiqh, No. 8 (11): 25-44.
Jamian , Abdul Rasyid. 2011. “Permasalahan Kemahiran Membaca dan Menulis
Bahasa Melayu Murid-Murid Sekolah Rendah di Luar Bandar”. Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu.1(1): 1-12
Jawad,Muh
Abdul. 2005. Menjadi Manajer Sukses. Gema
Insani. Jakarta.
Jaya,
Mulyadi, Sulaeman.2012.” Pengaruh Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional Pemimpin
Terhadap Komitmen Organisasional Karyawan Di Universitas Kristen Petra”. AGORA , 1( 1): 10-12
Johanes.2009. Hynopsis In Selling. Gramedia.jakarta.
Jubaedah,
Y. 2009. “Model Penilaian Keahlian Tata Busana Berbasis Standar Kompetensi
Nasional di Sekolah Menengah Kejuruan”. Artikel Ilmiah. Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Juwaini.
2014. “ Institut Agama Islam
Negeri (Iain) dan Pembangunan Etos Kerja Keilmuan “. Ar-Raniry:
International Journal of Islamic Studies ,1 (1).
Karjono dan
Fakrina .2012.” Pengaruh Perputaran Kas
dan Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada KPRI Di Lingkungan
BKN”. Jurnal Ekonomi, 1(1):30.
Kasim,
S., Robot, F., & Hamel, R. 2013. “Hubungan Disiplin Waktu dengan Kinerja
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tataba Kec. Buko Kabupaten Banggai Kepulauan”.
Jurnal Keperawatan. 1 : (1).
Kholmi , Masiyah
. 2012. “Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam”.
Jurnal pendidikan Agama,1(15): 9.
Khotimah .2014. “ Agama dan Civil Society”. Jurnal Ushuluddin , 1 (21) : 13.
Kurniawan,
Novryan Alfin .2014.” Pencegahan Kejahatan Carding Sebagai Kejahatan Transnasional
Menurut Hukum Internasional”. Jurnal Ilmu Social 1(2) : 16.
Kurniawan , Ashaari Dan Umar.2012. “Jati Diri Kebangsaan Dalam Falsafah Pendidikan Islam”. Jurnal Of Islamic And Arabic Education 2(1):
1-12 .
Lasa . 2009. “Peran Perpustakaan dan Penulis dalam PeningkatanMinat Baca
Masyarakat”.Visi Pustaka 2(11): 18
Lesilolo,
Herly Janet. 2012. “ Kepemimpinan Transformasional dalam Rekontruksi Peran
Agama di Indonesia”. Akademika .
1(1):84
Lestari
, Maya .2007. Ya Allah Izinkaj Aku
Mengenal-Mu. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Lestyarini,
Beniati.” Pentingnya Metakognisi dalam Membaca Komprehensi Teks Berbagai
Bidang Studi”.Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan. 2(10):12
Ma’ruf dan Daud.2012.” Pengaruh Investasi Infrastruktur Jalan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera
Barat”. Makara,
Sosial Humaniora,1(10): 33.
Mahira, Suhartono, dan Awaliyah. 2009. “ Implementasi Nilai
Kejujuran Dalam Pendidikan Anti Korupsi Pada Pembelajaran Pkn Di Smpn 3 Malang”. Jurnal Pendidikan Social, 3(2): 65.
Mariati .2013.
“ Tinjauan Yuridis Qardhul Hasan Menurut Hukum Islam Dan Pelaksanaannya
Pada Perbankan Syariah Di Indonesia”. Jurnal
Ilmiah, 5(2) :14.
Marjuki.2007 . Spiritual Management. Kanisius. Jogjakarta.
Mawardi .2010. “ Keadilan Sosial Menurut John Rawsl”. Skripsi, 1(1)
: 13.
Minton, J.W.,
Lewicki, R.J. & Sheppard, B.H. (2006). Unjust Dismissal in the Context of Organizational
Justice. The Annals of The American Academy of Political and Social
Sciences, 536, 135-148.
Moedjono, Djokosantoso dan Steve
Sudjatmiko. 2007. Challenge to
Excellence. Gramedia. Jakarta.
Mohammad Et Al. 2008 . “ Pendekatan Tauhid dalam Kepemimpinan
Pendidikan”. Seminar Kebangsaan
Pengurusan Pendidiikan , 1(22) : 2.
Mubyarto, 2006. Penerapan
Ajaran Ekonomi Islam Di Indonesia. UGM. Yogyakarta.
Muflihin , Muh. Hizbul. 2008. “Kepemimpinan
Pendidikan: Tinjauan terhadap Teori Sifat dan Tingkah-laku”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan
Insania,1(13):67-86.
Muhdiyanto, Hidayati . 2011. “Efek Mediasi Pemberdayaan pada Pengaruh
Kepemimpinan Tranformasional Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional”. Agora ,2 (2): 21.
Multitama
Communication. 2007. The Power Of Leader Potret Kepemimpinan Islam Yang Diteladani
Dan Dinantikan Kemarin, Hari Ini, Dan Esok. Media Eka Sarana. Semarang.
Mulyana,Rahmat. 2009. “Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah Perduli Dan
Berbudaya Lingkungan ” Jurnal
Psikologi , 2(14)1 :180.
Munawaroh.2011. Kepemimpinan. Kanisius . Jogjakarta Nana Widhianawati.2011.” Pengaruh Pembelajaran Gerak
dan Lagu dalam Meningkatkan Kecerdasan Musical dan Kecerdasan Kinestik Anak
Usia Dini”. AGORA ,1(2): 4
Muninjaya.
(2007). Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Muzakkir. 2013. “Hubungan Religiusitas Dengan Perilaku
Prososial Mahasiswa Angkatan 2009/2010 Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin
Alauddin Makassar”.Jurnal
Diskursus Islam ,1 (3): 43.
Natsir,
M.2006. Dakwah dan Pemikirannya. Girimukti
Pusaka. Jakarta .
Noor , H. Ali Fikri.
2011. “Serial Akhlak Muslim : Amanah”. Jurnal
Ilmu Agama.
Notoadmodjo,
S. 2007. Promosi Kesehatan, dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Nurdin dan Kemala.2012.” Kekuatan Otot Lengan Atlet Atletik Pplp (Pusat
Pendidikan Latihan Pelajar ) Dki Jakarta”. Gladi Jurnal
Ilmu Keolahragaan, 1(6): 2 .
Nurlaili
, Khabibah Tri . 2013. “Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua Dan
Takaful Dirinya (Studi
Korelasi Di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali Tahun
2013) “. Skripsi, 1(2) : 12.
Pebriyanti.2012.”Pengaruh
Efisiensi Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih Dengan Perputaran Persediaan
Sebagai Variabel Pemoderasi “.Jurnal
akuntansi.8(2): 14-17
Planting ,
Cornelius. 2005. Not The Way Its Supossed
To Be. Momentum. Jakarta.
Poernomo
, Eddy. 2006 . “Pengaruh Kreativitas Dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Manajer
Pada Pt. Jesslyn K Cakes Indonesia Cabang Surabaya”. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi. 6
(2) : 102-108.
Purba, Seniati.2006. “Pengaruh Kepribadian dan Komitmen OrganisasiTerhadap Organizational
Citizenzhip Behavior”.Makara, Sosial Humaniora, 3(8): 105-111
Purwanta.2008.”
Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Wara
Selatan Kota Palopo”. Jurnal AKK, 2(2):23.
Qardhawi, Dr. Yusuf. 2005. Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an
& Sunnah(Malaamihu Al Mujtama' AlMuslim Alladzi Nasyuduh).Citra Islami
Press. Solo.
Qohar, Adnan . 2009. “ Arti Keadilan dalam Hukum
Kewarisan”. Jurnal Syariah,
, 2(4): 24.
Rahman dan yahaya. 2011. “ Peranan Komunikasi
Kepemimpinan Diri dan Organisasi dalam Perspektif Islam”. Jurnal Sosiologi,
2(2): 43.
Rahim
, Abd.2012. “ Khalifah dan Khilafah Menurut Al-quran”. Jurnal Studi Dinamika. 1(9):19-53.
Rahmadan.
2014.Soekarno : Kuantar Ke Gerbang.
PT Bentang Pustaka.Yogyakarta
Rahman , H. Abdul .2012. “ Pendidikan Agama Islam
dan Pendidikan Islam – Tinjauan Epistimologi dan Isi Materi”. Jurnal Eksis. 1(8): 2001-2181.
Rakhmawati,W.
2009.“Pengawasan dan Pengendalian dalam Pelayanan Keperawatan (Supervisi,
Manajemen Mutu & Resiko)”.Artikel Ilmiah.
Rasyidin,
Muhammad.2008. “ Pengaruh Foreign Direct Investment Terhadap
Pengembangan Pasar Saham Di Indonesia”. ESENSI 2(15): 1-3.
Ristiyanti.
2006. Kepemimpinan. Penerbit Andi. Yogyakarta
Rizal, Achmad
Syamsu.2013. “ Orientasi Metodologis Dalam Pendidikan Nilai ( Analisis
Konseptual Terhadap Model-Model Pendidikan Nilai Modern )”. Jurnal
Pendidikan Agama Islam-Ta’lim , 1(11) : 3.
Ruswan, Acep.2009. “ Pengaruh Beberapa Macam Metode Latihan Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot” Jurnal
Kesehatan, 2( 1) :34.1
Safitri,
Amri, dan Shabri .
2012 . “Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Kerjasama Tim, dan Gaya Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya
Terhadap Kinerja Pegawai pada Sekretariat Daerah Kota Sabang “.Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala. 2(1): 1-17.
Saidi,Wahyu.
2006. Mengelola Usaha dengan Tepat.
Yayasan Bina Karsa Mandiri. Jakarta
Saleh, Mawardi
Muhammad.2006. Rukun
Iman
. Universitas Islam Madinah. Madinah.
Salleh, Tamuri dan Amat.2013. Arus Baru Islam Radikal. Gramedia.
Jakarta.
Samsinas . 2006. “ Masyarakat Madani dalam Islam”. Jurnal Hunafa ,1(3):65-72.
Sari
,Bunga Fajar .2008. “Bentuk
Kerjasama (Cooperation) Pada
Interaksi Sosial Waria”. Jurnal Sosilogi.
Sastrawijaya,
Louis. 2010. 100% Motivated. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Selamat.
Muhammad Isa 2006. Sifat-sifat Allah dan
Mentauhidkan Diri Kepada-Nya. Darul Nu’man. Kuala Lumpur.
Setiyanti, Sri Wiranti. 2012. “Membangun Kerja Sama Tim (Kelompok)”. Jurnal
STIE Semarang, 4 (3): 59
Simangunsong , Marthin.2006.” Analisis Yuridis
Penerapan Konep Negara Hokum dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Adil dan
Bertanggung Jawab”. Penelitian ilmiah , 3(2):23.
Siti Norlina Dan Mohamed Dan Haron . 2009. “ Budaya Penyayang Dalam Kehidupan Masyarakat
Islam: Antara Teori Dan Praktis “. Pusat
Pengajian Islam Dan Pembangunan Sosial , 2(4) : 112.
Soekanto, S. 2008. Sosiologi suatu
pengantar. Edisi 4. PT. Raja Grafindo Persada .Jakarta.
Srihani,
S. 2006. “Analisis Dampak Akreditasi Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
(Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)”. Doctoral
Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta , Surakarta.
Suanda
et,al. 2012. ” Semangat Kesukarelawan Dalam Kalangan
Mahasiswa Melayu Di IPTA: Satu Tinjauan Ke Arah Pembentukan Pendidikan
Kesukarelawan”. Pendidikan Melayu Antarabangsa (SePMA), 13(2) :5.Suhid , Asmawati Bte. 2012. “ Pemantapan Komponen Akhlak Dalam Pendidikan
Islam Bagi Menangani Era Globalisasi”. Jurnal Llmu-Ilmu Agama. 1(4) :1-13
Sudrajat,
Ajat. 2010. “ Khilafah Islamiyah dalam Perspektif Sejarah”. Jurnal Studi Islamika. 1(6): 25.
Sulistyarini. 2011. “
Pentingnya Pendidikan Humanistic Di Era Globalisasi”. Jurnal Pendidikan
Sosiologi Dan Humaniora, 1 (2): 1.
Sumarto,Rumsari H. 2006. Etiket Di Tempat Kerja. Kasinus.Yogyakarta.
Sumiyarsih, Mujiasih, Ariati. 2012.”Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional dengan Organizational Citizenship Behavior (Ocb) padaKaryawan Cv. Aneka Ilmu
Semarang”. Jurnal Psikologi Undip ,11(1): 67
Sunarto. 2007. “ Pendekatan kualitatif
untuk penelitian perilaku manusia”. LPSP
3 : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Suparno
.2012. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah.
Republika . Jakarta .
Surbakti, R. 2008.
Demokrasi Ekonomi: Keadilan dan Kerakyatan. Dalam Siahaan, H.M. & Purnomo,
T. (eds.). Sosok Demokrasi Ekonomi Indonesia. Surabaya Post dan Yayasan
Keluarga Bhakti, Surabaya.
Suryadi,
Rudi Ahmad.2013. “ Mardhat Allah: Tujuan Hidup Qurani”. Jurnal pendidikan Agama Islam Ta’lim. 1(11):27.
Suseno dan Sugiyanto.2010.” Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepemimpinan Transformasional Terhadap Komitmen Organisasi dengan Mediator Motivasi Kerja”. Jurnal
Psikologi,1(37):
94 – 109.
Sutanto dan
Stiawan.2009. “Peranan Gaya
Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan
Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo”. Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan , 2(2):29 – 43.
Suryani,
Siti.2007. “ Peran Kecerdasan Spiritual
dalam Menjelaskan Kecerdasan Emosional pada Odha (orang dengan hiv/aids) di
Kota Malang”.Jurnal Psikologi
11(1): 87
Stapa , Ismail, Yusuf. 2012. “Faktor Persekitaran Sosial dan Hubungannya dengan
Pembentukan Jati Diri “. Jurnal Hadhari Special Edition ,2(5): 155 – 172.
Syahbandir, Mahdi . 2010. “ Pandangan
Hukum Islam terhadap Anak Hasil Zina yang Lahir Di Dalam Perkawinan”. Jurnal
Hukum , 17 (1): 143 – 168
.
Syarifah,
Wiiloilo, Kristiana. 2012 . “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Keterlibatan
Ayah dalam Pengasuhan dengan Kematangan Emosi Pada Remaja di Sma Negeri X “. Proceeditnegm Uil Miahn Asionavlii Ii Ppi,
12(2) : 30- 238
Taufan,
A. 2011. “Hubungan Antara Keaktifan Berorganisasi dengan Prokrastinasi Akademik
pada Mahasiswa Aktivis Organisasi”. Doctoral Dissertation. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Thoha, Mitfah.
2010. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku, Cetakan
Kesembilan. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Ummatni, Khoiro.2008. “ Globalisasi
Komunikasi dan Tuntutan Dakwah Bermedia“.
Jurnal Dakwah. 2(9): 2.
Waidi.2012.
Embun Jiwa Bikin Hidup Lebih Hidup.
PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Wardani dan Analya .
2012.” Sikap Implicit Mahasiswa Terhadap Peduli Atau Tidak Peduli
Lingkungan “. Jurnal Tabularasa Pps Unimed,
.6 (2) : 23.
Wardani , Eka Suryaningsih . 2009. “Pengaruh Kompensasi, Keahlian Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan Pada Pt. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Muara Tawar”. Manajemen
.
WawoRuntu,
Bob 2006.” Determinan Kepemimpinan”. Makara Sosial Humaniora, 7 (2):71.
Werren Bennis
& Burt Nanus, 2006. Leaders Strategi untuk Mengemban Tanggung Jawab.
PT.Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.Jakarta
Widyatmini
dan Hakim. 2008. “ Hubungan Kepemimpinan : Kompensasi dan Kompetensi terhadap
Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Kota DepoK”. Jurnal Ekonomi Bisnis. 2(3): 168.
Winardi, J. 2007.
Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, PT Raja Grafindo Persada .
Jakarta.
Winata , Andi. 2014. ”Adaptasi Sosial Mahasiswa
Rantau dalam Mencapai Prestasi Akademik”.
Jurnal Kajian Islam
Interdisipliner , 1(6): 120
Wingkel,
W.S. (2008). Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia.
Jakarta.
Wuryandari, Indrawati,
dan Siswati. 2010. “ Perbedaan Persepsi Suami Istri Terhadap Kualitas Pernikahan
Antara Yang Menikah Dengan Pacaran Dan Ta’aruf”. Jurnal ilmu social ,
2(5): 18.
Wulan , Ratna. 2010.” Peranan Inteligensi, Penguasaan Kosakata, Sikap, dan
Minat Terhadap Kemampuan Membaca pada Anak”.Jurnal
Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan. 2(4); 16.
Yusoff dan Abdullah
.2013. “ Pemimpin menurut Pandangan Hamka: Satu Tinjauan dalam Tafsir
Al-Azhar”. Jurnal Altamaddun Bil.
8(1): 17-38.
Yusuf Al-Qardawi
.2008.. Pengertian Tauhid. Pustaka
Salam Sdn.Bhd. Kuala Lumpur.
Zakaria dan
Azahari . 2013. “Hubungan Antara Tahap Pelaksanaan Solat Fardu Dengan Konflik
Rumah Tangga: Kajian Di Unit Rundingcara Keluarga (Urk) Bahagian Perkahwinan Dan
Pembangunan Keluarga (Bppk), Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (Jawi)”. Jurnal Syariah, , 2(21)
:145-164.
Zuhri
, Amat. 2010. “ Mbah Munawar, Tasawuf dan Kelestarian Lingkungan”. Jurnal penelitian. 2(7):1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar