Jumat, 30 Oktober 2015

Pemimpin profesional

PEMIMPIN PROFESIONAL YANG DAPAT MENGEFESIENKAN WAKTU DAN MEMPUNYAI MORALITAS YANG BAIK






NAMA                      : DEDE IRWANSYAH
NIM                           : D1E014017
KELAS                     : B


















KEMENTERIAN RISET  TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS PETERNAKN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015




I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Gaya kepemimpinan berhubungan erat dengan ketenangan dalam melaksanakan tugas, peran Kepemimpinan menjadi sangat penting untuk menentukan arah dan pencapaian tujuan organisasi. Pimpinan harus mampu memberikan arah dan petunjuk kerja yang jelas kepada pegawai agar sesuai dengan tujuan organisasi.
Kepimpinan ( Islam ) bukan hanya mempengaruhi orang lain, juga memandu umat dalam melaksanakan amanah ketuhanan, memelihara ugama dan menguruskan dunia. Kepimpinan Islam merupakan tanggungjawab & amanah, bukan hanya semata-mata ‘tasrif’ (kebesaran). faktor penting yang menentukan kinerja karyawan dan kemampuanorganisasi beradaptasi dengan perubahan lingkungan adalah kepemimpinan (leadership). Realita yang ada dalam kehidupan sehari-hari para pemimpin bangsa ini belum memperlihatkan sikap Islami. Pemimpin kita yang seharusnya memberikan tauladan, dan perlindungan.
Dalam melaksanakan tugas pimpinan perusahaan selalu menghadapi berbagai masalah. Untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, pimpinan perusahaan tidak terlepas dari pengambilan keputusan. Salah satu di antaranya adalah bagaimana agar perusahaan dapat beroperasi seoptimal mungkin, dan dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan pengorbanan tertentu. Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa seseorang pimpinan perusahaan yang bijaksana selalu mengusahakan supaya jumlah laba yang dihasilkan semakin meningkat dari tahun ke tahun, sebab jumlah laba yang dihasilkan merupakan ukuran atau barometer dari keberhasilan seorang pemimpin perusahaan.
Seorang bawahan dalam melaksanakan tugas ataupun pekerjaan , sering kali mersaakan kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga dia butuh motivasi maupun dorongan dari seseorang. Hal inilah yang dapat jadi kesempatan seorang pemimpin untuk menolong karyawannya dalam menyelesaikan tugasnya. Sosok pemimpin penolong sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena segala pekerjaan bisa cepat terselesaikan sesuai dengan harapan dan tujuan.
Di Indonesia sendiri, sosok pemimpin yang mempunyai moralitas yang bagus sangatlah jarang ditemukan pada saat ini. Karena telah banyak kasus maupun perilaku-perilaku pemimpinnya yang sangat meruguikan Negara dan masyarakat menjadi sengsara . Sehingga melihat kenyataan yang terjadi , maka sangat perlulah sosok pemimpin yang mempunyai etika serta moral yang baik yang dapat membawa kesejahteraan masyarakat.
Untuk mewujudkan kinerja organisasi yang optimal, salah satunya adalah dengan mengoptimalkan sumber manusia yang ada, memberikan motivasi atau dorongan sehingga diharapkan akan tercipta sikap professional dalam bidang Manajemen Pemerintah maupun manajemen perusahaan secara keseluruhan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul “ Pemimpin Profesional yang Dapat Mengefesienkan Waktu dan Mempunyai moralitas yang Baik”.
1.2 Tujuan Pembahasan
1. Membahas gaya kepemimpinan   serta kekuatan seorang pemimpin dalam menjalakan tugas.
2. Membahas  karakteristik seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya dan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam menjalani kehidupan.
3. Membahas cara-cara mengefisienkan waktu dalam menjalani kehidupan di dunia.
4. Membahas sosok seorang pemimpin yang penolong dalam menjalankan tugasnya.
5. Membahas pentingnya moralitas yang bagus yang harus dimiliki seorang pemimpin.
6. Membahas penting sikap professional dalam sebuah organisasi dalam sosok seorang pemimpin.








II. Kepemimpinan Islam yang Memiliki Kekuatan Aqidah


2.1 Kepemimpinan
Menurut Handayani ( 2010 ) kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Hubungan satu orang yakni mempengaruhi pihak lain untuk bekerja secara sukarela  mengerjakan tuas-tugas untuk mencapai hal yang diinginkan. Johanes (2009) berpendapat jika kita ingin mempengaruhi orang agar bertindak seperti yang kita inginkan, syaratnya kita harus menyentuh kepentingan emosional orang tersrbut. Harus tau  jelas keuntungan dan manfaat apa yang akan ditawarkan sebagai opsi atau pertukaran tindakan orang tersebut dengan permintaan kita.
Menurut Purwanta (2008) kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok. Kepemimpinan sebagai pengaruh pribadi yang teerjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya suatu tujuan ataupun tujuan yang ditetapkan . kepemimpinan merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang  dengan upaya yang bersifat hubungan antar pribadi.
Sutanto dan Setiawan (2009) berpendapat kepemimpinan yakni suatu prosees mengaarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas anggota kelompok. Mempengaruhi orang antar  perseorangan lewat proses komunikasi untuk mencapai suatu tujuan.
Brahmasari (2008), menyebutkan kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang dapat menjadi pemimpin melalui aktivitas yang terus menerus sehingga dapat mempengaruhi orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Bentuk gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi dapat mempengaruhi kinerja setiap karyawan.
Menurut Thoha (2010), gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuannya. Gaya kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama (Ardana dkk ,2011).
Kepemimpinan merupakan kekuatan yang sangat penting dibalik kekuasaan berbagai organisasi dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang efektif maka ruang lingkup kerja mengenai apa yang bisa mereka capai, kemudian memobilisasi organisasi itu untuk berubah kearah visi baru tersebut  (Werren dan Burt,2006).
Bass dalam Gibson (2005), menyatakan bahwa kepemimpinan transformational adalah kemampuan untuk member inspirasi dan memotivasi pengikut untuk mencapai hasil-hasil yang lebih besar dari pada yang direncanakan secara orsinil dan untuk imbalan internal. Dengan mengungkapkan suatu visi, pemimpin transformasional membujuk para pengikut untuk bekerja keras mencapai sasaran yang digambarkan. gaya kepemimpinan merupakan pola-pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja dengan melalui orang lain seperti dipersepsikan orang-orang itu
Gaya kepemimpinan transaksional merupakan gaya kepemimpinan yang dapat meningkatkan semangat kerja pengikut melalui transaksi/imbalan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Burns (dalam Khaerul Umam, 2010), bahwa gaya kepemimpinan transaksional merupakan hubungan antara pimpinan dan bawahan yang didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya.
Seorang pemimpin memiliki karakteristik tertentu. Untuk mengerti ciri-ciri kepemimpinan seseorang, harus dipahami bahwa kepemimpinan mempunyai tiga komponen, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi. Oleh sebab itu, seseorang yang dikatakan sebagai pemimpin yang baik dalam satu situasi dan dengan pengikut tertentu, belum tentu sebaik itu dalam situasi dan pengikut yang lain (Ristiyanti, 2006).
Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard dalam Muninjaya (2007) berdasarakan pemikiran bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi. Kekuatan yang ada pada diri pemimpin dan yang dimiliki oleh kelompok (hubungan interpersonal diantara keduanya), serta situasi lingkungan (orientasi tugas) akan ikut menentukan gaya kepemimpinan seseorang jika ia berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan menurut mereka, yaitu: instruksi, konsultasi, partisipasi, dan delegasi. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai bersama, mengkomunikasikan tujuan

2.1.1 Kekuatan Aqidah
Hendrawan (2008) menyatakan kekuatan aqidah menjadi suatu syarat mutlak bagi keberhasilan gerakan. Kekuatannya lahir dari kebenaarannya sendiri. Akidah islam yang terumuskan dlam pernyataan laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rosulullah adalah aqidah ya benar dan   juga   mennnajdi aqidah yang kuat. Hanya aqidah yang benar yang mampu memancarkan ibadah dan perilaku yang sama. Menurut Marzuki (2007) aqidah merupakan bagian yang sangat penting dalam islam. Aqidah merupakan pondasi utama dalam islam mendasari seluruh ajaran islam laiinya. Aqidah yang kuat dan kokoh akakn menjamin kekuatan dan keutuhan islam seseorang jika aqidah rapuh , islam yang dimilii seseorang bias jadi hancur.
Alhamd (2009) menyatakan bahwa Aqidah ahli sunah waljammah sesuai dengan fitrah yang sehat dan selaras dengan akalyang murni. Akal murnin yang bebas dari pengaruh syahwat dan syubuhat  tidak akan bertentangan dengan nash yang sahih . orang yang menggangap sama antar aqidah yang benar dan yang tidak benar  adalah seperti orang yang yang menganggap sama antara siang dan malam. Salleh, Tamuri dan Amat (2013) menyatakan akidah merupakan tunjang yang yang berperan melahirkan inviudu yang mempunyai keyakinan yang tinggi kepada Allah SWT . Nilai yang ada dalam aqidah islam adalah menekankan aspek-aspek keimanan kerohanian , kilmuan , penhayatan dan amalan bagi melahirkan invidu yang seimbang emosi, rohani dan akalnya denga timgkah laku  fizikalya. Keruntuhan nilai aqidah dalam diri seorang menjadi ancaman kepada kesejahteraan diri dan masyarakat.
2.1.2 Kekuatan Kecerdasan
Menurut Chrisnawti (2008) kecerdasan emosional pentig bagi keberhasila hidup karena mengajarkan berbagai keterampilan seperti keterampilan social, pemecahan masalah , motivasi berprestasi , komunikasi dan lain sebagainya. Orang mulai sadar bahwa tidak hanya keunggulan intelektual yang dibutuhkan untuk berhasil teapi dibutuhkan keterampilan lain untuk menghadapi kehidupan.
Daud (2010) menyatakan bahwa taraf intelegency bukan  merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati.
Menurut Jaya , Muliyadi dan Sulaeman (2012) Kecerdasan emosional seseorang merupakan factor penentu sebuah keberhasilan kinerja, karena dalam kecerdasan emosional seseorang mampu mengendalikan ego dan keiinginannya serta mampu memahami orang lain atau arekan kerjanya sehingga terciptanya suasana kelompok kerja yang dinamis.
Widhianawati (2011)Kecerdasan kinestik adalah kemampuan menyeleraskan pikiran dengan bdan sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran akan tertuang dalam bentuk gerakan badan yang indah, kreatif dan mempunyai makna. Kecerdasan  kinestik identik dengan kempuan seseorang dalam mengembangkan gerak dalam mengembangkan gerak sehingga mempunyai nilai performan yang begitu indah dan berbeda dengan yang lainnya.
Menurut Wechsler dalan Winkel (2008) inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan menetapkan suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya secara memuaskan.
Menurut Goleman (2005), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Pada dasarnya kecerdasan emosional dapat diasah dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif. Menurut Hapsari (2010) kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain urusan tersebut remaja memiliki banyak waktu luang. Waktu luang tanpa kegiatan yang berarti akan menimbulkan gagasan untuk mengisi waktu luang dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila remaja melakukan kegiatan yang positif, tentu tidak akan menimbulkan masalah.
Covey (2005) mengatakan bahwa KI adalah kemampuan manusia untuk menganalisis, berpikir dan menentukan hubungan sebab-akibat, berpikir secara abstrak, menggunakan bahasa, memvisualisasikan sesuatu, dan memahami sesuatu. Behling (2006) mengemukakan KI sama dengan kemampuan kognisi, yaitu kemampuan yang didalamnya mencakup belajar dan memecahkan masalah, menggunakan simbul dan bahasa.
2.1.3 Kekuatan Kepemimpinan
Menurut Munawaroh (2011)  salah satu bentuk kepemimpinan yang diyakini da­pat mengimbangi pola pikir dan refleksi paradigma baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai kepemimpi­nan transformasional. Kepemimpinan transformasional, digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau memotivasi karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi.
Menurut Suseno dan Sugiyanto (2010) kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai penilaian kemampuan pemimpin mempengaruhi bawahan untuk membangkitkan kesadarannya akan pentingnya hasil kerja, mendahului kepentingan kelompok dan meningkatkan kebutuhankebutuhan bawahan pada tingkatan yang lebih tinggi sehingga tercapai kualitas hidup yang lebih baik.
Wawaruntu (2006) menyatakan bahwa teori kepemimpinan Karismatik para pengikut membuat atribut pada pemimpin yang heroik atau yang memiliki kemampuan yang luar biasa yang mereka amati dan dapati. Para pemimpin transaksional, adalah pemimpin yang membimbing atau mendorong bawahan merek amengarah pada tujuan yang telah diletakkan, dengan cara menjelaskan peranan dan tugas yang dipersyaratkan.
Menurut Desianty (2005) kempemimpinan transaksional menyangkut nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran seperti, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan pertukaran. Sedangkan kepemimpinan transaksional sebagai sebuah pertukaran imbalan-imbalan untuk mendapat kepatuhan. Komponen: 1) contingen reward, 2) management by exception active and passive.  
2.1.4 Kekuatan Fisik
Menurut Nurdindan Kemala (2012) Kekuatan merupakan komponen dasar dalam melakukan setiap aktivitas fisik, termasuk olahraga. Untuk dapat melakukan keterampilan fisik yang baik, kekuatan otot merupakan salah satu komponen penting yang harus di miliki terlebih dahulu.
Chan (2012) berpendapat bahwa strength atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan salah satu unsure kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat membantu meningkatkan komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan. kekuatan sebagai energy untuk melawan suatu tahanan atau kemampuan untuk membangkitkan tegangan atau tension
Menurut Ruswan (2009) latihan fisik yang dilakukan secara lakukan secara teratur akan meningkatkan  kesegaran jasmani. Sehingga tubuh sksn menghadapi beban kerja secara efektif. Hal ini merupakan manisfestasi dari penyesuaian tubuh terhadap beban peningkatan kerja fisik.
Dewi ( 2006) menyatakan bahwa manusia melakukan berbagai aktifitas olahraga untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik yang optimal. Kesegaran jasmani adalah kesanggupan tubuh melakukan penyesuaian terhadap beban fisik yang diberikan kepadanya, berupa kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan kerja otot sehingga akan meningkatkan kekutan otot.

2.1.5 Kekuatan Ekonomi
Menurut Evienia , Aldi dan Madhyarati (2014)  perekonomian dunia saat ini ditandai dengan semakin mengelompoknya kekuatan ekonomi berdasarkan letak geografis dan geopoloitik semisal masyarakat ekonomi eropa , AFTA, NAFTA, berkaca dari semakin terpolarisasinya kekuatan ekonomi maka intregasri kekuatan ekonomi ASEAN merupakan langkah penting untuk meningkatkandaya saing dan berperan dalam ekonomi global.
Menurut Karjono dan Fikriyana (2012) dalam sistem perekonomian yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, koperasi merupakan salah satu dari tiga kekuatan perekonomian yang saling terkait yaitu perekonomian negara, swasta dan koperasi. Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan bukan kemakmuran orang seorang yang diutamakan, dan bangunan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Daud (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu wilayah untuk jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat.
Menurut Rasyidin (2008) sistem keuangan yang kuat akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Pasar saham merupakan bagian intergral dari sistem keuangan dan replica dari kekuatan perekonomian suatu Negara Oleh karena itu, pengembangan pasar saham sangat penting dan tidak dapat diabaikan oleh perekonomian apapun
Menurut Hayati,  dan Wibowo .(2011)  konsep Ekonomi Islam berbeda dan tidak mengadopsi sistim Kapitalisme Barat maupun Sosialisme. Sistem Ekonomi Islam berbeda dari Kapitalisme, Sosialisme, maupun Negara Kesejahteraan (Welfare State).
Negara intervensi, terutama ditujukan mendamaikan konflik sosial yang mungkin antara perilaku etis manusia dan ekonomi tidak dapat memimpin masyarakat ke "jalan menuju perbudakan" tetapi akan memandu dengan lembut sepanjang jalan menuju kebebasan manusia dan martabat (Mubyarto, 2002) empat prinsip utama yang dikedepankan dalam ekonomi Islam yaitu : Kesatuan (unity), Keseimbangan (equilibrium), Kebebasan (free will). Dan Tanggungjawab (responsibility). Prinsipprinsip tersebut dalam literatur lain (P3EI,2008).
Menurut Khomaini (2007) dalam catatan sejarah Islam, Nabi Muhammad mengawali praktik pembangunan ekonomi di kota Madinah mulai meletakkan dasar-dasar ekonomi yang mengacu pada nilai-nilai Islam terutama aqidah dan prinsip Tauhid. Hal ini dapat dilihat saat Rosulullah membangun ekonomi Madinah, beliau berusaha menerapkan prinsip keadilan dan kesetaraan agar terjadi redistribusi asset ekonomi diantara warga secara merata proporsional. Seperti diketahui dalam sejarah bahwa setelah hijrah kaum Muhajirin yang merupakan salah satu pilar komunitas pembangun masyarakat Madinah secara ekonomi sangat marjinal.

III. Karakteristik Pemimpin Islam dalam Mengelola Alam Raya untuk Menciptakan Negeri yang Makmur


3.1 Jujur
Menurut Halim (2013) kejujuran adalah kunci utama dari seorang pemimpin. Pemimpin harus selalu konsisten dengan apa yang diucapkan dan dilaksanakan. Kejujuran seorang pemimpin terletak pada keberaniannya dalam meninjau kembali pendirian yang akan berubah kerana perubahan waktu atau tempat.
3.2 Komunikatif
Menurut Indrawan (2009) komunikasi dapat dikatagorikan menjadi tiga yaitu, komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi kesamping. Komunikasi ke atas adalah penyampaian informasi dari pegawai keatasan atau perusahaan. Komunikasi ke bawah adalah penyampaian informasi informasi atau gagasan dari atas atau pimpinan ke bawah Informasi-informasi yang disampaikan bisa meliputi banyak hal seperti tugastugas yang harus dilakukan bawahan.
Menurut Suniastuti (2009) Selain budaya organisasi faktor komunikasi juga dapat mempengaruhi disiplin kerja . Dengan komunikasi ini karyawan dan pimpinan dapat berinteraksi dengan baik dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam suatu perusahaan atau organisasi yang dapat menghambat kemajuan perusahaan itu sendiri. Komunikasi baik antara pimpinan dengan karyawan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan disiplin kerja.
3.3 Kompetensi
Menurut Widhiatmini dan Hakim (2008) kompetensi dapat dibentuk antara lain melalui pendidikan dan pelatihan agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai standar yang diinginkan. Sedangkan dalam sektor pemerintahan, kewenangan diberikan oleh pemerintah kepada organisasi/pejabat tertentu dalam bidang tertentu..
3.4  Musyawarah
Menurut Ausop (2009) menyatakan dalam hal musyawarah, khalifah boleh saja tidak melibatkan banyak orang tetapi hanya melibatkan dua atau tiga orang tergantung kepada keperluannya.  Musyawarah dalam sistem khilafah bukan untuk menetapkan hukum benar salah atau haram halal.
3.5  Inspiratif
Lesilolo menyatakan suatu pemimpin yang inspiratif yakni kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi dengan menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat perubahan yang dibutuhkan, mengkomunikasikan dan menjelaskan visi dan memotivasi dan memberi inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi itu.
3.6 Rendah Hati
Nilai-nilai kepemimpinan secara umum menurut Dubrin seperti yang dikutip Irawanto (2008) yaitu : Bersikap rendah hati dalam situasi-situasi tertentu sangat diperlukan. Hal ini meliputi mengungkapkan bahwa kita tidak dapat melakukan semuanya sendirian dan membutuhkan orang lain. Serta tidak perlunya menonjolkan harta yang dimiliki kepada orang lain.
Tawadhu' adalah sikap merendahkan hati, baik di hadapan Allah SWT maupun sesama manusia. Manusia yang sadar akan hakikat kejadian dirinya tidak akan pernah mempunyai alasan untuk merasa lebih baik antara yang satu dan yang lainnya (Hidayatullah ,2012 ).
3.7 Sabar
Menurut Yusoff  dan Abdullah (2013) berpendapat bahwa para pemimpin hendaklah bersabar jika mereka yang ingin mencapai darjat yang tinggi dalam memimpin bangsa, sebaliknya darjat tersebut tidak akan tercapai jika mereka tidak mempunyai kesabaran dan cepat berputus asa dalam menghadapi sebarang cobaan dan halangan. Menjadi seorang pemimpin sangat mebutuhkan kesabaran yang besar dalam menghadapi segala bentuk cacian dari msyarakat.
3.8 Tujuan Hidup Manusia
Menurut Suryadi (2013) menyatakn bahwa wacana teologis , tuhan menciptkan manusia mempunyai tujuan. Pengejawantahan tujuan tersebut bias dilihat lewat firman-Nya yaitu : “ Sesungguhnya Aku menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Ku.
Suparno (2012) berpendapat , manusia sebagai makhluk hidup ciptaan Allah bertujuan untuk mencapai kebahagiaan baik secara duniawi maupun surgawi. Kebahagiaan itu dicapai apabila manusia semakin menyempurnakan dirinya semakin penuh menuju sang ilahi. Manusia dengan bebas mengembangkan dirinya untuk menjadi semakin sempurna dan baik..
Lestari (2007) menyatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi dan menyembah Allah Azza wa jalla. Tak ada yang lain dari itu. Maka sudah sepatutnya jika jiwa , gerak dan raga dihadapakan kepada-Nya, diabdiakn ditundukan, dan diserahkan kepada Allah.
Natsir (2006) menyatakan tujuan hakiki adalah  keridhoan ilahi. Hidup yang ukhrawi yang puncak kebahagiannya terletak dalam pertemuan dengan khalik Azza wa Jalla. Itulah menyembah sebagai tujuan hidup.
3.9 Mengabdi Kepada Allah
Menyembah kepada Allah SWT berarti memusatkan penyembahan kepada Allah SWT semata mata dengan menjalani dan mengatur segala segi  dan aspek kehidupan didunia ini., lahir dan batin sesuai kehendak ilahi. Baik sebagi perseorangan hubungannya dengan khalik ataupun sebagi anggota masyarakat dalam berhubungan sesama manusia ( Natsir , 2006 ).
Lestari (2007) menyatakan bahwa jiwa harus siap dan pasrah untuk menghadap dan mengabdi kepadanya. Dengan potensi yang dimiliki , jiwa kita mengabdi kepada Allah. Menggunakan energy jiwa untuk bergerak sesuai kehendak-Nya. Selain itu seorang pemimpin juga harus cerdas baik secara intelektual, emosional, spriritual serta memiliki kemampuan menghadapi tantangan dan cobaan ataupermasalahan yang dihadapinya
Tusriyanto (2014) menyatakan bahwa sebagai seorang muslim , islam merupakan acuan aktivitas motivasi inspirasi dan landasan spiritual dalam menggerakan roda kehidupan social. Memperjuangkan kedaulatan Allah di bumi untuk mengamalkan syariatnya agar tercipta suasan rahmat yang penuh keadaban akan akhlakul karimah dalam kehidupan social. Hal inilah yang dimiliki Rosulullah SAW sebagai pemimpin umat mengabdikan hidupnya kepada Allah semata.
Awang dan Kadir (2008)  solat merupakan kewajiban dan syiar utama dalam islam karena meruakan satu bentuk penghambaan diri kepada Allah SW. Allah telah mewahyukan solat kepada Rosulullah dengan cara istimewa yaitu ketika nabi di mi’rajkan. Solat merupaakn amal ibadah dan tiang agama islam.
3.10 Khalifah
Menurut Rahman (2012 ) manusia dianugerahi Allah berupa potensi yang diharapkan mampu mengemban misi suci sebagai khalifah Allah di muka bumi dan sekaligus sebagai „abd Allah, hamba Allah. Oleh karenanya, ia dibekali dengan kemapanan potensi seperti akal, hati, rasa, dan nafsu.
Menurut Zuhri (2010) berpendapat bahwa dalam konsep islam manusia merupakan makhluk tertinggi( ahsanu taqwida ) karena keutamaan manusia sebagai khalifah fil al-ardi. Sebagai pengganti tuhan yang telah diberi pengetahuan konseptual , manusia meneruskan penciptaan yaitu membentuk sesuatu yang sudah menjadi sesuatu yang baru.
Menurut Rahim (2012) menyatakan pembahasan tentang khalīfah dalam Alquran merupakan pembahasan tentang salah satu kedudukan manusia di bumi Kedudukan yang dimaksud di sini adalah konsep yang menunjukkan hubungan manusia dengan Allah SWT dan dengan lingkunannya.
Menurut Sudrajat (2010) Al-Farabi menentukan adanya dua belas persyaratan bagi mereka yang akan menjadi seorang khalifah. Kedua belas persyaratan itu adalah: (1) lengkap anggota badannya, (2) baik daya pemahamannya, (3) tinggi intelektualitasnya, (4) pandai mengemukakan pendapatnya dan mudah dimengerti uraiannya, (5) pecinta pendidikan dan gemar mengajar, (6) tidak loba atau rakus dalam hal makanan, minuman, dan wanita, (7) pecinta kejujuran dan pembenci kebohongan, (8) berjiwa besar dan berbudi luhur, (9) tidak memandang penting kekayaan dan kesenangan-kesenangan duniawi yang lain, (10) pecinta keadilan dan pembenci perbuatan zalim, (11) tanggap dan tidak sukar diajak menegakkan keadilan dan sebaliknya sulit untuk melakukan dan menyetujui tindakan keji dan kotor, dan (12) kuat pendirian, penuh keberanian, tinggi semangatnya, bukan penakut dan tidak berjiwa lemah .














IV. Penataan Hidup Lebih Baik dengan Cara Mengefesienkan Waktu


4.1 Efisien
Menurut  Pebriyanti (2012) efisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan.  Menurut Dewi, Suamba dan Ambarawati (2012)  Pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga), dan efisiensi ekonomi.
Macam-macam kekosongan :
4.1.1 Kekosongan jiwa ( kecerdasan Emosional )
Menurut Chrisnawati (2008) kecerdasan emosional adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri dan memilii daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat mersa puas, mampu mengatur suasan hati dan mampu membina hubungan baik dengan orang lain dan mudah mengenali emosi orang lain dan memanfaatkan emosi tersebut secara produktif.
4.1.2 Kekosongan hati ( Kecerdasan spiritual )
Menurut Suryani (2007) kecerdasan spiritual yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lainnya. Kecerdasan spritual sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang untuk membuat diri menjadi baik.
4.1.3 Kekosongan akal ( Kecerdasan Intelektual ) 
Menurut Ardana , Aritonang dan Dermawan (2013) KI adalah kemampuan manusia untukmenganalisis, berpikir dan menentukan hubungan sebab-akibat, berpikir secara abstrak,menggunakan bahasa, memvisualisasikan sesuatu, dan memahami sesuatu.
4.2 Mengefisienkan Waktu
4.2.1 Dakwah
Menurut Ummatin  ( 2008 ) pengertian dakwah dapat dirumuskan sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepadapara umat manusia. Dakwah menurut Al-Quran diartikan sebagai perintahmenyeru manusia ke jalan Tuhan dengan cara hikmah dan pelajaranyang baik dengan berbagai metode dan pendekatan. Ada empat komponen yang terlibat dalam aktifitas dakwah, yaitu pesan yang disampaian ,juru dakwah, penerima pesan dan media yang dipakai.
Menurut Fathurrohman (2008) dakwah amar ma’ruf nahi mungkar secara praktis telah berlangsung sejak adanya interaksi antara Allah dengan hambaNya (periode Nabi Adam AS), dan akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya kehidupan di dunia ini. Sehingga waktu yang dibtuhkan dalam berdakwah ini sangat banyak walaupun dalam pandangan Allah kehidupan ini hanya sesaat. 
Menurut Daud (2011) umat Islam harus memiliki harga diri yang tinggi bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik di muka bumi dan yakin terhadap hasil kajiannya, seperti yang dilakukan oleh umat Islam terdahulu dalam berbagai cabang ilmu, seperti astronomi, matematika, fisika, kimia, biologi, psikologi dan lain-lain.  Menjadi umat islam itu harus menguasai segala bidang pengetahuan.
Salah satu bentuk mendekatkan diri dengan Allah SWT yaitu dengan melakukan solat. Awang dan Kadir( 2008 ) menyatakan solat merupakan kewajiban dan merupakan syiar pertama dalam islam karena merupakan satu bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT . Dalam arti sebenarnya solat merupakan amal ibadah dan tiang kepada agama islam.
Adnan (2008), nilai ideal dakwah adalah mentauhidkan Allah SWT yang kemudian melahirkan sikap islam, iman dan ikhsan.Dengan mengacu pada suri tauladan islam dari nabi Muhammad SAW baik dalam ucapan, amalan, maupun ketetapan beliau, yang hasilnya adalah membersihkan diri dari segala bentuk kemaksiatan.
4.2.2 Membaca
Lestyarini( 2012). Membaca adalah sebuahkegiatan sine quo non dalam seluruh proses pendidikan. Segala bidang baik yang berkaitandengan ilmu maupun budaya tidak akan dapat dikaji dan diperoleh tanpa kegiatan membaca.
Menurut Wulan (2010) membaca adalah salah satu faktor yang penting dalam kehidupan masyarakat modern.Kemampuan membaca menjadi kebutuhan karena penyebaran informasi dan pesan-pesan dalam dunia modern ini disajikan dalam bentuk tertulis, dan hanya dapat diperoleh melalui membaca. Dengan membaca segala informasi dapat diketahui sehingga jika banyak membaca wawasan ilmu pengetahuan akan semakin banyak.
Menyatakan secara umum tujuan orang membaca, ialah sebagai berikut: (1) untuk mendapatkan informasi; (2) agar citra dirinya meningkat; (3) untuk melepaskan diri dari kenyataaan jenuh/sedih/putus asa; (4) rekreaktif/hiburan; (5) hanya iseng/sekedar menghabiskan waktu, dan mencari nilai-nilai keindahan/ pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupannya. Sedangkan tujuan akhir membaca secara hakiki adalah untuk memahami ide, kemampuan menangkap makna dalam teks baik tugas maupun utuh (Apriyanti , Joharman dan Budi 2007).
Lasa (2009) membaca merupakan proses penyerapan informasi yang lebih efektif dari pada mendengar. Dengan membaca sejumlah literatur, diskusi, dan mengikuti pertemuan ilmiah, sesorang mampu mengasah otak, memperoleh wawasan, dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Membaca sebenarnya merupakan bentuk Kebudayaan  Membaca merupakan usaha penyebaran gagasan dan upaya kreatif.
Menurut  Jamian (2011) membaca merupakan salah satu sumber pengetahuan dan asas pembentukan diri ke arah memperoleh ilmu pengetahuan. Tujuan membaca bagi memahami teks yang dibaca dan kandungan teks memberi makna kepada pembaca.
4.2.3 Suka Membantu
Menurut Sumiyarsih, Mujiasih, Ariati (2012) perilaku-perilaku kooperatif dan saling membantu yang berada di luar persyaratan formal sangat penting bagi berfungsinya suatu organisasi.  Altruism, merupakan perilaku menolong orang lain secara sukarela khususnya yang berhubungan dengan tugas di luar tanggung jawabnya dalam organisasi. Menurut Budiman dan Seriawan (2014) beberapa karakteristik kepemimpinan pelayan antara lain: membantu individu untuk menemukan potensi, memperlengkapi kebutuhan, memberikan fasilitas, dan melayani setiap individu sebagai salah satu cara untuk mempengaruhi, sehingga kinerja individu dan produktivitas organisasi meningkat. Pemimpin memprioritaskankepentingan dan kebutuhan individu lain diatas kebutuhandiri pemimpin tersebut.
Menurut Purba dan Seniati( 2006) Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah sikap membantu yang ditunjukkan oleh anggotaorganisasi, yang sifatnya konstruktif, dihargai oleh perusahaan tapi tidak secara langsung berhubungan dengan produktivitas individu altruism, yaitu perilaku membantu meringankan pekerjaan yang ditujukan kepada individu dalam suatu organisasi,
Menurut Muhdiyanto dan Hidayati ( 2011) Perilakukewargaan organisasional yaitu Helpening behavior, altruism, courtesy,peacemaking, cheerleading dan interpersonal helping. Secara sukarela membantu orang lain yang berkaitan dengan pekerjaannya, mencegah terjadinya masalah dalam pekerjaan,membantu dalam mencegah..
4.2.4 Bergaul Dengan Baik
Menurut Winata (2014) seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan individu lain adalah individu yang mudah bergaul dan pandai membawadiri dengan lingkungan social yang baru yaitu dengan cara berinteraksi, cepat bergaul, bersikap sopan santun, ramah, berkomunikasi memahami dan menghargai nilai dan kebiasaan yang dianut masyarakat setempat
Menurut Syarifah, Wiiloilo, Kristiana (2012) Keterlibatan ayah dalam pengasuhanmempengaruhi cara bergaul individu dilingkungan sosial akan nampak ketika individumemasuki usia remajabahwa seorang ayah dapat mengungkapkan sikap melindungi, sikap memelihara rasa kasih saying.
Menurut Stapa, Ismail, Yusuf (2012)  berpendapat bahwa Imam al-Ghazali juga turut menekankan faktor pembelajaran social yaitupergaulan dengan orang-orang yang soleh sebagai salah satu daripada tiga kaedahmembentuk akhlak yang mulia dalam diri seseorang  Ini adalah kerana manusia itu secara semulajadi bersifat meniru di manaseseorang itu boleh memperolehi kedua-dua sifat baik dan buruk daripada keadaanseseorang yang lain. Jika seseorang itu bergaul dengan seseorang yang baikdalam tempoh tertentu, dia akan memperolehi dalam dirinya sesuatu kebaikan daripada orang tersebut .
Menurut Anirah dan Hasnah (2013) etika adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, dalam kehidupan pergaulan sehari-harinya, dan tidak hanya menentukan hasil kebenaran dari tingkah laku itu saja, sebagaimana adanya... Dalam tata cara pergaulan remaja semua agama dan tradisi mengatur tata cara pergaulan tersebut. Agama Islam sebagai pedoman hidup ummatnya juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi; a). Mengucapkan Salam, b).Meminta Izin, c).Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, 4).Bersikap santun dan tidak sombong, 5).Berbicara dengan per-kataan yang sopan, 6).Tidak boleh saling menghina, 7).Tidak boleh saling benci dan iri hati, 8).Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, 9).Mengajak untuk berbuat kebajikan.




V. Pemimpin yang Suka Menolong Untuk Menambah Keimanan dan Ketaqwaan


5.1 Penolong
Menurut Muflihin (2008) fungsi utama pemimpin pendidikan adalah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memeberikan rangsangan kepada kelompok. Menurut Rahman dan Yahaya (2011) sifat lain yang juga penting dimiliki oleh pemimpin pendidikan berkaitan dengan interaksinya dengan bawahannya (dalam rangka menggerakkan dan memotivasi mereka untuk mau dan mampu bekerja dengan baik) adalah suka menolong memberi petunjuk dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana.
Menurut Sumiyarsih, Mujiasih, dan Ariati (2012) perilaku-perilaku kooperatif dan saling membantu yang berada di luar persyaratan formal sangat penting bagi berfungsinya suatu organisasi.  Altruism, merupakan perilaku menolong orang lain secara sukarela khususnya yang berhubungan dengan tugas di luar tanggung jawabnya dalam organisasi. Menurut Ibrahim (2010) dua syarat penting yang perlu ada pada seseorang pemimpin iaitu berani bertindak dan mempunyai pahlawan budi, di dalam sejarah agama Islam Saidina Umar Bin Al-Khattab menunjukkan sifatnya sebagai seorang pemimpin dermawan. Belaiu sering menolong masyarakat kesusahan juga menolong perjuangan Rosulullah .
Tolong Menolong dalam Ketaqwaan
Zakaria dan Azahar (2013) berpendapat apabila manusia meninggalkan kewajipan utama sebagai hamba Allah, pastinya mereka akan menempuhi banyak rintangan. Melalui ibadah solat fardu yang konsisten, ianya boleh membawa kepada kekuatan iman dan akan menjadi benteng pertahanan kepada individu tersebut untuk Menangkis dugaan yang mendatang.
Menurut Ahmad dkk.(2014) solat merupakan salah satu kaedah utama menghindarkan mereka daripada melakukan perbuatan keji dan mungkar. Hal ini bertepatan dengan firman Allah SWT yang bermaksud, “Sesungguhnya solat itu mencegah daripada perbuatan keji dan mungkar” (Surah Al-Ankabut, ayat : 45).
Menurut Dewi (2013) pada hakikatnya manusia harus mempunyai perilaku peduli lingkungan yang tinggi, karena manusia memiliki hubungan sosiologis maupun biologis secara langsung dengan lingkungan hidup dimana dia berada, sejak dia lahir sampai meninggal dunia. Namun, dilihat dari sisi manusia, lingkungan merupakan sesuatu yang bersifat pasif, sedangkan yang aktif adalah manusia. Sehingga kualitas lingkungan sangat bergantung pada kualitas manusia.
Menurut Wardani  dan Analya  (2012) berbicara tentang potensi alam, erat kaitannya dengan manajemen eksplorasi dan manajemen pemberdayaan lingkungan hidup. Ekplorasi sumber daya alam maupun mineral seharusnya dapat pula diimbangi dengan menjaga kualitas lingkungan sekitar agar tetap terjaga seimbang. Hal ini penting agar kejadian-kejadian berupa bencana alam maupun pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi.
Menurut Mulyana (2009) Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam dan juga relasi di antara semua kehidupan alam
Semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam, dan antara manusia dengan makhluk hidup yang lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasuk di dalamnya kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam.
Menurut Ahdiyana (2007) lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Unsur Hayati (biotik)  2. Unsur Sosial Budaya 3. Unsur Fisik (abiotik).
5.1.1 Menolong dengan Kebajikan
Menurut Suanda et al. (2012) ,kesukarelawanan dalam bahasa mudahnya ialah perbuatan memberi atau kemahuan untuk melakukan sesuatu untuk kebaikan orang lain kesukarelawanan adalah aktiviti kebajikan. Kesukarelawanan adalah bertujuan untuk membantu orang lain atau organisasi tanpa paksaan dan tanpa mendapat sebarang bayaran atau pampasan kebendaan
Menurut Mariati (2013) qardh merupakan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih, atau dengan perjanjian akan dikembalikan atau akan membayar yang sama dengan hutangnya tersebut, yang didasarkan atas asas saling tolong menolong dalam kebaikan, sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-qur’an surat al-maidah ayat (2) yang berbunyi ; dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikandan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Menurut Nurlaili (2013) Takaful adalah saling menanggung. Dalam takaful, hubungan sosial tidak lagi bersifat transaksional, melainkan hubungan kasih sayang yang sangat indah yang melampaui segala perbedaan, kesenjangan dan kepentingan. Takaful adalah saling mencukupi. Perilaku takaful merupakan puncak tertinggi dalam ukhuwah islamiyah.
Menurut Muzakkir (2013) perilaku prososial adalah semua bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memedulikan motif-motif si penolong, kesukarelaan atau kepedulian sosial terhadap orang-orang yang memerlukan pertolongan. Perilaku yang berorientasi pada tindakan-tindakan positif terhadap orang lain, baik bantuan berupa materi, fisik, maupun psikologis termasuk altruisme, empati, dan simpati.
5.1.2 Jangan Tolong Menolong dalam Kejahatan dan Dosa
Menurut Akyunin (2007) salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat adalah pencurian. Pencurian menurut pasal 362 kitab undang-undang hukum pidana adalah : “barangsiapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara.
Menurut Kurniawan (2014) salah satu permasalahan yang muncul akibat perkembangan teknologi informasi adalah lahirnya kejahatan-kejahatan , yang lebih dikenal cybercrimes (kejahatan dunia maya) akibat dari kejahatan dunia maya dapat lebih luas daripada tindak pidana konvensional.
Menurut Plantinga (2005) Dosa adalah suatu konsep religius bukan konsep moral belaka. Kriminalitas dan pelanggaran moral adalah dosa karena keduanya meukai dan menghianati Allah. Suatu dosa dalah tindakan , pikiran keinginan emosi atau  perbuatan apapun atau kelalayan untuk melakukan tindakan yang tidak berkenaan kepada Allah dan layak dipersalahkan.
Menurut Huda (2009 ) Manusia adalah tempat salah dan lupa , tidak ada yang dapat luput dari dosa. Oleh karenanya menurut sebagian kalangan melakukan sebagian dosa itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi tidak boleh hanyut dalam kewajaran itu , lalu denagn selalu membiasakan perbuatanyang terlarang atau hanyut dalam kesdihan karena dosanya hingga tidak melakukan suatu tidakan apapun kalau demikian adanya maka perbuatan yang harus dilakukan adalah mealakukan perbuatan yang baik dan taubat kepada Allah.
Menurut Ishak (2007) Argumentasi Murjiah, ialah bahawa orang Islam yang melakukan dosa besar masih mengucap dua kalimah syahadah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya,33 orang seperti ini masih mukmin bukan kafir atau musyrik. Dalam dunia ini ia tetap dianggap mukmin bukan kafir. Soal di akhirat diserahkan kepada keputusan Tuhan.
5.1.3 Menolong Menjadi Masyarakat yang  Beriman
Menurut Qardhawi  (2005) Aqidah Islam ada pada keimanan kita kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari kemudian. Aqidah Islam itu membangun bukan merusak, mempersatukan bukan memecah belah, karena aqidah ini tegak di atas warisan ilahiyah seluruhnya. Dan di atas keimanan kepada para utusan Allah seluruhnya.
Saleh (2006) Rukun Iman adalah: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari kemudian serta beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Iman mencakup ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan dengan anggota badan. Iman itu akan meningkat dengan melakukan ketaatan, dan menurun dengan melakukan maksiat.
Menurut  Norlina, Mohamed dan Haron (2009) Islam juga telah meletakkan cinta dan kasih sayang sebagai sebahagian daripada iman. Ini dibuktikan oleh sabda Rasulullah S.A.W dalam memupuk persahabatan yang bermaksud:
“ Tidak beriman seseorang itu selagi dia tidak kasihkan saudaranya sebagaimana dia kasihkan dirinya sendiri.” (Riwayat Bukhari)  .
Menurut Samsinas (2006) Masyarakat Madinah merupakan legalitas internalisasi nilai iman dan amal shaleh. Demikian pula karakter masyarakat madani, totalitas aktifitas pembangunan masyarakat berasaskan moral atau nilai-nilai religious. Alquran dengan tegas memberikan sinyalemen akan bentuk masyarakat yang identik dengan konsep masyarakat madani sebagaimana terdapat dalam Q.S. Ali Imran (3): 110). Di sini disebutkan khaira ummah (masyarakat unggul) yakni yang menjalankan tugas amar ma’ruf nahi munkar dan beriman kepada Allah swt
Suhid (2012) berpendapat bahwa dalam Islam manusia yang paling tinggi statusnya adalah manusia yang paling mulia akhlaknya dan tinggi sifat taqwanya. Banyak hadis yang menunjukkan kaitan iman dengan akhlak. Misalnya, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya (Imam Ahmad, Juz 3, No.7406). dan “Tidak sempurna iman seseorang itu sehingga dia mengasihi saudaranya sebagaimana dia mengasihi dirinya sendiri” (Sahih Bukhari, Jilid 1, Bil. 10).
Menurut Ishak (2007) Kewajipan beriman kepada Allah dapat diketahui melalui wahyu dan akal. tentang wajibnya beriman hanya semata-mata kerana akal tidak dipersetujui oleh Asy’ariyyah. Bagi Asy’ariyyah soal wajibnya beriman adalah melalui ketentuan wahyu, bukan lantaran akal.
5.1.4 Menolong Menjadi Masyarakat yang Rajin Beramal Soleh
Menurut Baharuddin dan Ismail (2015) Kecerdasan ruhaniah dalam Islam bertujuan untuk taat kepada Allah (S.W.T.), orang yang bertaqwa mempunyai kekuatan dalaman yang hebat lagi unik. Allah (S.W.T.) Telah memberi dorongan kekuatan dengan mengilhamkan dua jalan iaitu jalan kebaikan dan kejahatan untuk dipilih..
Menurut Kurniawan , Ashaari dan Umar (2012) natijah daripada matlamat yang terkandung dalam Falsafah Pendidikan Islam ini akan lahirlah generasi Muslim yang seimbang dari segi material dan spiritual iaitu individu yang warak, ikhlas, jujur, istiqamah dan berbuat baik sesama insan. Ia juga melahirkan muslim yang berilmu, beriman, berketrampilan, beramal soleh dan berakhlak mulia.
Menurut Khotimah (2014) Nilai-nilai agama merupakan nilai yang sangat efektif digunakan untuk melahirkan partisipasi masyarakat. Sosialisasi nilai-nilai substansial dan masyarakat yang beradab dapat ditanamkan melalui lembaga-lembaga keagamaan. Nilai-nilai teologis itu merupakan energy yang dapat menggerakkan semangat untuk beramal soleh. Semangat itu menjadi penting untuk pemberdayaan manusia.
Menurut Jaapar dan Azahari (2011) al-Farabi menjelaskan bahawa dalam memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, ianya berkait dengan jiwa yang baik (al-fadilah) iaitu jiwa yang terlepas daripada ikatan kebendaan dan tuntutan hawa nafsu, melaksanakan amanah dan janji, menunaikan tugas-tugas syarak dengan sempurna, menjauhkan dosa-dosa besar, meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah SWT dan lain-lain lagi. Oleh yang demikian jiwa akan menjadi bahagia apabila manusia berjaya melaksanakan kesemua perkara yang mulia dan menjauhi perkara yang dilarang.
Menurut Beik (2009) dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam al-Asbahani dari Imam at-Thabrani, dalam kitab Al-Ausath dan Al-Shaghir, Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan atas hartawan muslim suatu kewajiban zakat yang dapat menanggulangi kemiskinan. Tidaklah mungkin terjadi seorang fakir menderita kelaparan atau kekurangan pakaian, kecuali oleh sebab kebakhilan yang ada pada hartawan muslim. Ingatlah, Allah SWT akan melakukan perhitungan yang teliti dan meminta pertanggungjawaban mereka dan selanjutnya akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih”.






VI. Moralitas Pemimpin dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Adil


6.1 Pemimpin Yang Bagus Moralitas
6.1.1 Tauhid
Menurut Muzakir (2013) inti dari keimanan adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT. ajaran tentang syariah atau hukum islam yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya (habl minallah) terwujud dalam ketaatan dan ketaqwaan seorang hamba terhadap tuhannya. hal tersebut dalam bentuk ibadah seperti salat, puasa, dan iain-lain. Menurut Hasbi (2009)  tauhid berarti komitmen seseorang kepada allah sebagai pusat orientasi dan fokus dari seluruh rasa hormat, tunduk, patuh, syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai. apa yang dikehendaki allah akan menjadi nilai bagi manusia tauhid, dan ia tidak akan mau menerima otoritasatau petunjuk kecuali otoritas dan petunjuk Allah.
Menurut Mohammad et.al ( 2008) tauhid sebagai ilmu yang dapat menegakkan akidah keagamaan seseorang yang berlandaskan kepada keyakinan. keimanan seseorang tidak akan diterima di sisi Allah Selagi tidak ditegakkan di atas mentauhidkan-Nya dari sudut ilmu dan iktikad, iaitu kepercayaan serta pegangan tauhid adalah merupakan suatu pegangan, pengilmuan dan sesuatu yang bersabit dengan penghayatan tentang pengesaan dan Keesaaan Allah Taala. Konsep tauhid merupakan satu konsep utama yang menjadi asas dalam semua sudut pandangan dan seluruh aspek kehidupan muslim. Tauhid asas keimanan yang ditekankan dalam islam (Farhana dan Rahman ,2012).
Pendekatan Tauhid adalah merujuk kepada satu konsep yang bersifat holistik dan bersumberkan wahyu ( Aziz, 2006). Konsep inilah yang menjadi ciri utama dan keistimewaan hakiki agama Islam sejak berzaman. Malah konsep ini jugalah yang menjadi rahsia dan ramuan mujarab pendidikan dan pembangunan manusia yang dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW.  keperluan untuk kembali memahami dan menghayati paradigma Tauhid ini bukan hanya terhenti kepada aspek kerangka teorinya sahaja, malah untuk menjamin keberkesanannya, ia perlu disepadukan antara teori dan amali, roh dan akal serta hati dan budi.
Selamat (2005) telah mendefinisikan tauhid sebagai ilmu yang dapat menegakkan akidah keagamaan seseorang yang berlandaskan kepada keyakinan. Keimanan seseorang tidak akan diterima di sisi Allah selagi tidak ditegakkan di atas mentauhidkan-Nya dari sudut ilmu dan iktikad, iaitu kepercayaan serta pegangan (Yusuf Al-Qardawi, 2007). Tauhid adalah merupakan suatu pegangan, pengilmuan dan sesuatu yang bersabit dengan penghayatan tentang pengesaan dan Keesaaan Allah Taala. Konsep tauhid terdiri daripada tiga konsep asas iaitu iman (kepercayaan), ilmu (pengetahuan) dan amal (perlakuan)
6.1.2 Nikah
Menurut An-Nabhani (2007) wanita-wanita Ahlul Kitab yang senantiasa menjaga kehormatannya adalah halal untuk dikawini oleh pria Muslim.Maka seorang pria muslim boleh mengawini wanita Ahlul Kitab baik Yahudi maupun Nashrani menikahi wanita-wanita Ahlul Kitab yang menjaga kehormatannya itu adalah halal bagi kalian. Keharaman wanita Muslimah menikah dengan pria Ahlul Kitab, Yahudi maupun Nashrani, ditetapkan dengan pernyataan al-Quran secara gamblang. Menurut Bafadhal (2008) perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Wuryandari, Indrawati, dan Siswati (2010) pernikahan merupakan penyatuan dua pribadi yang unik, dengan membawa pribadi masing-masing berdasar latar belakang budaya serta pengalamannya. Hal tersebut menjadikan pernikahan bukanlah sekedar bersatunya dua individu, tetapi lebih pada persatuan dua system keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem yang baru.
Menurut Arsal ( 2012) pernikahan pada hakekatnya adalah manifestasi pelembagaan antara dua insan berlainan jenis yang saling mencintai dan merelakan dengan cara bermartabat. Hukum pernikahan dapat dibagi lima yaitu pertama wajib, bilamana seseorang yang sudah mempunyai kemampuan untuk memberi nafkah kepada calon istri dan hidupnya diliputi nafsu seksual menggelora yang dikuatirkan akan terjerumus dalam perbuatan zina.
Menurut Fathudin dan Fitria (2013) perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang terinstitusi dalam satu lembaga yang kokoh, dan diakui baik secara agama maupun secara hukum. Al Qur‟an, secara normatif banyak menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang bahagia dan tentram. Berkaitan dengan status perkawinan . Wanita yang haram dinikahi terbagi menjadi dua, yaitu: a) Takhrim muabbad: yaitu wanita yang haram dinikahi untuk selamanya. b) Takhrim muaqqad: yaitu wanita yang haram dinikahi karena ada sebab tertentu yang menyebabkan wanita tersebut haram. Tetapi apabila sebab yang mengharamkannya telah hilang, maka wanita yang semula haram dinikahi tersebut menjadi halal untuk dinikahi (Syahbandir, 2010)
6.1.3 Hayati
Hamlan (2012) learning to be yaitu manusia saling memiliki kebergantungan satu dengan yang lainnya. Karena itu manusia saling menolng kasih sayang,  hidup toleran dan konsisten berpegang teguh kepada jati dirinya. Erning to live together adalah menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi educted person yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat dan untuk sesama  umat manusia tanpa membedakan satu dengan yang lainnya meskipun mereka berbeda.) kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan dengan merebaknya isu-isu moral dan nilai-nilai kehidupan di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), pornografi, dan lain-lain, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas       ( Asri Budiningsih , 2009).
Sulistyarini (2011) menyatakan dalam kancah pergulatan global dewasa ini , kekhawatiran yang muncul adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan terkikisnya semangat religious serta kaburnya nilai kemanusiaan ditambha lagi hilangnya jati diri bangsa. Humanisasi adalh proses pembangunan karakter kemanusiaan dalam diri manusia yang menghargai harkat dan maratbat manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dengan berbagai anugrah kelebihan.
Menurut Rizal (2013) pentingnya pendidikan bagi manusia sudah menjadi umat manusia sepanjang sejarah . para ahli berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang belum selesai dan belum jadi manusia sewaktu dilahirkan. Untuk memungkinkannya kelak hidup sebagai manusia dan melaksankan tugas hidup kemanusiaan maka perlu dididik dan dibesarkan oleh manusia dalm lingkungan kemanusiaan.
6.1.4 Amanah
Menurut Yusoff dan Abdullah (2013) menyatakan bahwa makna amanah untuk pemimpin lebih tinggi daripada makna amanah orang biasa. Kejujuran seorang pemimpin terletak pada keberaniannya dalam meninjau kembali pendirian yang akan berubah kerana perubahan waktu atau tempat.           
Menurut Mahira, Suhartono dan Awaliyah (2009) kejujuran adalah dasar dari segalanya sekaligus kunci menuju tempat yang mulia di hadapan allah dan terhormat di hadapan manusia. konsep kejujuran yang harus ditanamkan sebagai kunci adalah dengan jujur kepada allah swt sebagai sang pencipta, jujur kepada diri sendiri serta jujur kepada  lingkungan dan masyarakat sosial. masyarakat yang kering dari kejujuran akan hidup dalam kegersangan.
Menurut Kholmi (2012) islam memiliki sud ut pand ang tersend iri berkaitan dengan pertanggungjawaban (akuntabilitas), karena dalam islam semua yang dititipkan kepada manusia adalah amanah. konsep amanah merupakan bagian universal yang kemudian diturunkan menjadi akuntabilitas sebuah konsep barat yang diturunkan dari teori agensi secara filosofi akuntabilitas adalah amanah. amanah berarti dapat dipercaya. Sifat amanah merupakan syarat pokok bagi setiap pemimpin.
Menurut Noor (2012), amanah bermuara pada satu pengertian yaitu setiap orang merasakan bahwa Allah SWT senantiasa menyertainya dalam setiap urusan yang dibebani kepadanya, dan setiap orang memahami dengan penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan pertanggung jawaban atas urusan Tersebut amanah adalah sebuah kewajiban.
Budiharto dan Himam (2012) ajaran islam memandang kepemimpinan sebagai tugas (amanah), ujian, tanggung jawab dari tuhan, yang pelaksanaannya tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada para anggota yang dipimpin, tetapi juga kepada Allah Swt baik di dunia maupun di akhirat.
6.1.5 Adil
Menurut Mawardi (2010) keadilan sosial dipahami sebagai keadilan yang berkaitan dengan yang bagaimana seharusnya hal-hal yang enak untuk didapatkan dan menunutut pengorbanan, keuntungan dan beban dalam kehidupan sosial dibagi dengan adil kepada anggota masyarakat . dinilai sebagai adil dan tidak adil ketika seseorang mendapat keuntungan yang sedikit.
Qohar (2009) bahwa keadilan itu adalah kebijakan yang berkaitan
dengan hubungan antar manusia. Kata adil, menurutnya, mengandung lebih dari satu arti. Adil itu dapat berarti menurut hukum dan apa yang sebanding, yaitu yang semestinya. Berlaku adil itu sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Hak yang dimiliki oleh seseorang , termasuk hak asasi wajib diperlakukan secara adil.
Menurut Faturochman (2006) Keadilan menjadi syarat mutlak dalam hubungan antar manusia, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Besarnya tuntutan akan keadilan yang akhirakhir ini mengemuka sebenarnya merupakan tuntutan normatif. Pada tingkat individu, keadilan juga sulit diformulasikan. Makin sulit menemukan orang yang benar-benar memegang keadilan sebagai nilai kehidupan dan moralitas yang dijunjung tinggi.
Menurut Simangunsong (2006)untuk menjamin tegaknya keadilan dan kebenaran ditengah-tengah masyarakat , maka tidak dibenarkan adanya intervensi dari kekuasaan legislative mau lingkungan eksekutif terhadap peradilan/ hakim dalm pengambilan keputusan antar warga masyarakat. Hakim dalam menjalankan tugasnya tidak boleh memihak kepada pihak -pihak yang berperkara. Hakim harus menjadi benteng terakhir dalam tegaknya keadilan ditengah-tengah masyarakat.
Keadilan yang berkaitan dengan outcome sering disebut sebagai keadilan distributif, namun sesungguhnya kedua hal tersebut tidak sama. Kajian psikologi tentang keadilan pemberian upah hampir selalu memasukkannya dalam lingkup keadilan distributif. Bila dicermati, pemberian upah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu distribusi dan pertukaran (Surbakti, 2008). Karenanya, para ahli ekonomi menilainya sebagai keadilan pertukaran (komutatif). Bahkan, ekonom terkenal Adam Smith menyatakan bahwa hakikat keadilan adalah keadilan komutatif.

Minton dkk., (2006) mengemukakan bahwa keadilan harus diformulasikan pada tiga tingkatan, yaitu outcome, prosedur, dan sistem. penilaian keadilan tidak hanya tergantung pada besar kecilnya sesuatu yang didapat (outcome), tetapi juga pada cara menentukannya dan sistem atau kebijakan di balik itu.
VII. Seorang Pemimpin yang Profesional dalam Bekerja dengan Cara Bekerja Sama dan Menghargai Waktu


7.1 Pemimpin yang Profesional
Moeldjono (2009) menerangkan bahwa kepemimpinan Profesional adalah kepemimpinan yang mempunyai etika di dalamnya. Ketika sebuah keputusan diambil, leadership judgement tidak berhenti di dalam kompetensi kepengambilan-keputusan, namun juga di dalam tingkat kebenaran etis dari sebuah keputusan. Betapa perlunya profesional tugas dan pekerjaan dijiwai dengan semangat amanah yaitu jujur dan adil. Bila setiap muslim menyadari tugas dan tanggung jawab insya Allah mampu meningkatkan semangat kerja prestatif dengan dilandasi dengan kejujuran, keadilan, ketaatan, keikhlasan dan kerja sama
( Fajal, 2007 ).  
Menurut Herry (2008)  professional merupakan orang yang melakukan suatu pekerjaan karena ahli dibidang tersebut serta meluangkan seluruh waktu, tenaga, dan perhatiannya untuk pekerjaan tersebut. Orang yang professional juga memiliki komitmen penuh dengan apa yang ia kerjakan. Menurut Darman (2013) kualitas pemimpin nasional di daerah seyogyanya perlu terus ditingkatkan agar memenuhi segi-segi kompetensi, komitmen, profesionalitas, jujur, adil, amanah, berintegritas tinggi dan berpola pikir, pola sikap dan pola tindak yang komprehensif, integral dan holistik demi kepentingan rakyat dan masyarakatnya. Karena dengan sikap professional seorang pemimpin dapat dengan pasti mana yang jadi kepentingan pribada dan mana yang menajdi kepentingan bagi masyarakat yang harus di prioritaskan.
7.1.1 Bekerja Dengan Memiliki Keahlian
Menurut Darman (2013) kepemimpinan nasional di daerah dapat diperkuat melalui peningkatan kapasitas dalam pengelolaan sumber-sumber potensi daerah yang berwawasan nusantara, agar dapat menangkap peluang mengembang­kan daerahnya dengan tetap meningkat­kan kewaspadaan nasional. Dalam pengelolaan sumber kekayaan alam peran pemimpin nasional dihadap­kan pada tantangan sejauh mana pe­manfaatan sumber kekayaan alam tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.  
Rahmadan (2014), berpendapat bahwa keahlian saja pada jiwa yang besar tidak akan dapat mungkin mencapai tujuan itu. Inilah perlunya, sekali lagi mutlak perluannya memiliki dan membangun jiwa yang besar.
Menurut Wardani  (2009) keahlian merupakan sesuatu minat atau bakat yang harus dimiliki oleh seseorang, dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan untuk dapat menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki seseorang dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal yang nantinya harus terus menerus ditingkatkan. Hasibuan (2007) menyatakan bahwa keahlian harus mendapat perhatian utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang akan menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Keahlian ini mencakup technical skill, human skill, conceptual skill.
 Anggraeni (2011) berpendapat bahwa keahlian terdiri dari beberapa unsur penting yaitu: (1) Keahlian Teknis, yaitu keahlian menggunakan pengetahuan, metoda, teknik, dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya; (2) Keahlian Konseptual, yaitu keahlian untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh; dan (3) Keahlian Hubungan Interpersonal yaitu, keahlian untuk bekerjasama dengan orang lain, memotivasi pegawai, melakukan negosiasi. Maka sangat penting bahwa seorang pemipin itu harus mempunyai keahlian.
7.1.2 Bekerja dengan Pengetahuan
Harun (2009), berpendapat bahwa seorang pemimpin bergantung sepenuhnya terhadap pertimbangan wujud hasil dari kearifan.Sementara pertimbangan anggota dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selama beberapa tahun. Selain itu , Herawaty dan Susanto (2010) menyatakan selain menjadi seorang profesional yang memiliki sikap profesionalisme, akuntan publik juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan setiap pemeriksaan. Sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki maka dapata melayani publik dengan baik.
Notoatmodjo (2007) menyatakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat pada umumnya dan anak sekolah khususnya dapat dilakukan melalui program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). Penyampaian materi pada program KIE dapat dilakukan melalui beberapa metode dan media. Media sangat berperan sekali terhadap segala bentuk informasi .
Multitama (2007), menyebutkan seorang pemimpin dapat memulai dengan belajar dan berlatih tentang ilmu dasar kepemimpinan dan pengembangannya dan setelah itu ia harus terus melatih ilmu yang dia miliki.Pemimpin cemerlang menggunakan kebolehan untuk menciptakan kombinasi pengalaman dan pengetahuan.
7.1.3 Kerjasama
Kerjasama adalah suatu usaha antara orang perorangan atau kelompok manusia diantara kedua belah pihak untuk tujuan bersama sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik ( Sari , 2008).
Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalani kehidupannya manusia akan dihadapkan pada suatu dilema sosial. Oleh karenanya dibutuhkan kerjasama dalam menjalani kehidupannya. Baron & Byane (2006), menganggap bahwa kerjasama (Cooperation) merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Menurut Soekanto,( 2008 ) kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama Dalam teori sosiologi akan dijumpai beberapa bentuk kerjasama (Cooperation). Kerjasama dapat dibedakan dalam kerjasama spontan (spontaneous cooperation), Kerjasama langsung (directed cooperation), Kerjasama kontrak (contractual cooperation), Serta kerjasama tradisional (traditional cooperation). Jika seorang pemimpin mampu berkerja sama dengan para anggotanya maka tujuan yang ingin dicapai dapat mudah terlaksana.
Kerjasama (Cooperation) adalah adanya keterlibatan secara pribadi diantara kedua belah pihak dami tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal (Sunarto, 2007).
Poernomo (2006) menyatakan bahwa Kerjasama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik Kerjasama tim berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajer. Oleh karena itu perusahaan terutama para manajer hendaknya memberikan kepercayaan pada anggota tim terutama pada para karyawan agar setiap anggota tim dapat bekerja sama,
Setiyanti  (2012) menyatakan bahwa Kerja sama biasanya dilakukan atas dasar tujuan yang sama, yaitu tujuan yang hendak dicapai. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan adanya suatu kerja sama kelompok (team work), karena semua penggerak suatu organisasi adalah manusia, bukan mesin, computer atau yang lainnya. Dan secara psikologis, manusia terbagi dalam tiga sifat, yaitu manusia sebagaiinsan individual, manusia sebagai insan sosial dan manusia sebagai insan berketuhanan. Sebagai insan individual, manusia memiliki harga diri, mempunyai sifat mau menang sendiri, egois, dan lain-lain.
Menurut Safitri, Amri, dan Shabri (2012) Kerjasama tim juga merupakan faktor penting untuk mengukur kepuasan kerja pegawai. Dewasa ini, pembentukan kerjasama tim dianggap solusi terbaik untuk mencapai kesuksesan di dalam organisasi. Kerjasama tim merupakan sekumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kerjasama , hubungan antar individu dapat terjalin dengan harmonis dan tanpa ada masalah antar sesame invidu pada kelompok tersebut.
7.1.4 Menghargai Waktu
Taufan (2011) mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarahpada pengelolaan diri dengan berbagai cara yang bertujuan untuk mengoptimalkan waktu yang dimiliki.
Disiplin waktu menentukan kualitas kerja dalam prioritas pelayanan kesehatan. Hal ini akan menjadi masalah jika penggunaaan waktu yang kurang tepat tentunya pelayanan akan tertunda dan mencerminkan tenaga kesehatan belum semaksimal mungkin membantu dalam proses penyembuhan klien bahkan sebaliknya dapat menjadi masalah bagi kita sebagai profesi kesehatan dimata masyarakat (Kasim, Robot, dan Hamel, 2013).
Sumarto (2006), menyebutkan jika dalam hal menghargai waktu, seorang pemimpin tak dapat melaksanakannya maka kemungkinan besar, bahwa seorang pemimpin tersebut juga tak dapat menghargai orang-orang yang dipimpinnya.Seorang pemimpin dituntut untuk dapat menghargai waktu sekaligus dapat mengendalikannya.
Menurut  Juwaini (2014) keuntungan ataupun kerugian manusia banyak ditentukan oleh sikapnya terhadap waktu. Sikap imani adalah sikap yang menghargai waktu sebagai karunia ilahi yang wajib disyukuri. Hal ini dilakukan dengan cara mengisinya dengan amal saleh, sekaligus waktu itu pun merupakan amanat yang tidak boleh disia siakan. Sebaliknya, sikap adalah cendrung mengutuk waktu dan menyia-nyiakannya. Cara mengisi waktu dengan amal saleh contohnya yaitu dengan cara membaca Al-quran.
Menurut Waidi (2012) Islam sangat menyadari bahwa jiwa manusia tidak bisa dipaksakan untuk menggunakan waktu yang dimilikinya untuk hal-hal yang serius dan berat, tetapi islam juga tidak menyerahkan dan membebaskan sepenuhnya kepada mereka untuk menghabiskan waktu luangnya sesuai dengan selera hawa nafsu semata.
Sastrawijaya (2010), berpendapat pemimpin itu harus bisa menghargai waktu atau dengan memenejemen waktu.Jadi, pemimpin itu harus bisa membagi waktu, dan mana kiranya yang lebih penting maka dia harus mendahulukan, tidak hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja.
7.1.5 Bekerja dengan Sungguh
Menurut Sastrawijaya (2010), pemimpin itu jika bekerja harus bersungguh-sungguh, apabila tidak dan pengikutnya tahu, maka pengikutnya juga tidak akan menghargai pemimpin itu dan menganggap bahwa pemimpin itu tidak serius menjadi pemimipin.
Jubaedah, (2009) berpendapat bahwa peserta didik harus bersungguh-sungguh di dalam melaksanakan praktik kerja industri, karena program pembelajaran berbasis industri dapat memberikan pengalaman belajar di dalam mengembangkan kompetensi kerja sesuai tuntutan dunia usaha dan industri. Kesungguhan tersebut dapat ditunjukkan melalui sikap dalam bekerja, disiplin dan adaptasi dalam lingkungan dunia kerja tempat praktik kerja industry. Karena pada hakekatnya sikap sungguh-sungguhlah salah satu indicator yang dapat mengsukseskan kinerja seseorang. Sehingga dengan bersungguh-sungguh segala bentuk pekerjaan akan terselesaikan dan akhirnya mersakan kepuasan.
Menurut Winarta (2009), pengakuan terhadap seorang pemimpin tentang kepemimpinannya, pada akhirnya akan datang jika pemimpin tersebut bekerja tanpa banyak bicara, tetapi bekerja sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan bersama sehingga ketika tujuan tersebut tercapai semua orang berkata “Kita telah melakukannya sendiri”. Barulah seorang pemimpin tersebut diakui keberadaanya
Menurut Ayub (2006) menjalani suatu tugas yang telah diberikan kepada kita harus dijalani dengan sungguh-sungguh karena kesungguhan seorang menjalankan tugasnya dapat membuat pekerjaan itu selesai dengan cepat dan hasil yang memuaskan. Bekerja memangharus menuntut kesungguhan. Orang yang bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu terutama dalam pekerjaan, pastinya akan berjaya atau mendapat hasilnya. Maka sudah tentu akan rugilah bagi mereka yang malas berusaha.tanda bagi orang yang malas bersungguh-sungguh diantaranya : 1) Sering membuang waktu dengan aktivitas yang tidak bermanfaat 2) Menganggap pekerjaan yang perlu dilakukan tidak penting
 (Jawad, 2005).
7.1.6 Bekerja Sebuah Amanah
AS-Suwai, Thariq  dan Basyaahil (2005) berpendapat  Pemimpin yang amanah adalah pemegang mandat yang dapat dipercaya (Al-Amin). Pemimpin yang amanah juga pemimpin yang objektifdan adil, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kebaikan dan kemajuan bersama, serta pantang menyelewengkan wewenang. Seorang pemimpin yang sudah memiliki presepsi bahwa bekerja sebagai sebuah amanah maka dia akan mengerjakan tugasnya sebaik mungkin.
Menurut Kholmi (2012) Islam memiliki sudut pandang tersendiri berkaitan dengan pertanggungjawaban (akuntabilitas), karena dalam Islam semua yang dititipkan kepada manusia adalah amanah. Konsep amanah merupakan bagian universal yang kemudian diturunkan menjadi akuntabilitas sebuah konsep barat yang diturunkan dari teori agensi.
Noor  (2011) berpendapat Amanah adalah sebuah kewajiban, di mana sudah seharusnya semua orang Islam saling mewasiatinya dan memohon bantuan kepada Allah Swt dalam menjaganya, bahkan ketika seseorang hendak bepergian sekalipun setiap saudaranya seharusnya berpesan kepadanya.
Anggraeni (2012) berpendapat jika dilihat dari hakekat amanah itu datangnya dari Allah, baik manajer maupun direksi telah melakukan tindakan yang tidak sesuai ajaran amanah dengan mementingkan diri sendiri. Melanggar amanah merupakan tindakan yang menuju kearah berkhianat, dan hal yang demikian ini merupakan perbuatan yang dilarang dan larangan dalam agama adalah dosa.
7.1.7 Bekerja Sebagai Ibadah
Menurut Oetama (2009), paham bekerja sebagai ibadah mau tidak mau mengacu kepada optimalisasi.Sebab dalam kaitan ini kerja ditempatkan pada konteks yang lebih mulia dan mengatasi waktu, sehingga landasan bekerja sebagai ibadah sebenarnya merupakan kebutuhan manusia itu sendiri untuk menambah keberkahan dalam setiap kegiatan ataupun pekerjaannya.
kerja dalam arti umum yaitu semua bentuk usaha yang dilakukan manusia baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan dan keakhiratan. Kemudian kerja dalam arti sempit ialah kerja untuk memenuhi tuntutan hidup manusia berupa sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan bagi setiap manusia dan muaranya adalah  ibadah (Latifah ,2014) .
Menurut Juwaini  (2014) Kerja adalah ibadah, melahirkan sikap kerja serius penuh kecintaan. Salah ( baik dan bermanfaat) islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan menganggkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Winardi (2007) pekerjaan adalah sarana mencari rizki dan kelayakan hidup sekaligusmerupakan tujuan. Manusia mempunyai tujuan hidup yakni berjuang di jalan kebenaran dan melawan kebatilan. Menurut Al-Qur’an, faktor yang mendekatkan atau menjauhkan manusia dari realisasi tujuan hidupnya adalah amal yang bermanfaat bagi orang banyak dan tidak merugikan mereka sedikitpun.
7.1.8 Pengendalian Mutu
Usaha untuk terus meningkatkan mutu pendidikan tidak pernah berhenti dilakukan, dan berbagai terobosan baru terus diperkenalkan dan dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas antara lain dalam bidang pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga kependidikan, pengembangan materi ajar dan sebagainya (Srihani, 2006).
Pengendalian mutu adalah suatu proses pengdelegasian tanggung jawab dan wewenang untuk suatu aktivitas manajemen, dalam menopang usaha-usaha atau sarana dalam rangka menjamin hasil-hasil yang memuaskan  (Rakhmawati, 2009).
Menurut Supranto (2007), pengendalian mutu merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, dan objektif dalam memantau dan menilai barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan perusahaan atau institusi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu.Tujuan pengendalian mutu meliputi dua tahap, yaitu tujuan antara dan tujuan akhir
Seorang pemimpin yang baik harus bisa menyadari upaya peningkatan mutu terhadap hal yang dipimpinnya. Oleh karena itu, harus segera memperbaiki hal-hal yang mendasar .secara berkala, seorang pemimpin yang baik harus rajin menyoroti cara kerja organisasi yang dipimpinnya melalui langkah-langkah atau teknik kerja baru dalam memperbaiki peningkatan mutu (Saidi, 2006).












KESIMPULAN


1.       Kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin sangatb membutuhkan berbagai dorongan kekuatan untuk menjalani tugasnya sebagai pemimpin.
2.      Menjadi seorang pemimpin sangat diperlukan sekali memiliki karakter yang baik yang  sehingga dapat menjalankan tugasnya demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dan manusia juga yang ditakdirkan sebagai khalifah di muka bumi  harus selalu mendekatkan diri dan berserah diri kepada Sang Pencipta dengan cara beribadah sesuai dengan syariat yang ditentukan.
3.      Dalam kehidupan  diperlukan  efisiensi dalam segala hal dengan cara melakukan segala jenis kegiatan yang bermanfaat jikalau mempunyai waktu luang yang banyak. Sehingga kehidupan kita menjadi tidak sia-sia karena setiap waktu yang kita punya dalam hidup itu digunakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat.
4.      Menjadi seorang pemimpin harus mampu menolong segala kekurangan anggota bahawahannya. Sikap menolong ini dalam artian menolong dalam hal kebaikan bukan dalam hal keburukan. Sifat altruism sangat perlu dimiliki seorang pemimpin. Altruism, merupakan perilaku menolong orang lain secara sukarela khususnya yang berhubungan dengan tugas di luar tanggung jawabnya dalam organisasi.
5.      Pertimbangan memilih seorang pemimpin salah satunya yaitu harus melihat moralitas pemimpin tersebut , apakah memiliki moral yang bagus atau buruk. Moralitas yang bagus sangat penting dimiliki pemimpin karena seorang pemimpin merupakan panutan bagi masyarakat.
6.      Pentingnya sikap profesionalisme yang harus dimiliki pemimpin dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin yang professional  memiliki komitmen penuh dengan apa yang ia kerjakan.














DAFTAR PUSTAKA


Adnan.2008.”Analisis Pergaulan yang Baik dalam Lingkungan Masyarakat”.Jurnal Sosial .1(2):15.

Ahdiyana, Marita. 2007. ” Meningkatkan Kepedulian terhadap Kelestarian Lingkungan Hidup melalui Pemilahan Sampah Mandiri”. Psikologia ,1 (2) : 4

Ahmad , Dkk. 2014. “Penghayatan Solat dan Pengimarahan Masjid: Kajian dalam Kalangan Pelajar Universiti Utara Malaysia”. Proceeding Of The Social Sciences, 2(13):9.

Akyunin, Claudia Qurota .2007.” Kajian Viktimologi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Korban Pengendara Kendaraan Bermotor yang Mengalami Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan (Studi Kasus di Kepolisian Resor Pasuruan) “. Jurnal Ilmiah, 5(2): 10.

Alhamd .2009. “Kerangka Dasar Ajaran Islam”. Jurnal Ekonom, 13(4): 2.
Anggraeni, M. D. 2012. “Agency Theory dalam Perspektif Islam”. Jurnal Hukum Islam. 9 : (2).

Anggraeni, N. 2011.” Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung”. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(2), 54-74.
Anirah , Hasnah. 2013. “Pendidikan Islam dan Etika Pergaulan Usia Remaja (Studi Pada Peserta Didik Man 2 Model Palu)”. Jurnal Penelitian Ilmiah. 2(1): 13

An-Nabhani, Taqiyuddin. 2007. Sistem Pergaulan dalam Islam. Hti Press. Jakarta

Apriyanti , Joharman , Budi. 2007. “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Membaca Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia”. Visi Pustaka. 4(15):45.
Ardana, dkk.2011.Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Denpasar.

Ardana, Aritonang dan Dermawan.2013.“ Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Kesehatan Fisik untuk Memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntansi”. Jurnal Akuntansi . 3(17): 5.
Arsal, Thriwaty. 2012. “ Nikah Siri dalam Tinjauan Demografi Nikah Siri in Demographic Overview”.  Jurnal Sosiologi Pedesaan , 2 (6): 162.


AS-Suwai, Thariq M dan Faishal Umar Basyaahil. 2005. Melahirkan Pemimpin Masa Depan. Gema Insani Press. Jakarta.

Ausop, Asep Zaenal.2009. “ Demokrasi dan Musyawarah dalam Pandangan Darul Arqam , NII, dan Hizbut Tahrir   Indonesia”. Jurnal Sosioteknologi, 8(17):614.

Awang dan Kadir. 2008. “ Amalan Solat sunat di Kalangan Pelajar Tahun Akhir SPI Satu Kajian University Teknologi Malaysia”. Jurnal Studi dinamika. 2(5): 1-2

Ayub. 2006. Kepemimpinan Kharismatis. Gunung Mulia: Jakarta.

Aziz, Abdul ,2006. Ilmu Tauhid Membentuk Peribadi Mukmin. Al-Hidayah Publishers. Kuala Lumpur

Baharuddin dan Ismail. 2015.  The Goals Of Spiritual Intelligence As Perceived  From Islam Perspectives1 Matlamat”. Jurnal Hadhari, An International Journal , 7 (1): 21.

Bafadhal, Faizah. 2008. “ Nikah Siri dalam Perspektif Undang-Undang Perkawinan”. Jurnal Ilmu Hukum, 2(13) : 17.

Behling, O., 2006. Employee Selection:Will Intelligence and Conscientiousness Do The Job?, The Avadeny of Management Executive,12(1), :77-86.

Beik , Irfan Syauqi . “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan : Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika”. Jurnal Pemikiran dan Gagasan , 1(2) : 8.

Brahmasari, dan Suprayetno. 2008. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Dalam Jurnal Manajemen dan kewirausahaan. 10(2): h: 124-135.

Budiharto dan Himam. 2012. “Konstruk Teoritis dan Pengukuran  Kepemimpinan Profetik .” Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada,2(33) : 133 – 146.



Budiman dan Setiawan .2014 .”Pemimpin yang Melayani dalam Mengatasi CounterproductiveWork Behavior pada Hotel X”.Agora, 2,(2): 56

Budiningsih, C. Asri  . 2009.Strategi Pembelajaran Nilai Yang Humanis”. Jurnal Kependidikan , 2(1): 21.
Burns, J.M. 2009. Leadership New York : Harper and Row. Free press. New York.

Chan, Faizal.2012. “ Strength Training (Latihan Kekuatan)”. Jurnal Cerdas Sifa,   1(7): 90.

Covey, Steven R., (2005). The 8 Habit, alih bahasa Wandi S.Brata & Zein Isa. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Crisnawati, Agatha febrian imong.2008.Hubungan antara religiusitas dengan kecerdasan  emosional pada mahasiswa  papua. Skripsi. 1(1) : 15.

Darman ,Rudi. 2013 . “ Penguatan Kepemimpinan Nasional di Daerah Dalam Implementasi Sistem Manajemen Nasional guna Mendorong Percepatan Pembangunan Nasional”. Jurnal Kajian Lemhannas RI.

Daud, Metsi.2010. “ Pengaruh Kecerdasan Emosional  Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik  Universitas Negeri Manado”. ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 1 (1):1-7.

Daud, Ridhwan M.2011.”islamisasi pendidikan di sekolah: sebuah harapan dan tantangan”.jurnal ilmiah didaktika.1(12):173-186

Desianty, Sovyia.2005.” Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Komitmen Organisasi Pada Pt Pos Indonesia (Persero) Semarang.” Jurnal Studi Manajemen & Organisasi , 2 (1): 12 .

Dewi , Chaterina Maria. 2006.” Hubungan Antara Peningkata Kekuatan Otot dan dengan Peningkatan Nilai Arus Puncak Ekspirasi”. Skripsi,2(1) :5.
Dewi , Suamba dan Ambarawati.2012.” Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah”. E-Journal  Agribisnis dan Agrowisata . 1(1): 20

Dewi, Winda Prima .2013. “Perilaku Peduli Lingkungan Ditinjau dari Aspek Pemahaman Tentang Lingkungan”. Jurnal Ilmu Social, 1(1) :4.
Evienia Aldi dan Madhyaratri . “Pandangan Pelaku Pendidikan Di Universitas Terhadap Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean 2015”. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 2(18):106.

Fajal, Basyarudin. 2007. Kepribadian Muslim. Ikatan Masjid Indonesia. Bandung.
Farhana dan Rahman . 2012. “ Pemahaman Konsep Tauhid Asas Keharmonian Kepelbagaian Agama”. International Journal of Islamic Thought, 2(4): 46.

Fathudin dan Fitria. 2013. “ Problematika Nikah Sirri dan Akibat Hukumnya bagi Perempuan”. Jurnal Ilmu Hukum Volume 2 ( 2): 34.
Fathurrohman. 2008. ” Dakwah Kultural: Manajemen dakwah, pemetaan danstrategi dakwah”. Jurnal Dakwah, 2(1) : 25
Faturochman. 2006 .” Keadilan Sosial: Suatu Tinjauan Psikologi”. Buletin Psikologi, 1(7) :13-27.

Goleman, D. 2008. Emitional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Halim, Yonathan.2013. “ Analisa Suksesi Kepeimimpinan pada Perusahaan Keluarga PT. Fajar Artasari Sidoarjo”. AGORA . 1(3):15

Hamlan .2012. “ Pendidikan Karakter dan Mutu Pendidikan : Memabngun Kualitas Nilai Generasi Bangsa di Era Globalisasi”. Jurnal Kependidikan Dan Social Keagamaan , 11 18 : 961-972.
Hanafi, Mohammad. 2008. “ Konsep ‘ Al- Qist ‘ ( Keadilan ) dalam Tafsir Ruh Al-Ma’ani Karya Al-Alusi”. Skripsi, 1(1) : 25.
Handayani , Agustuti.2010.” Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Propinsi Lampung”. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan,1(1): 12.

Harun,Muhammad. 2009. Organisasi Kualiti Mutlak : Keseimbangan dan Keharmonian Demi Keunggulan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Hassan Al Banna. 2007. Tanggungjawab Pemimpin Islam. Karya Media Publisher. Kuala Lumpur.




Hasbi, M. (2009)Konsep Tauhid sebagai Solusi Problematika Pendidikan Agama bagi Siswa Madrasah”. Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan,2(14): 289-319.

Hayati, Nur & Wibowo, Ery. 2011. Kompetensi Sumber Daya Manusia Menuju Ekonomi Rakyat Berbasis Koperasi Indonesia. Proceeding. Semarang.

Hendrawan .2008. “Aqidah Asas Kesempurnaan Insan”. Jurnal Bimas Islam, 3(6) : 15.

Herawaty, A., & Susanto, Y. K. 2010. “Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 11 : (1).
Herry, Muhammad. 2008. 14 Teladan Kepemimpinan Muhammad SAW. Gema Insani. Jakarta
Hidayatullah , Agus.2012. At-Tayyib. Cipta Bagus Segara. Jakarta.

Huda Muhammad .2009. ” Hadist Tentang Taubat Dari Suatu Dosa Tetapi Masih Melakukan Dosa Yang Lain  Dosa”.  Skripsi, 1(2): 5.
Ibrahim , Mohammed Sani. 2010. “Analisis Kompetensi Pengetua Berdasarkan Kualiti Peribadi, Pengetahuan, Kemahiran dan Amalan dalam Bidang Pengurusan Sekolah Menengah Malaysia (Competency of Malaysian Principals Based on Personal Qualities, Knowledge Skills and Practices in Managing School)”. Jurnal Pendidikan Malaysia, 35(2)(2010): 31-41.

Indrawan , M. Isa.2009. “ Pengaruh Komptensi dan Gaya Kepemimpinan Sumber Daya Manusia teerhadap Kinerja SDM”. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. 1(2): 90

Irawanto, D. 2008. Kepemimpinan : Esensi dan realitas. Bayumedia Publishing. Malang.

Ishak ,Mohd. Said.2006. “ Konsep Iman dan Kufur: Perbandingan Perspektif Antara Aliran Teologi ”. Jurnal Teknologi, 36(5): 61–74

Ismail , Noor. (2009). “Kepimpinan Nabi Muhammad SAW. Utusan Publications and Distributors Sdn Bhd. Kuala Lumpur.




Jaapar  dan Azahari. 2011. “Model Keluarga Bahagia Menurut Islam”. Jurnal Fiqh, No. 8 (11): 25-44.

Jamian , Abdul Rasyid. 2011. “Permasalahan Kemahiran Membaca dan Menulis Bahasa Melayu Murid-Murid Sekolah Rendah di Luar Bandar”.  Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu.1(1): 1-12

Jawad,Muh Abdul. 2005. Menjadi Manajer Sukses. Gema Insani. Jakarta.
Jaya, Mulyadi, Sulaeman.2012.” Pengaruh Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional Pemimpin Terhadap Komitmen Organisasional Karyawan Di Universitas Kristen Petra”. AGORA , 1( 1): 10-12

Johanes.2009. Hynopsis In Selling. Gramedia.jakarta.
Jubaedah, Y. 2009. “Model Penilaian Keahlian Tata Busana Berbasis Standar Kompetensi Nasional di Sekolah Menengah Kejuruan”. Artikel Ilmiah. Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Juwaini. 2014. “ Institut Agama Islam Negeri (Iain) dan Pembangunan Etos Kerja Keilmuan “.  Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies ,1 (1).

Karjono dan Fakrina .2012.” Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada KPRI Di Lingkungan BKN”. Jurnal Ekonomi, 1(1):30.

Kasim, S., Robot, F., & Hamel, R. 2013. “Hubungan Disiplin Waktu dengan Kinerja Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tataba Kec. Buko Kabupaten Banggai Kepulauan”. Jurnal Keperawatan. 1 : (1).
Kholmi , Masiyah . 2012. “Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam”. Jurnal pendidikan Agama,1(15): 9.

Khotimah .2014. “ Agama dan Civil Society”. Jurnal Ushuluddin , 1 (21) : 13.

Kurniawan, Novryan Alfin .2014.” Pencegahan Kejahatan Carding Sebagai Kejahatan  Transnasional Menurut Hukum Internasional”. Jurnal Ilmu Social 1(2) : 16.

Kurniawan , Ashaari Dan  Umar.2012. “Jati Diri Kebangsaan Dalam Falsafah Pendidikan Islam”.  Jurnal Of Islamic And Arabic Education 2(1): 1-12 .



Lasa . 2009. “Peran Perpustakaan dan Penulis dalam PeningkatanMinat Baca Masyarakat”.Visi Pustaka 2(11): 18


Lesilolo, Herly Janet. 2012. “ Kepemimpinan Transformasional dalam Rekontruksi Peran Agama di Indonesia”. Akademika . 1(1):84


Lestari , Maya .2007. Ya Allah Izinkaj Aku Mengenal-Mu. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Lestyarini,  Beniati.” Pentingnya Metakognisi dalam Membaca Komprehensi Teks Berbagai Bidang Studi”.Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 2(10):12

Ma’ruf dan Daud.2012.” Pengaruh Investasi Infrastruktur Jalan  Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat”. Makara, Sosial Humaniora,1(10): 33.

Mahira, Suhartono, dan Awaliyah. 2009. “ Implementasi Nilai Kejujuran Dalam Pendidikan Anti Korupsi Pada Pembelajaran Pkn Di Smpn 3 Malang”. Jurnal Pendidikan Social, 3(2): 65.
Mariati .2013. “ Tinjauan Yuridis Qardhul Hasan Menurut Hukum Islam Dan Pelaksanaannya Pada Perbankan Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ilmiah, 5(2) :14.

Marjuki.2007 . Spiritual Management. Kanisius. Jogjakarta.

Mawardi .2010. “ Keadilan Sosial Menurut John Rawsl”. Skripsi, 1(1) : 13.
Minton, J.W., Lewicki, R.J. & Sheppard, B.H. (2006). Unjust Dismissal in the Context of Organizational Justice. The Annals of The American Academy of Political and Social Sciences, 536, 135-148.

Moedjono, Djokosantoso dan Steve Sudjatmiko. 2007. Challenge to Excellence. Gramedia. Jakarta.

Mohammad  Et Al. 2008 . “ Pendekatan Tauhid dalam Kepemimpinan Pendidikan”. Seminar Kebangsaan Pengurusan Pendidiikan , 1(22) : 2.
Mubyarto, 2006. Penerapan Ajaran Ekonomi Islam Di Indonesia. UGM. Yogyakarta.



Muflihin , Muh. Hizbul. 2008. “Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan terhadap Teori Sifat dan Tingkah-laku”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan
                       Insania,1(13):67-86.
Muhdiyanto, Hidayati . 2011. “Efek Mediasi Pemberdayaan pada Pengaruh Kepemimpinan Tranformasional Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional”. Agora ,2 (2): 21.

Multitama Communication. 2007. The Power Of Leader Potret Kepemimpinan Islam Yang Diteladani Dan Dinantikan Kemarin, Hari Ini, Dan Esok. Media Eka  Sarana. Semarang.
Mulyana,Rahmat. 2009. “Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah Perduli Dan Berbudaya Lingkungan ” Jurnal Psikologi , 2(14)1 :180.

Munawaroh.2011. Kepemimpinan. Kanisius . Jogjakarta Nana Widhianawati.2011.” Pengaruh Pembelajaran Gerak dan Lagu dalam Meningkatkan Kecerdasan Musical dan Kecerdasan Kinestik Anak Usia Dini”. AGORA ,1(2): 4

Muninjaya. (2007). Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Muzakkir. 2013. “Hubungan Religiusitas Dengan Perilaku Prososial Mahasiswa Angkatan 2009/2010 Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Alauddin Makassar”.Jurnal Diskursus Islam ,1 (3): 43.

Natsir, M.2006. Dakwah dan Pemikirannya. Girimukti Pusaka. Jakarta .

Noor , H. Ali Fikri. 2011. “Serial Akhlak Muslim : Amanah”. Jurnal Ilmu Agama.
Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan, dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Nurdin dan Kemala.2012.” Kekuatan Otot Lengan Atlet Atletik Pplp  (Pusat Pendidikan Latihan Pelajar ) Dki Jakarta”. Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 1(6): 2 .

Nurlaili , Khabibah Tri . 2013. “Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua Dan Takaful Dirinya  (Studi Korelasi Di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali Tahun 2013) “. Skripsi, 1(2) : 12.

P3EI.2008. Ekonomi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pebriyanti.2012.”Pengaruh Efisiensi Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih Dengan Perputaran Persediaan Sebagai Variabel Pemoderasi “.Jurnal akuntansi.8(2): 14-17

Planting , Cornelius. 2005. Not The Way Its Supossed To Be. Momentum. Jakarta.
Poernomo , Eddy. 2006 . “Pengaruh Kreativitas Dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Manajer Pada Pt. Jesslyn K Cakes Indonesia Cabang Surabaya”. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi.  6 (2) : 102-108.
Purba,  Seniati.2006. “Pengaruh Kepribadian dan Komitmen OrganisasiTerhadap Organizational Citizenzhip Behavior”.Makara, Sosial Humaniora, 3(8): 105-111

Purwanta.2008.” Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo”. Jurnal AKK, 2(2):23.

Qardhawi, Dr. Yusuf. 2005. Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah(Malaamihu Al Mujtama' AlMuslim Alladzi Nasyuduh).Citra Islami Press. Solo.

Qohar, Adnan . 2009. “ Arti Keadilan dalam Hukum Kewarisan”. Jurnal Syariah, , 2(4): 24.

Rahman dan yahaya. 2011. “ Peranan Komunikasi Kepemimpinan Diri dan Organisasi dalam Perspektif Islam”. Jurnal Sosiologi, 2(2): 43.
Rahim , Abd.2012. “ Khalifah dan Khilafah Menurut Al-quran”. Jurnal Studi Dinamika. 1(9):19-53.

Rahmadan. 2014.Soekarno : Kuantar Ke Gerbang. PT Bentang Pustaka.Yogyakarta
Rahman , H. Abdul .2012. “ Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam – Tinjauan Epistimologi dan Isi Materi”. Jurnal Eksis. 1(8): 2001-2181.

Rakhmawati,W. 2009.“Pengawasan dan Pengendalian dalam Pelayanan Keperawatan (Supervisi, Manajemen Mutu & Resiko)”.Artikel Ilmiah.




Rasyidin, Muhammad.2008. “ Pengaruh Foreign Direct Investment Terhadap Pengembangan Pasar Saham Di Indonesia”. ESENSI 2(15): 1-3.

Ristiyanti. 2006. Kepemimpinan. Penerbit Andi. Yogyakarta
Rizal, Achmad Syamsu.2013. “ Orientasi Metodologis Dalam Pendidikan Nilai ( Analisis Konseptual Terhadap Model-Model Pendidikan Nilai Modern )”. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim , 1(11) : 3.
Ruswan, Acep.2009. “ Pengaruh Beberapa Macam Metode Latihan Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot” Jurnal Kesehatan, 2( 1) :34.1

Safitri, Amri, dan  Shabri . 2012 . “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kerjasama Tim, dan Gaya Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai pada Sekretariat Daerah Kota Sabang “.Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. 2(1): 1-17.

Saidi,Wahyu. 2006. Mengelola Usaha dengan Tepat. Yayasan Bina Karsa Mandiri. Jakarta
Saleh, Mawardi Muhammad.2006Rukun Iman . Universitas Islam Madinah. Madinah.

Salleh, Tamuri dan Amat.2013. Arus Baru Islam Radikal. Gramedia. Jakarta.

Samsinas . 2006. “ Masyarakat Madani dalam Islam”. Jurnal Hunafa ,1(3):65-72.

Sari ,Bunga Fajar .2008. Bentuk Kerjasama (Cooperation) Pada Interaksi Sosial Waria”. Jurnal Sosilogi.
Sastrawijaya, Louis. 2010. 100% Motivated. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Selamat. Muhammad Isa 2006. Sifat-sifat Allah dan Mentauhidkan Diri Kepada-Nya. Darul Nu’man. Kuala Lumpur.


Setiyanti, Sri Wiranti. 2012. Membangun Kerja Sama Tim (Kelompok)”. Jurnal STIE Semarang, 4 (3): 59

Simamora, Hasibuan. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN.Yogyakarta.
Simangunsong , Marthin.2006.” Analisis Yuridis Penerapan Konep Negara Hokum dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Adil dan Bertanggung Jawab”. Penelitian ilmiah , 3(2):23.
Siti Norlina  Dan Mohamed Dan Haron . 2009. “ Budaya Penyayang Dalam Kehidupan Masyarakat Islam: Antara Teori Dan Praktis “. Pusat Pengajian Islam Dan Pembangunan Sosial , 2(4) : 112.

Soekanto, S. 2008. Sosiologi suatu pengantar. Edisi 4. PT. Raja Grafindo Persada .Jakarta.

Srihani, S. 2006. “Analisis Dampak Akreditasi Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)”. Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta , Surakarta.
Suanda et,al. 2012. ” Semangat Kesukarelawan Dalam Kalangan Mahasiswa Melayu Di IPTA: Satu Tinjauan Ke Arah Pembentukan Pendidikan Kesukarelawan”. Pendidikan Melayu Antarabangsa (SePMA), 13(2) :5.Suhid , Asmawati Bte. 2012. “ Pemantapan Komponen Akhlak Dalam Pendidikan Islam Bagi Menangani Era Globalisasi”. Jurnal  Llmu-Ilmu Agama. 1(4)  :1-13


Sudrajat, Ajat. 2010. “ Khilafah Islamiyah dalam Perspektif Sejarah”. Jurnal Studi Islamika. 1(6): 25.

Sulistyarini. 2011. “ Pentingnya Pendidikan Humanistic Di Era Globalisasi”. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora, 1 (2): 1.
Sumarto,Rumsari H. 2006. Etiket Di Tempat Kerja. Kasinus.Yogyakarta.
Sumiyarsih, Mujiasih, Ariati. 2012.”Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Organizational Citizenship Behavior (Ocb) padaKaryawan Cv. Aneka Ilmu Semarang”. Jurnal Psikologi Undip ,11(1): 67

Sunarto. 2007. “ Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia”. LPSP 3 : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Suparno .2012.  Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Republika . Jakarta .

Supranto,J. 2007. Statistik Unruk Pemimpin Berwawasan Global.Salemba Empat. Jakarta.
Surbakti, R. 2008. Demokrasi Ekonomi: Keadilan dan Kerakyatan. Dalam Siahaan, H.M. & Purnomo, T. (eds.). Sosok Demokrasi Ekonomi Indonesia. Surabaya Post dan Yayasan Keluarga Bhakti, Surabaya.

Suryadi, Rudi Ahmad.2013. “ Mardhat Allah: Tujuan Hidup Qurani”. Jurnal pendidikan Agama Islam Ta’lim. 1(11):27.

Suseno dan Sugiyanto.2010.” Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepemimpinan Transformasional Terhadap Komitmen Organisasi dengan Mediator Motivasi Kerja”. Jurnal Psikologi,1(37): 94 – 109.

Sutanto dan Stiawan.2009. “Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan , 2(2):29 – 43.

Suryani, Siti.2007. “ Peran Kecerdasan Spiritual dalam Menjelaskan Kecerdasan Emosional pada Odha (orang dengan hiv/aids) di Kota Malang”.Jurnal Psikologi   11(1): 87

Stapa , Ismail, Yusuf. 2012. “Faktor Persekitaran Sosial dan Hubungannya dengan Pembentukan Jati Diri “. Jurnal Hadhari Special Edition ,2(5): 155 – 172.

Syahbandir, Mahdi . 2010. “ Pandangan Hukum Islam terhadap Anak Hasil Zina yang Lahir Di Dalam Perkawinan”. Jurnal Hukum , 17 (1): 143 – 168 .

Syarifah, Wiiloilo, Kristiana. 2012 . “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dengan Kematangan Emosi Pada Remaja di Sma Negeri X “. Proceeditnegm Uil Miahn Asionavlii Ii Ppi, 12(2) : 30- 238

Taufan, A. 2011. “Hubungan Antara Keaktifan Berorganisasi dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Aktivis Organisasi”. Doctoral Dissertation. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Thoha, Mitfah. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku, Cetakan Kesembilan. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tusriyanto.2014. “ Kepemimoinan Spiritual Menurut  M. Quraish Shihab”. Akademika . 1(19):120.
Ummatni, Khoiro.2008. “ Globalisasi Komunikasi dan Tuntutan Dakwah Bermedia“. Jurnal Dakwah. 2(9): 2.

Waidi.2012. Embun Jiwa Bikin Hidup Lebih Hidup. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Wardani  dan Analya . 2012.” Sikap Implicit Mahasiswa Terhadap Peduli Atau Tidak Peduli Lingkungan “. Jurnal Tabularasa Pps Unimed, .6 (2) : 23.

Wardani , Eka Suryaningsih . 2009. “Pengaruh Kompensasi, Keahlian Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Pt. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Muara Tawar”. Manajemen .
WawoRuntu, Bob 2006.” Determinan Kepemimpinan”. Makara Sosial Humaniora, 7 (2):71.
Werren Bennis & Burt Nanus, 2006. Leaders Strategi untuk Mengemban Tanggung Jawab. PT.Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.Jakarta

Widyatmini dan Hakim. 2008. “ Hubungan Kepemimpinan : Kompensasi dan Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Kota DepoK”. Jurnal Ekonomi Bisnis. 2(3): 168.

Winardi, J. 2007. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, PT Raja Grafindo Persada . Jakarta.

Winata , Andi. 2014. ”Adaptasi Sosial Mahasiswa Rantau dalam Mencapai Prestasi Akademik”. Jurnal Kajian Islam Interdisipliner , 1(6):  120
Wingkel, W.S. (2008). Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia. Jakarta.

Wuryandari, Indrawati, dan Siswati. 2010. “ Perbedaan Persepsi Suami Istri Terhadap Kualitas Pernikahan Antara Yang Menikah Dengan Pacaran Dan Ta’aruf”. Jurnal ilmu social , 2(5): 18.

Wulan , Ratna. 2010.” Peranan Inteligensi, Penguasaan Kosakata, Sikap, dan Minat Terhadap Kemampuan Membaca pada Anak”.Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan. 2(4); 16.



                        Yusoff dan Abdullah .2013. “ Pemimpin menurut Pandangan Hamka: Satu Tinjauan dalam Tafsir Al-Azhar”. Jurnal Altamaddun Bil. 8(1): 17-38.

Yusuf Al-Qardawi .2008.. Pengertian Tauhid. Pustaka Salam Sdn.Bhd. Kuala Lumpur.


Zakaria dan Azahari . 2013. “Hubungan Antara Tahap Pelaksanaan Solat Fardu Dengan Konflik Rumah Tangga: Kajian Di Unit Rundingcara Keluarga (Urk) Bahagian Perkahwinan Dan Pembangunan Keluarga (Bppk), Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (Jawi)”. Jurnal Syariah, , 2(21) :145-164.

Zuhri , Amat. 2010. “ Mbah Munawar, Tasawuf dan Kelestarian Lingkungan”. Jurnal penelitian. 2(7):1.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar